11 | Sirens

2.5K 210 8
                                    

Author's note: kemarin ada satu part yang ke-skip, ghes

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Author's note: kemarin ada satu part yang ke-skip, ghes. maapin aku yg linglung inih. jadinya sebelum part where we fall apart tuh ada satu part lagi ya. adegan abil minta pasangin koyo wkwkwk


***


Dengan mata yang masih sembab, Dilla memasuki lift ketika pintunya terbuka. Matanya bertemu dengan mata pria yang sedang bersandar ke dinding pojok kanan lift. Dilla buru-buru memberi senyum kecil singkat sebagai sapaan sebelum kemudian kembali menunduk. Ia berusaha menyembunyikan wajahnya yang pasti terlihat sangat berantakan.

Kakinya melangkah masuk, kemudian ia berputar menghadap pintu, memunggungi Abil yang berada di belakang.

"Lah, lo nggak bantuin?" Terdengar suara seorang wanita yang berdiri di belakang Dilla.

"Ya, bantuin, lah!" Balas Abil seraya berdecak.

"Kirain lo gabut." Sahut wanita yang—tadi sempat Dilla lihat—mengenakan hijab cokelat.

"Enak aja." Dengkus Abil.

"Ya ... siapa tahu. Lo anaknya, kan, suka—"

"Suudzon lo kerjaannya. Coba istighfar dulu, deh. Ntar hijrah lo dianulir kalau suka berprasangka buruk." Potong Abil buru-buru sebelum wanita itu menyelesaikan kalimatnya.

"Astagfirullahaladzim. Iya juga. Maaf ya, Bil. Gue, kan, ingin jadi pribadi yang lebih baik."

Abil tergelak merdu, menyebarkan suara tawa yang terdengar begitu teduh.

Dilla menundukkan kepalanya semakin dalam. Matanya mendadak menghangat ketika ia mengingat bahwa satu-satunya suara yang harusnya ia gemari hanya suara Radit. Namun kini mengingatnya malah membuat hati Dilla sakit. Suara itu—beserta kalimatnya—masih terasa jelas di telinga Dilla. Setiap potong kata yang diucapkan membuat dadanya terasa sesak luar biasa.

"Udah, ah. Duluan! Bye!" Pungkas teman wanita Abil itu ketika lift yang mereka tumpangi sampai di lantai dasar.

"Bye!" Abil membalas lambaian tangan wanita itu dengan santai.

Lalu pintu lift tertutup kembali menyisakan Dilla, Abil dan satu pria lain yang melanjutkan perjalanan ke arah basement.

Dilla terlalu tenggelam dalam pikirannya yang masih berkecamuk mengenai Radit hingga ia tidak menyadari bahwa ada sebuah tatap yang menyorotinya dengan lekat tanpa mau sedetikpun lepas. Abil—yang berdiri menghadapnya sambil bersandar ke dinding lift—menatap ke arah Dilla tanpa bicara apa-apa.

Di kepala Dilla, sebuah suara masih terus terngiang, menggema tak mau hilang, menusuk hatinya berulang-ulang.

Kamu nggak bisa, dong, expect aku nggak bergaul juga cuma karena mau nemenin kamu.

The Illicit Affair ✂ - - -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang