Bagian 31

17.4K 1K 99
                                    

Nana lanjut membaca lagi sembari melihat tanggal yang tertera dan ia  simpulkan bahwa sang Mama sudah mulai jarang menulis diary setelah kelahirannya.

05 Desember 20xx
Tahun berlalu dan baru kusadari aku sudah jarang menulis di buku ini lagi. Maklum saja, beberapa tahun ini kehidupan sehari-hariku jadi semakin ramai dengan kehadiran Nana.

Aku sibuk bermain dengan kedua malaikat kecilku. Bahkan terkadang hanya memperhatikan mereka berdua bermain saja rasanya sudah bahagia bukan main sampai lupa untuk melakukan rutinitasku menulis diary.

Seperti hari ini, rasanya aku sampai geleng-geleng kepala melihat kebucinan anak sulungku yang rela tubuhnya kotor penuh lumpur saat bermain dengan sang adik.

Padahal anak 12 tahun itu pecinta kebersihan dan kerapian, tapi kalau berhubungan dengan sang adik pasti Jendral seolah lupa dengan prinsipnya sekalipun.

Ketika membaca yang satu ini, Nana rasanya kembali ke momen saat-saat ia kecil dulu. Seingatnya itu adalah saat ia berusia sekitar 4 tahunan.

Flashback

Sore setelah hujan mengguyur kediaman Altezza, suasana begitu heboh dengan teriakan dan tangisan si bungsu.

"Huwaaa!! Mama! Mas jahat, ndak mau peluk adek!" adu seorang anak kecil yang menangis seraya merengek kepada sang mama.

"Mas, Adeknya mau dipeluk tuh." sahut si Mama yang hanya bisa tertawa melihat anak sulungnya yang lari dikejar-kejar oleh si kecil Nana.

"Gak mau, Maa~ Adek lumpur semua itu nanti Mas ikutan kotor dong." tolak Jendral yang terus berlari menghindari kejaran sang adik.

Sempat hujan dan taman belakang yang belum selesai direnovasi itu membuat genangan air dari tanah yang tidak ditumbuhi rumput. Di situlah Nana bermain kotor-kotoran.

"Mas Jendlaaa--Aduh!!" teriaknya yang memanggil sang kakak seketika terhenti berganti dengan pekikan sakit.

Brukkk!!

"Adek!" Jendral langsung berbalik menghampiri Nana yang tersungkur jatuh dan memeluk adiknya tanpa peduli kotor lumpur yang sejak tadi ia hindari.

"Hiks... " Begitu isak tangis keluar dari bibir si kecil, Jendral jadi tambah panik. Kalau saja ia tak berlari tadi mungkin adiknya tak akan jatuh.

"Mas minta maaf. Iya sini sini Mas peluk yaa. Udah Adek jangan nangis. Gak ada yang sakit kan?" ucap Jendral menenangkan. Ia bawa adiknya ke pelukan sambil mengusap-usap lutut Nana yang semakin kotor.

"Huhuuu-WAAAHAHA! Wlee~" Nana yang tadinya menangis ternyata hanya kepura-puraan saja. Ia langsung mengusapkan tangan berlumpurnya ke wajah sang kakak dan segera berlari setelah memeletkan lidah mengejek.

Kedua orang tua mereka hanya memandang dengan senyum terpatri melihat kedua buah hatinya itu.

Sore itu akhirnya mereka mandi bersama setelah membersihan diri dahulu dengan selang air taman agar tak mengotori lantai rumah.

Flashback End

Tak bosan Nana balik lembar selanjutnya dari buku diary itu. Menceritakan momen mama-nya yang ikutan cemburu karena Nana yang sakit malah mencari Mas-nya padahal si mama ada di sampingnya.

Flashback

Nana yang terlalu bersemangat makan es krim sampai 8 bungkus itu jatuh sakit keesokan harinya. Kepalanya pusing, tubuhnya demam dan hidungnya tersumbat membuatnya bersuara seperti kodok.

Mas Jendral |[NOMIN]| {END} ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang