09. Persenjataan

126 85 252
                                    

Pagi tiba, ditandai dengan adanya sang surya yang telah menunjukkan batang hidungnya di ufuk timur. Matahari itu menyelimuti kawasan Netral Gelap dengan cahaya pucat, keadaan itu sesuai sekali dengan nama kawasannya.

Warna-warna itu dibangunkan oleh ketukan pintu yang disertai dengan teriakan lantang. "Bangun! Raja telah menunggu kalian di ruang makan."

"Hoaam ... Aduh, sudah pagi." Hijau bangkit dari tempat tidurnya dan beranjak untuk membangunkan yang lain. Mereka akhirnya bangun dan bersiap-siap dengan layak.

Saat dirasa sudah rapi dan lengkap, mereka menuruni anak tangga menuju ruang makan istana itu dengan perasaan berdebar-debar.

"Ah tamuku! Silahkan duduk, nikmati semua makanan yang kami hidangkan khusus untuk kalian!" Raja tersenyum lebar pada mereka.

Hei! Ini tidak terlalu menyeramkan, mereka pikir Sang Raja akan sama seramnya dengan rakyat mereka. Sungguh melegakan.

Tidak perlu dimintai dua kali, mereka telah mengambil masing-masing kursi yang akan mereka duduki dan makanan yang akan mereka makan. Tapi tunggu sebentar, makanan ini terlihat agak, menjijikkan.

Warna makanan itu benar-benar tidak masuk akal. Semuanya berwarna gelap! Mereka tahu kawasan ini memang penuh dengan kegelapan tetapi haruskah makanannya juga?

Warna-warna itu menatap ragu sebelum memakannya, melontarkan ekspresi pucat kepada satu sama lain. Apa yang mereka coba hidangkan? Racun heh?

Raja tersenyum dan tertawa renyah kepada mereka, seolah-olah ia dapat membaca apa yang para warna pikirkan. "Tidak apa-apa, makanan-makanan ini sama halnya dengan makanan di tempat kalian. Hanya berbeda warna dan bentuknya saja."

Nila mencoba untuk tidak menyinggung perasaan Sang Raja, ia memberanikan diri untuk mencoba makanan itu. Ketika satu suapan berhasil mendarat di mulutnya, seketika wajahnya menjadi cerah dan tidak menunjukkan ekspresi buruk sama sekali.

Melihat itu, warna-warna lain mulai mengikuti keberanian Nila. Yah, tidak buruk. Sama sekali tidak buruk. Rasa makanan itu teratur walau susah untuk dijelaskan. Rasanya bisa menjadi asin, manis, bahkan pahit dalam satu suapan. Tetapi tampilan makanan tetap sangat berpengaruh bagi selera, bukan?

Setelah menghabiskan sarapan mereka, kini Raja sedang memimpin jalan bagi para warna itu untuk menuju ke suatu tempat.

"Aku sudah mendengarkan tujuan kalian berada disini oleh Kelabu, aku akan menunjukkan kalian sesuatu." Raja menghentikan langkahnya tepat di depan sebuah ruangan.

Raja membuka pintu dan memperlihatkan mereka senjata-senjata, mulai dari senjata tajam hingga senjata api. Tepat sekali! Ini adalah tempat di mana kerajaan menyimpan persenjataan mereka.

"Silahkan masuk, tamu-tamu ku!" Raja dengan senang hati mempersilahkan mereka masuk. Benda-benda itu berhasil membuat para warna berdecak kagum. Bagaimana tidak? Itu adalah ruang persenjataan terlengkap yang pernah mereka lihat.

"Tapi Yang Mulia, ada gerangan apa engkau membawa kami kemari?" Kuning tampak gelisah atas ide Sang Raja yang membawa mereka kemari.

"Untuk kalian memilih senjata pastinya, kalian memerlukan senjata untuk sampai di pulau itu," Raja menjawab dengan senyum hangatnya yang khas.

"Kenapa kami memerlukan senjata untuk sampai di sana?" tanya Kuning sekali lagi.
"Untuk apa lagi? Tentu saja untuk bertarung," Raja memperjelas kalimatnya dengan riang.
"BERTARUNG?!" Para warna jelas kaget dengan gagasan yang mendadak ini.

***

Hiruk Pikuk WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang