O 4

41 6 1
                                    

Setelah perdramaan pingsan itu, mereka semua akhirnya memilih tidur. Ya mau bagaimana lagi, dibanding insiden yang tak diinginkan justru terjadi kembali?

Jeno membopoh tubuh Jisung yang lemas, sementara Jaemin, Mark dan Haechan ditinggalkan di kamar tadi dengan kondisi kasur bekas ompolan Mark. Biarlah, toh mereka pingsan, baunya tak akan tercium.

"Sumpah, gue udah ngerasa aneh kita dapat tiket liburan gratis," ujar Chenle manatap langit-langit kamar. Ia tak bisa tidur.

"Lagian kenapa kita terima sih?" rutuk Renjun menambahi.

"Gue takut kalau sesuatu yang buruk terjadi. Gue baru inget di awal pesan orang itu ke Jaemin, dibilang ada yang nunggu kita. Siapa? Udah gitu sekarang katanya kita masuk dalam permainan, maksudnya apa coba?" dumel Chenle. Ia memang tak takut, tapi kalau begini siapa saja akan negatif thinking.

"Penginapan ini gak mungkin.. cuman kita doang kan yang nempatin?" tanya Renjun ragu-ragu, berusaha berpikir positif.

"Menurut lo?"

"Tadi pas gue ke toilet, lorong sepi banget. Para penjaga dan pelayan yang kita lihat tadi pas awal masuk udah gak ada. Selain itu, pas lampu mati pun, gak ada tuh orang yang keluar kamar. Paling gak ngecek keadaan, aneh gak sih?"

"Aduh, lo bilang begitu malah buat gue jadi overthinking," keluh Chenle memijat keningnya pusing.

"Tap─"

"Mending tidur deh," saran Chenle kemudian.

"Siapa tahu besok keadaan bisa lebih jelas," tambahnya.

Ya, semoga saja.

"Renjun, bentar ya.. gue harus ke toilet."










































































"Mana kapalnya?"

Mata Mark menyipit memandang lautan yang masih tenang dan tak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali. Ia kemudian mengecek ponsel Jaemin, semuanya sudah benar. Tapi.. kenapa tak ada satu pun kapal di sini? Bahkan kapal-kapal kemarin yang terlihat sudah tak ada.

"Mark, mending kita pulang deh. Kayaknya ini udah gak bener," kata Jaemin yang masih ketakutan dari kemarin. Jisung mengangguk, ia memandang Mark sedih.

"Kemarin gue tidur sama ompolannya Mark."

"Ya udah gak papa, wangi kan?" Mark mengendikan bahunya acuh, sementara Jisung mendengus.

"Tapi udah sampai sini ya kali balik? Gak mau gue," tolak Chenle yang memakai kacamata hitamnya dengan gaya. Renjun melirik pemuda itu aneh. Bukannya tadi malam Chenle yang overthinking ya?

"Lebih baik kembali dibanding kejadian kayak kemarin malam keulang. Lo mau?" sahut Jisung. Jaemin mengangguk mengiyakan.

"Kejadian semalam itu benar-benar bikin gue takut."

"Gue gak takut." Chenle berujar acuh. "Tadi malam itu mungkin karena kita yang mancing mereka."

"Gue gak bawa alat pancing, gimana bisa mancing?" Ini Haechan yang bicara. "Woi, lo tahu gak sih rasanya tidur sama ompolan orang?!"

"Ya salah lo, lagian ngapain pingsan sih?" heran Chenle tak habis pikir.

"Enak aja ya lo ngomong begitu, gue itu kaget."

"Kaget lo lebay."

"Kepala lo mau gue dribble kah?!" Haechan berkacak pinggang sebal. Chenle mendecih.

Into the Unknown ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang