Cp. 5

658 71 12
                                    

Kamis, 20 Juli 20xx
________

"Kamu ngapain deh udah beberapa hari ini suka ngilang."

"Aku pusing tau nyarinya," lanjutnya mengerucutkan bibir.

Lucu.

Tapi tidak.

Tidak mungkin seorang Adeline Wijaya berkata demikian secara langsung. Apalagi kepada Aralie, perempuan yang sejak awal pertemuan mereka terus menerus mengikutinya.

"Siapa yang nyuruh nyari?" tanyanya balik yang tentu saja menusuk lawan bicaranya itu.

"Malesin deh! Kita kan ga sekelas, Del, kalau kamu ga masuk tuh si Lily, Fritzy suka nanya ke aku. Ya kalo aku ga tau kamu ke mana, aku harus jawab apa?"

"Bilang aja ga tau," jawabnya singkat.

Lagipula sejujurnya Delynn tak mengerti kenapa Aralie bisa sebegitu perhatian, padahal kalau dirinya menjadi perempuan itu mana mau ia berteman dengan seseorang seperti dirinya sendiri.

Urusan masing-masing saja, kan?

Bahkan tak jarang Aralie mengirim banyak pesan saat dirinya tak terlihat. Maksudnya, ada waktu di mana mereka tidak bertemu, pada saat itulah Aralie akan mempertanyakan keberadaannya sampai dirinya terlihat oleh mata perempuan itu.

"Tapi serius deeeh, kamu tuh ke mana sih?"

"Ad—"

"Delynn!"

"Lily jangan lari-lari nanti kamu jatuh!" tegur Aralie pada Lily yang berlari kecil.

"Eh hai Aralie!"

Lily mulai mengambil posisi di depan Delynn dan menyimpan minuman botol yang ia beli sebelumnya.

"Kalian berdua aja dari tadi?" tanya Lily basa-basi.

"Iya nih, Kak Shasa nyalin tugas Kak Lana dulu katanya."

"Eh kamu ga pesen makan, Ly?"

Lily menggeleng, "Aku masih ada urusan. Ke sini beli minum aja sama mau nyari Delynn."

"Tuh kan apa aku bilang, kamu suka dicariin." Aralie menusuk pelan lengan Delynn dengan jari telunjuknya.

"Iya nih Delynn suka ilang-ilangan," setuju Lily. "Btw Del, nanti kamu langsung pulang aja. Aku masih ada urusan."

Delynn mengangguk, mengabaikan dua pasang mata yang tertuju padanya.

Tak lama kemudian Lily berpamitan lebih dulu. Kini meja itu kembali diisi oleh keduanya yang masih sibuk menikmati pesanan masing-masing.

"Kamu sering sama Lily?"

Delynn menoleh, menggeleng. "Ngga."

"Terus itu Lily nyuruh kamu pulang duluan?"

"Tadi dia berangkat bareng."

"Berarti kalian udah kenal dong sebelum masuk sini? Eh tapi kayaknya ngga deh, Lily aja ngajak kamu kenalan waktu di tribun."

Aralie mulai menopang dagunya, berpikir kemungkinan apa yang membuat kedua temannya itu menjadi dekat.

"Tadi ga sengaja ketemu aja."

Aralie mengangguk paham. Netra miliknya lantas memperhatikan fitur samping milik Delynn. Sedang yang diperhatikan merasa tak terganggu, masih sibuk dengan pesanannya.

"Lucu," gemas Aralie mencubit pelan pipi kanan Delynn.

"Tangan kamu kotor, lho!" tegur Delynn mengusap pipinya.

Take Me - AralynnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang