lebih cepat lebih baik~
kita gas sikit ya dekku.
*
Chaeyoung gak bisa tidur, matanya melek banget— bahkan gak ada tanda-tanda ngantuk. Pikiran Chaeyoung tertuju ke Jennie, walau Alice nyuruh buat lupain wanita itu, tapi untuk sekarang Chaeyoung gak bisa. Ruang tahanan yang Chaeyoung hunyi sekarang gelap, cuma ada suara televisi yang menyala entah dimana wujudnya.
Chaeyoung pejamin mata sekali lagi, tapi pikiran nya beneran melayang-layang ke Jennie. Ingatan Chaeyoung masih tajam, Jennie di waktu persidangan dengan kondisi gak stabil, pucat dan kantung mata yang jelas terlihat. Walau Jennie tetap cantik dimata Chaeyoung, gak bisa dipungkuri saat itu Jennie terlihat sangat tertekan.
Chaeyoung duduk, menaruh dua siku di lututnya— Chaeyoung remas sedikit rambut pendeknya. Chaeyoung berdiri, melirik sekitar dan terlihat salah satu penjaga tahanan yang terlelap dengan dua kaki diatas meja. Chaeyoung lirik sebelah kiri, pandangan mata itu bertemu dengan mata seseorang yang juga menatapnya.
Hela nafas Chaeyoung keluar lagi, beranjak dan meringkuk perlahan diatas tikar yang ada disana, "Tidur Chae, tidur cmon broo." gumam Chaeyoung untuk diri sendiri.
Disaat beginilah air mata Chaeyoung jatuh spontan, berusaha buat hapusin setiap bulir yang jatuh. Chaeyoung mendekap lututnya, ingatan itu kembali pada malam yang memuakan tersebut. Chaeyoung khilaf dan bersalah, mengakuinya dihadapan hukum. Tapi apa pintu maaf dari Jennie juga udah dia dapatkan? Kayaknya belum.