#18 Aidah ingin Dinikahi

10 1 0
                                    


Di sepertiga malam, Aidah memposisikan dirinya duduk menghadap kiblat dengan kaki kanan yang digunakan sebagai penyangga. Kedua tangannya di angkat, air matanya pun menetes tak terbendung.

Ada harap yang ia belum berani mengungkap. Ada keinginan yang ia belum berani menyatakan. Ia ingin sekali menikah. Namun ia takut peristiwa 14 tahun yang lalu akan menimpa ia dan Yahya kembali.

Semenjak Kyai menawarkan seseorang kepada Ustaz Zakaria, Aidah pun was-was. Dalam hatinya yang terdalam, ia sangat melihat bagaimana Ustaz Zakaria sangat menyayangi Yahya. Ia pun tidak peduli, Ustaz Zakaria mencintainya atau tidak. Baginya, ia mau menikahi seseorang yang mana seseorang itu menyayangi anaknya dan siap menanggung segala resikonya ke depan.

Malam itu pun Aidah tak lepas berdoa. Ia meminta keyakinan hati. Ia meminta Allah SWT meyakinkan hatinya. Terus terang atau diam tanpa ada ujungnya. Merelakan sosok yang mencintai ia dan anaknya, atau berani mengambil keputusan, menikah dengannya, dan menanggung segala resiko yang menimpa nantinya.

***

Hari PTS pun akan segera tiba. Abidin, dengan sangat terpaksa selalu bersama Yahya di perpustakaan setiap pulang sekolah. Ini akibat hukuman Ustaz Zakaria yang membuatnya terus belajar bersama Yahya.

Yahya mengajarinya dengan kesabaran. Namun Abidin membalasnya dengan emosian. Yahya mengajarinya dengan pelan. Namun Abidin inginnya cepat asal selesai. Ya, begitu terus yang mereka lakukan sampai hari PTS pun tiba.

Abidin sudah tidak ada niatan lagi untuk mengerjai Yahya. Karena ia merasa harus fokus pada PTS kali ini. Kalau tidak, pecinya tidak akan dibalikkan oleh Yahya. Namun, di sisi lain ia baru sadar, kalau persaingannya dengan Yahya tidak akan mungkin bisa menang.

Yahya yang selalu peringkat satu terus, sedangkan dirinya yang masih berada di peringkat terbawah setiap semester. Ia baru sadar, menyetujui tantangan dengan Yahya adalah sebuah kebodohan.

Namun, nasi sudah menjadi bubur. Malam hari sebelum PTS tiba, Abidin benar-benar mempelajari apa yang sudah diajarkan oleh Yahya. Entah masuk atau tidak ke otak, yang penting pelajari saja, daripada diam di kamar tidak melakukan kegiatan. Hebatnya, ia tak kepikiran buat contekkan.

Ketika hari PTS tiba, Ustaz Badrul masuk ke kelas mereka sebagai pengawas jam ujian pertama. Ia membagikan lembar jawaban dan lembar soal ke masing-masing anak di setiap meja. Abidin tak seperti biasanya. Ia yang selalu santai, rebahan, dan bodo amat dengan ujian, hari ini tampak berbeda. Ia benar-benar mencoba mengingat apa yang sudah dipelajarinya bersama Yahya.

Ketika soal itu dibuka, ia membacanya dengan serius dan teliti. Ia memerhatikan tiap kata dan angka baik-baik. Awalnya biasa, namun ketika ia membaca soal tertentu, ia jadi teringat dengan apa yang diajarkan Yahya di danau dan di perpustakaan. Ia yang biasanya langsung menjawab B semua untuk semua pilihan ganda, hari itu, Abidin benar-benar serius mengerjakan soal.

Wah, yang diajarin Yahya keluar semua! batin Abidin dengan senyum sumringah dari bibirnya.

Ustaz Zakaria yang tiba-tiba mengintip dari jendela pun, melihat ekspresi seriusnya Abidin. Ia dibuat tersenyum dengan tingkah anak didiknya itu.

***

Sudah seminggu pekan PTS dilaksanakan. Abidin sudah sangat optimis bisa mengalahkan Yahya.

"Gimana, bisa enggak PTS-nya?" tanya Yahya kepada Abidin yang sedang merebahkan kepalanya di meja.

"Enggak usah sok peduli deh. Ya bisalah. Nilai aku pasti lebih bagus dari kamu."

"Oke, kita lihat saja nanti. Oia, Abidin, ke kolam yuk."

JATUHNYA CATATAN MALAIKAT RAKIB (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang