Cupang

31 2 4
                                    

Deza's POV

Sebenarnya hari ini gue agak takut ke sekolah, karena melihat Joan yang begitu marah kemarin membuat gue merinding membayangkan hukuman apa yang akan dia berikan hari ini.

PIP

Seperti biasa, suara klakson terdengar.

Gue buru-buru keluar dengan masih mengunyah dan belum minum, takut membuat Joan marah karena menunggu.

Aneh dia tidak menunjukkan ekspresi kesalnya seperti biasa, gue menunduk dan mendekat ke arahnya.

"Nih" Tiba-tiba ia menyodorkan minuman membuat gue heran.

"Ambil" Ucapnya memaksa. Dengan ragu gue mengambilnya dan naik ke motor lalu meminumnya, kemudian Joan melajukan kendaraannya.

Sepanjang jalan gue berpikir apakah air minumnya sudah ia campur dengan obat tidur?

Tunggu-tunggu? Joan tidak belok di jalan sepi tadi, malah lurus ke arah sekolah. Gue semakin bingung.

Kehadiran gue dengan Joan semotor berdua membuat pandangan siswa tertuju pada kami.

Ya selama SMA kami tidak pernah terlihat berbicara berdua di depan mereka, apalagi semotor berdua. Para siswa ramai membicarakan kami berdua.

Gue yang biasanya selalu telat tiba-tiba dibonceng murid teladan, ya wajar sih menarik perhatian.

Joan berjalan ke kelas sedangkan gue mengekor di belakang.

"Sayang!" Tiba-tiba seorang kakak kelas bernama Lily aka pacarnya Joan muncul, dengan tampilannya yang cantik dan seksi merapikan dasi milik Joan dan memeluk lengannya lalu berjalan ke kelas. Oh jadi ini kebiasaan mereka tiap pagi?

Terlihat serasi, sedangkan gue kayak terasi. Gue mencium ketiak gue dan masih harum, gue kembali sadar kalau hari ini hari pertama gue tidak telat. Tidak ada keringat dan tidak ada bau closet menempel pada pakaian.

Namun gue merasa was-was takut mood Joan tiba-tiba berubah.

.

.

.

Jam pertama merupakan kelas olahraga, semuanya biasanya mengganti di toilet. Akhirnya giliran gue masuk, saat membuka baju, tiba-tiba Joan masuk.

Jedar

Gue kaget, diam, membeku, apa yang gue pikirkan dari tadi soal hukuman dari Joan sepertinya akan terjadi. Apa ia akan menghukum gue di tengah anak-anak lain yang sedang mengganti pakaian?

"Yang lain penuh, gue malas ngantri" Ucapnya membuat gue terkejut. Ia segera membuka pakaiannya memperlihatkan dada bidangnya di sana dengan otat yang tercetak sempurna cocok dengan tubuh jenjangnya.

Tiba-tiba sebuah baju melayang di wajah gue.

"Buruan ganti baju dan lipat pakaian gue" Ucapnya menyadarkan lamunan gue.

Setelah itu kami berkumpul di lapangan, materi olahraga kali ini adalah basket, ya olahraga yang dibenci tubuh pendek seperti gue.

.

.

.

Setelah berolahraga kemudian kami mengantri untuk mandi. Ingin rasanya gue melewati kegiatan ini, karena Joan pasti akan menyeret gue masuk ke biliknya dan menghukum gue di sana. Mau gue kaburpun hal berat pasti akan menanti gue.

Tapi sekarang justru ia mengantri di bilik lain. Gue melihat ke arahnya dan ia melihat ke arah gue, membuat gue reflek menunduk.

Saat gue sudah ada di dalam bilik tiba-tiba seseorang menahan pintu saat gue ingin menutupnya.

(BL/BxB) What Are We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang