05 = Selalu Dikecewakan

691 130 25
                                    

Sebelum menjadi kekasih suamimu, Olivia adalah kekasihku, Elea. Jika kau ingin menyalahkan seseorang, salahkan saja suamimu yang tidak tahu malu itu.

Elea masih memikirkan perkataan Bhevin saat ia datang menemui kakaknya itu untuk meminta penjelasan. Sayangnya, apa yang disampaikan Bhevin dengan sangat percaya diri, justru membuat Elea berpikir keras. Jika wanita bernama Olivia itu sebelumnya sudah berpacaran dengan Bhevin, mengapa wanita itu berhubungan juga dengan Earl? Apa Bhevin tahu jika Olivia mengandung anak Earl?

"Atau jangan-jangan wanita itu mengandung anak kakakmu? Tapi dia mengaku-ngaku jika sedang mengandung anak suamimu?" Untuk kesekian kalinya Belle menyuarakan apa yang menjadi isi kepalanya sejak Elea menceritakan tentang hubungan tiga manusia—yang sebenarnya baginya tak penting itu.

Elea masih diam. Kemungkinan yang diucapkan Belle tadi memang sempat terbersit dalam pikirannya. Hanya saja, Elea tentu tak yakin. Elea pernah melihat Earl secara langsung bersama Olivia dan tatapan cinta itu bukan hanya milik Earl saja, melainkan Olivia juga. Karena itulah Elea memilih menyerah mempertahan pernikahannya dengan Earl, sebab tak ingin menjadi alasan dari dua orang yang saling mencintai itu semakin terluka.

"Tapi, Elea... bukankah semua itu bukan urusanmu?" Belle akhirnya mengungkapkan pertanyaan di kepalanya juga. "Kuharap kau tak lupa jika kau sudah memutuskan untuk bercerai dari suamimu."

Tentu saja Elea tak melupakan tentang hal itu. Tetapi Elea juga tak bisa mengabaikan jika Earl benar-benar mendapatkan pengkhinatan dari sang kekasih. Entahlah, Elea hanya tak ingin Earl merasakan sakit karena dikhianati.

"Berhentilah memberikan rasa peduli pada orang yang sudah menyakitimu, Elea. Jika tidak bisa membenci mereka, setidaknya jangan bersikap baik dan peduli. Kau bukan malaikat."

"Aku memiliki hutang pada Earl. Kau tahu itu."

"Dia bahkan tak ingat. Atau mungkin memang sengaja melupakan semua yang berkaitan denganmu," sahut Belle cepat.

Kalimat itu tentu menghantam relung hati Elea. Membuatnya sadar jika Earl memang tak pernah mengingatnya. Sama sekali.

"Kau hanya menyakiti dirimu sendiri jika terus memikirkan orang-orang yang bahkan sama sekali tidak pernah mempedulikanmu." Belle berujar tak suka. Ia tak rela jika Elea selalu saja memperhatikan orang-orang tidak tahu diri seperti keluarga dan suami sahabatnya itu.

"Belle..."

"Jangan menyusahkan dirimu sendiri, Elea. Kau berhak bahagia."

Elea kembali terdiam. Ia sangat mengerti maksud dari setiap kalimat yang diucapkan oleh Belle padanya. Hanya saja, Elea tak bisa mengabaikan pertanyaan-pertanyaan di dalam kepalanya. Kalau pun sudah resmi berpisah dengan Earl nanti, setidaknya ia tidak terlalu merasa bersalah sudah menyembunyikan satu fakta besar—jika memang selama ini Olivia membohongi Earl. Seandainya pun nanti Earl memilih tidak mempercayainya, setidaknya ia sudah berusaha memberitahu.

"Aku... hanya penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Earl tidak layak dibohongi seperti itu, Belle. Dia begitu mencintai kekasihnya. Tidak adil jika—"

"Lalu setelah pria itu tahu, kau mau kembali padanya? Kau berharap dia akan melirikmu? Begitu?"

"Tidak." Elea menggeleng tegas. "Keputusanku tidak akan berubah. Aku sungguhan ingin berpisah. Hanya saja, aku ingin mengakhirinya tanpa ganjalan apa pun," jawabnya. "Belle... di luar Earl yang tidak bisa mencintaiku, sungguh, dia adalah pria baik yang pernah kukenal. Dia hanya pria setia yang begitu mencintai kekasihnya. Dan seharusnya, itu bukan suatu yang salah—jika saja aku bisa menahan perasaanku sendiri."

"Kau sungguh-sungguh naif, Elea." Belle mencibir, tapi tak mampu memberi tatapan sinis penuh celaan. Ia terlalu menyayangi Elea yang sudah dianggapnya sebagai saudara.

Easy on MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang