Asing

30 2 0
                                    

Deza's POV

Gue sedang berada di Cafe, sore ini gue nggak menyangka bakal dihadapkan dengan masalah.

Lebih tepatnya gue membawa masalah tersebut. Gue datang bersama Joan, padahal tahu kalau Junta mulai masuk kerja hari ini.

Gue terpaksa, karena dia memaksa untuk ikut, dan tidak ada hak gue untuk melarangnya karena siapapun pelanggan bakal dilayani di sana.

Junta langsung maju meraih kerah baju Joan saat melihatnya di belakang gue, beruntung gue bisa menenangkannya. Joan masih tetap tenang duduk di mejanya.

"Lo nggak diapa-apain kan sama dia?Gue khawatir sama lo, gue takut lo kenapa-kenapa" Ucapnya meraih tangan gue membuat gue sedikit tersentuh dengan sikapnya.

"Thanks udah khawatir sama gue, kita kembali kerja yuk, anggap aja dia pelanggan" Ucap gue tersenyum sambil melepas genggamannya, berjalan keluar dari ruang karyawan.

Saat bekerja, pikiran dan mata gue sesekali melihat ke mereka berdua, jika itu Junta yang mengantarkan pesanan Joan maka gue akan berlari kecil ke arahnya meminta ganti peran dengan gue, membuat performanya gue di Cafe berantakan.

Sekali saja melepaskan pandangan dari mereka berdua gue takut masalah besar akan muncul, seperti sekarang. Gue habis dari toilet, dan saat kembali tidak menemukan Junta dan Joan.

Panik, gue sangat panik, gue bertanya pada karyawan lain tapi mereka tidak memperhatikan. Gue segera keluar dan mencari di sekeliling Cafe.

Tepat di gang kecil, gue lihat mereka sedang saling memegang kerah, tatapan tajam dan tangan yang sudah mengepal kuat.

Gue segera berlari mendekat.

"Lo suka sama dia?"

"Ya gue suka sama Deza, dan gue nggak akan biarin bangsat seperti lo mengganggu hidupnya"

"Ha, sudah gue duga, lo juga sama menjijikkan dengannya. Asal lo tahu, Deza? Pernah mendesah di bawah gue, lo lihat bibir manisnya? Bibir itu pernah menyepong gue?" Junta melayangkan tinjunya namun Joan menahannya.

"Junta, junta, yakin lo mau dengan barang bekas itu?" Lanjut Joan tanpa menyadari keberadaan gue.

Sedangkan gue yang berdiri tadi merasakan lutut gue goyah, gue terduduk di gang kecil tersebut. Terbayang akan apa yang dikatakan oleh Joan barusan, ingatan akan apa yang pernah dia lakukan ke gue membuat gue mual,  air mata tidak dapat gue tahan.

Mendengar suara mual dari gue mereka pun akhirnya sadar akan keberadaan gue.

"Deza?!" Bingung, entah siapa yang memanggil nama gue khawatir karena gue merasa pusing dan tidak sadarkan diri.

.

.

.

Membuka mata, gue berada di sebuah ruangan kesehatan, entah puskesmas atau rumah sakit. Ada Junta di samping gue yang tertidur menggenggam tangan gue.

Ingatan-ingatan tentang kejadian di gang kecil tadi muncul.

Joan ternyata masih sama, ia masih benci kepada gue. Padahal gue kira perlakuan yang ia berikan akhir-akhir ini merupakan tanda ia mulai memaafkan gue, tapi gue salah, gue bodoh seperti biasa.

"Lo udah bangun?" Junta bangun dari tidurnya.

"Iya Jun, kenapa gue bisa ada di sini? "

"Lo pingsan, terus gue bawa lo ke puskesmas. Kata dokternya sih cuma kelelahan"

"Terus? Jo-" Gue bertanya tentang Joan tapi dipotong oleh Junta.

"Lo dengar percakapan tadi?" Gue hanya diam.

(BL/BxB) What Are We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang