Disclaimer © Hetalia by Hidekaz Himaruya
Lima kapal perang sedang berlayar membentuk huruf V di laut lepas, mereka bergerak dengan kecepatan penuh tanpa ragu sedikit pun. Di setiap tiang kapal perang, berkibar bendara dengan matahari merah berlatar putih. Kapal-kapal itu baru saja memasuki lautan di Samudera Pasifik Utara, diperkirakan beberapa hari lagi akan bersandar di negara tercinta.
Di salah satu ruangan di inti kapal utama, sebuah meja bundar dengan beberapa kursi terisi penuh. Wajah mereka menegang dan telah menarik kesimpulan yang tidak ingin diakui siapapun. Wajah mereka tampak berkerut erat dan tidak begitu ingin mengendalikannya.
Ada seorang pemuda yang umurnya tampak jauh lebih muda dari pada para pria paruh baya berpengaruh itu, dia tampan dengan rambut hitam legam yang terlihat lembut. Matanya tertutup, dia tampak tenang tapi sebenarnya dia merasakan kegelisahan yang sama.
Tidak tahu berapa lama dalam keheningan, seseorang mengangkat suara. Tapi sebelum kata-katanya selesai, pria muda yang sebelumnya telah sangat diam kini memuntahkan seteguk darah. Tangannya yang memakai sarung tangan putih mencoba menutupi mulutnya seolah menahan darah keluar, tapi itu percuma.
"Sokoku-sama*!"
*artinya Tanah Air atau biasa sebutannya Fatherland, kalau di Indonesia disebut Ibu Pertiwi. Aku udah coba baca banyak komik² buatan fans dan mereka menyebut humanoid negara sebagai Sokoku, jadi mereka benar² tidak panggil dengan nama negaranya langsung
"Panglima tertinggi!!"
Beberapa suara memanggilnya dengan khawatir, seseorang yang dipanggil Sokoku itu masih sadar tapi telinganya berdenging begitu berbagai suara berteriak takut. Rasa sakit menjalar mulai dari dada ke seluruh tubuhnya, berlarut-larut ingin membuat kesadarannya jatuh.
Di tengah kepanikan, seorang kapten memasuki ruangan dengan terburu-buru bermaksud melaporkan kabar. Tapi kegaduhan di dalam membuatnya berkeringat lebih cemas dari pada tadi, dia mendekat dan melihat Sokoku mereka memuntahkan darah yang terus menetes dari celah jari-jarinya.
Hingga pemuda itu berhasil mengendalikan diri, menutup mulutnya rapat dan menelan darah amis berkarat. Dia mengangkat tangannya yang masih bersih untuk menyuruh mereka tenang, mengalihkan tatapan pada kapten kapal yang baru saja datang untuk menyampaikan kabar.
"Sesuatu terjadi pada rumah?" Ini tidak seperti pertanyaan, tapi pernyataan yang memiliki kepastian mutlak. Dia merasakan semua, dia mengetahui semua bahkan tanpa bertanya. Tapi beberapa orang di ruangan ini tidak tahu, sesuatu harus dikatakan dengan jelas.
Begitu mendengar kata rumah, semua memiliki pemikiran yang sama dan kini mulai fokus pada kata-kata kapten kapal.
"Baru saja, tentara Amerika menjatuhkan bom ke Hiroshima. Bahkan dampaknya... bisa kita lihat dari sini."
Setengah orang bergerak gelisah keluar ruangan dan naik ke dek kapal, sedangkan sisanya tetap di tempat untuk melihat kondisi Sokoku mereka yang berwajah pucat dan memprihatinkan.
Sebelum benar-benar kehilangan kesadaran, pemuda yang sudah mengotori seragam hitamnya dengan darah bergumam lemah. "Beginikah langkahmu, Amerika?"
◕◕◕
"Dasar bodoh, mau sampai kapan kau duduk di situ?" Ejek pria berambut pirang dan beralis tebal kepada pria yang sedang duduk memeluk lututnya selama tiga hari ini. Awalnya dia mengabaikannya, tapi tidak menyangka dia tetap mempertahankan sikapnya sampai hari ini.
"Inggris?"
"Ha?"
"Aku menang."
"Heh, selamat tuan pemenang." Sinisnya. Dia melihat tiga orang berjalan mendekat dan mengabaikannya, tidak bisa menatap salah satu dari mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Solar Eclipse Project
FanfictionKhusus fandom Hetalia berisi one shot atau mungkin akan jadi kumpulan one shot Fanfiction tipe serius