Takut

18 2 0
                                    

Joan's POV

"Herdeza Alexander Irwandi?" Seorang guru mengecek kehadiran.

"Masih sakit, bu" Ucap seorang ketua kelas.

Ini sudah hari ke 3 Deza tidak masuk sekolah. Setelah kejadian malam itu, paginya tante Gina mengatakan bahwa ia sakit.

Hah, sangat membosankan. Dia lolos dari permainan gue. Dasar lemah, apa yang bisa membuatnya sakit? Padahal mamanya pasti menyajikan masakan yang enak dan sehat, seperti bekal makan siangnya yang tercium di kelas.

Gue perhatikan selama sebulanan ini dia terus mengantuk dan tidur di kelas, apa yang ia lakukan? tiba-tiba punya seorang teman? Oh iya lampu kamarnya hanya menyala tiap selasa dan kamis, terus sabtu dan minggu juga rumahnya terlihat sepi seharian, kemana sebenarnya dia pergi?

Apa dia pergi menjual dirinya? Mungkin seorang gay tidak tahan jika tidak disentuh sehari saja. Lihatlah tampilannya malam itu dia memakai celana ketat dengan kaos tipis yang membuat puting susunya nyeplak. Apa dia berniat menggaet pelanggannnya?

Melihat wajah Deza yang cukup tampan, dan badannya terlihat berisi dengan tubuh yang pendek. Jangan lupakan tidak ada bulu kasar di area tubuhnya, hanya ada bulu halus yang hampir menyatu dengan warna kulitnya yang putih. Tentunya tidak sulit untuk menjual dirinya kepada orang-orang, atau mungkin pacarnya? Gue tertegun dan berpikir kalau pria yang di bioskop kemarin adalah pria yang sama di halte bus, Junta. Apakah dia menyukai oh mereka berpacaran? Tapi mereka terlihat biasa saja, teman, mungkin? Sial, memikirkan mereka membuat gue muak.

.

.

.

Pulang ke rumah, gue melihat sebuah motor terparkir di depan rumahnya. Tidak mau pusing menebak siapa yang datang bertamu ke Deza, walaupun gue penasaran sedikit.

Saat naik tangga, terdengar mommy berbicara dengan Bi Surti, pembantu di rumah gue.

"Bi, tolong bawakan bingkisan untuk Deza ya, dia masih sakit. Kasihan tidak ada mamanya yang jagain, lagi kerja"

"Biar Joan saja, Mom"

"Oh Kamu sudah pulang, Mommy kirain bakal mampir sana sini dulu. Ya udah, ini buruan, bilang kalau ini Mommy yang masak"

"Siap" Gue memberikan tanda hormat seperti seorang pilot.

"Mommy pergi dulu ya sama Daddy"

Tanpa mengganti pakaian, gue menuju rumah Joan sekalian melihat siapa yang datang ke rumahnya.

Motor tersebut masih terparkir di depan. Menekan bel, seseorang membuka pintu, dan ya orang yang sama, Junta.

Dia terkejut melihat gue, sedangkan gue menatapnya dingin. Apa yang dia lakukan di sini? Bersetubuh saat tidak ada orang?

"Siapa, Jun?" Terdengar suara Deza, kemudian Junta membuka pintu lebih lebar, sampai gue bisa melihat Deza yang duduk di Sofa. Dan Deza terlihat kaget dengan kedatangan gue. Apa dia tidak mengharapkan kedatangan gue?

Gue masuk menabrak bahu Junta, kemudian ia memegang bahu gue.

"Siapa lo?"

"Lepasin tangan kotor lo dari bahu gue" Ucap gue tenang, padahal sangat ingin gue melayangkan pukulan ke wajahnya.

"Dia Joan, teman ah maksud gue tetangga depan rumah" Deza kembali bersuara.

"Oh maaf, lo kelihatan mencurigakan. Gue, Jun-"

"Buang makanan itu, makan ini khusus buatan Mommy" Gue menghiraukan tangan Junta yang mengajak berkenalan.

Deza menatap Junta, lalu menatap gue kemudian.

(BL/BxB) What Are We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang