Menonton televisi sambil memakan camilannya, saat ini gadis penyuka bakpao itu sedang sendirian berada di dalam rumah. Sebab, orang tuanya sedang ada urusan di luar dan kedua kakaknya sedang lembur. Mengambil remote kemudian mengganti saluran televisi, Dea menghentikan aktivitasnya saat menemukan saluran yang ia inginkan.
Menundukkan kepalanya untuk melihat isi di dalam snacks yang ia makan, samar-samar Dea berdecak kesal karena isinya habis. Gadis itu pun pergi ke dapur untuk membuka kulkas dan mengambil camilan lagi, hampir semua isi di dalamnya kebanyakan camilan.
Tangan berkulit kuning langsat itu terjulur ke dalam kulkas untuk mengambil satu kemasan camilan berukuran sedang, kemudian ia menutup pintu kulkas tersebut dan kembali ke sofa untuk menonton televisi. Saat membuka kemasan camilannya, Dea seperti teringat suatu hal tapi ia tidak tahu apa itu.
"Kayak ada yang ketinggalan tapi apa, ya? Khodam? Eh, gue mah kagak punya khodam coy," monolog Dea. Gadis itu masih mengingat-ingat apa yang dilupakannya sambil memakan camilan dan netranya bergerak ke sana kemarin berusaha mengingat.
Dak!
Dea refleks menghantam meja kemudian berseru, "TASKU KETINGGALAN!" Gadis itu langsung terduduk sambil menepuk jidatnya dan memaki diri sendiri, bisa-bisanya ia tak sadar dan langsung pulang begitu saja tadi.
"Mana di dalamnya ada ponselku lagi, ck! Gimana ini? Sekolah kalau enggak salah masih buka sampai jam 10 malam, kalau sekarang sih masih jam 07.05. Ya, udahlah, terobos aja." Bergegas mematikan televisi dan membereskan yang ada di sofa.
Dea segera mengambil jaket dan memakai jilbab di kamar, gadis itu langsung pergi keluar rumah dan mengunci pintu. Ia mengendarai motornya dengan kecepatan agak tinggi, sepertinya gadis itu kembali melupakan satu hal juga.
Ia melupakan bagaimana jika nanti keluarganya justru pulang lebih cepat ke rumah dan ia tidak ada, semoga saja keluarganya bawa kunci rumah masing-masing. Jalanan di jam begini lagi ramai-ramainya, jadi Dea harus lebih berhati-hati saat berkendara dengan kecepatan cukup tinggi di malam hari begini.
👻👻👻
Sesampainya di sekolah, Dea celingak-celinguk melihat sekelilingnya untuk mencari satpam yang berjaga. Tapi ia tak melihatnya di mana pun, gerbang sekolah juga hanya ditutup setengah, sudahlah! Ia tak punya waktu lagi untuk mencari penjaga sekolah itu, diizinkan atau tidak pun ia akan tetap masuk.
Mengendarai motornya ke dalam sekolah lalu menaruhnya di lahan parkir, Dea bergegas berlari ke dalam sekolah setelah menyalakan senter yang ia bawa dari rumah. Bisa dibilang gadis itu terlalu nekat hanya untuk mengambil barangnya yang tertinggal di sekolah pada malam hari, bahkan dalam keadaan gelap gulita begini.
Tapi masalahnya, besok itu sudah waktunya libur sekolah jadi pasti gerbang tidak akan dibuka sama sekali selama masa libur. Malam ini adalah kesempatan terakhir Dea untuk mengambil barangnya yang tertinggal atas kecerobohannya sendiri.
Menyusuri sekolah dengan perasaan was-was dan berusaha cuek dengan sekitar, Dea mempercepat langkahnya untuk segera pergi ke ruang multimedia tempat ia meninggalkan tasnya. Sesampainya di sana, ia bersyukur ruangan itu belum dikunci juga. Tapi ia penasaran, ke mana satpam yang biasa berjaga? Tumben sekali tidak terlihat.
Setelah mengambil tas dan memastikan isi tasnya lengkap, Dea pun menyalakan lampu di ponselnya lalu memasukkan senter yang ia bawa ke dalam tas, ia ingin mengabari keluarganya kalau ia sedang berada di luar. Sambil berjalan keluar dari ruang multimedia, Dea mengetikkan pesan di grup keluarganya.
Setelah selesai mengetik, Dea kembali mempercepat langkah dan mencari jalan yang lebih cepat dengan melewati toilet laki-laki yang mengarah ke gerbang kantin.
Krek
Menghentikan langkahnya sejenak saat mendengar sesuatu, Dea menengok ke sana kemari kemudian menunduk dan ternyata ia hanya menginjak ranting kecil. Rupanya dari situ suaranya, menolehkan kepalanya ke depan, kening Dea mendadak berkerut ketika melihat sesuatu di depannya.
Tongkat kayu? Sejak kapan ada di sana? Tidak terlalu panjang sih, mungkin seukuran tangan pria dewasa. Ah, sudahlah, kenapa jadi memikirkan itu? Dea pun kembali melangkah untuk segera pergi ke gerbang dan pulang ke rumah.
Brak! Brak! Brak!
"BUKA...!" Mendengar seruan tersebut membuat jantung Dea hampir copot karena terkejut sekaligus ketakutan, suara apa tadi? Apa ada yang memukul sesuatu? Seruan siapa itu? Begitu banyak pertanyaan beruntun di kepala Dea yang tak terjawab.
Menoleh ke belakang, Dea memperhatikan sekeliling sekolah dengan seksama di tengah penerangan yang hanya mengandalkan senter ponsel. Meneguk ludahnya, Dea mencoba membunuh rasa penasarannya dengan mencari sumber suara itu meski rasa takutnya juga mendominasi.
Berjalan dengan waspada menuju tempat tergeletaknya kayu tadi, Dea kembali memperhatikan sekelilingnya dan suara gebrakan serta seruan meminta dibuka itu kembali terdengar di telinganya. Menghampiri sumber suara yang sepertinya berada di toilet laki-laki, Dea meneguk ludahnya dengan kasar untuk kedua kali saat berdiri di depan pintu toilet tersebut.
Ia mendekatkan telinganya ke pintu toilet tersebut untuk mendengarkan dengan seksama suara di dalamnya, hal pertama yang ia dengar adalah suara keran air dinyalakan. Hanya itu? Tapi siapa yang mau buang air di sekolah dalam keadaan gelap gulita begini?
Mendadak pintu terbuka dengan cepat kemudian tongkat kayu yang ia lihat tadi melayang dengan cepat ke arahnya hingga netranya melebar karena terkejut, Dea refleks berjongkok dan melempar batu ke depan saat ia berdiri, batu itu ia dapat saat berjongkok tadi.
Tiba-tiba adzan isya pun berkumandang dengan keras, untung saja ada masjid yang bersebelahan dengan SMA Pancasila. Saat mendengar adzan tersebut, Dea langsung berlari menuju gerbang kantin dan memaki dirinya sendiri yang nekat uji nyali di sekolah pada malam hari.
Sementara itu, kayu yang dilayangkan ke arah Dea tadi menggelinding dengan perlahan di depan toilet dan tiba-tiba tangan pucat berlumuran darah mengambil kayu tersebut dengan cepat kemudian pintu toilet pun tertutup rapat.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Screams✓
HorrorPesantren kilat serta buka bersama di sekolah pada bulan Ramadhan adalah hal biasa juga merupakan kebiasaan rutin yang dilakukan setiap sekolah, agar siswa-siswi mereka tetap memiliki kegiatan di sekolah meski sedang berpuasa. Tapi pernahkah kalian...