*Mina POV
Aku selalu mengatakan bahwa cinta adalah tentang pengorbanan. Tapi, aku tidak pernah membayangkan bahwa pengorbanan itu akan mengambil bentuk yang begitu tragis dan pahit. Kisahku dimulai di sebuah kota kecil, tempat aku bertemu dengan dia, kekasihku, yang menjadi segalanya bagiku.
Dia adalah seorang seniman, penuh gairah dan misteri. Senyumnya menjanjikan petualangan, dan matanya menyimpan kisah-kisah yang belum terungkap. Aku terpikat, jatuh ke dalam pusaran cinta yang intens dan memabukkan. Dia adalah pria idamanku.
Dia mengatakan bahwa aku adalah inspirasi dalam hidupnya. Setiap hasil karyanya banyak yang menyukainya dan mengakui keahlian jiwa seniman dalam dirinya. Dia bangga pada dirinya, dan aku pun bangga akan kehebatannya.
Bersamanya, aku merasakan kegembiraan yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Setiap hari adalah sebuah petualangan, setiap malam adalah sebuah mimpi. Namun, aku tidak menyadari bahwa mimpi itu perlahan berubah menjadi mimpi buruk.
Aku mulai melihat sisi lain dari kekasihku, sisi gelap yang dia sembunyikan dengan baik. Obsesinya terhadap seni dan keindahan berubah menjadi kegilaan, dan aku menjadi subjeknya yang paling berharga. Dia ingin menciptakan karya seni terakhirnya, dan dia ingin aku menjadi bagian darinya.
Pada suatu malam yang dingin, dia membawaku ke studio lukisnya. Lampu-lampu redup dan aroma cat minyak mengisi ruangan. Aku melihat kanvas kosong yang besar, dan di sampingnya, dia berdiri dengan palet dan kuas di tangannya.
"Sayang, aku sangat mencintaimu" Bisiknya dengan penuh puja padaku. Aku selalu terbuai setiap kata cinta yang terucap dari bibirnya.
"Aku juga sangat mencintaimu, sayang" Balasku tersenyum.
Ya, aku sangat mencintai kekasihku ini. Pria yang berhasil mengambil seluruh hatiku.
"Aku ingin kamu abadi dalam sanubariku" Ujarnya menatap lekat mataku. Cukup lama.
"Sayang...dengan ini, kita akan abadi," katanya dengan suara yang lembut namun penuh kegilaan.
Aku tidak sempat bereaksi sebelum dia mulai melukis, bukan dengan cat, tetapi dengan darahku. Setiap goresan kuasnya menyakitkan, namun aku tidak bisa bergerak, seolah-olah aku terhipnotis oleh cintaku yang buta.
Saat aku merasakan kekuatanku menghilang, aku menyadari bahwa aku rela mati di tangan kekasihku, jika itu berarti menjadi bagian dari karyanya yang abadi. Dalam detik-detik terakhirku, aku melihat ke dalam matanya, mencari cinta yang pernah aku kenal, tapi yang aku temukan hanyalah kegilaan.
"Sayang, nyatanya kamu lebih mencintai karya senimu daripada aku"
Aku meninggal di tangan kekasihku, menjadi karya seni terakhirnya, sebuah pengorbanan atas nama cinta dan keindahan. Dan dia, hancur oleh perbuatannya sendiri, menghilang ke dalam kegelapan, meninggalkan dunia dengan karya yang akan dikenang selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONESHOT (SATZU/MITZU/JITZU)
De TodoCerita hanyalah karangan Penulis. Saya berusaha memberikan karya-karya yang baik. 🍭Story tentang couple Satzu, Mitzu, Jitzu atau salah satunya. 🍭Atau mungkin hanya sekedar POV saja.