Lux tak menjawap pertanyaan Kristin dia pergi ke walkin closet untuk berganti pakaian "tunggu aku sebentar, kau boleh duduk dimana saja" Lux berlalu masuk ke walkin closet."Hmn.." Kristin hanya menjawab singkat
Mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar Lux, dia membuka gorden tebal yg menutupi jendela kamar dan woow jendela kaca ini sangat besar, ini bukan jendela. Lebih cocok di sebut tembok kaca. Seluruh taman mension terpampang dari sini. "Sangat indah" gumam Kristin. Sinar mentari pagi masuk menerangi kamar, Kristin kini melihat dengan jelas seluruh isi kamar.Kamar maskulin khas pria, dengan nuansa Navy, dark brown dan sedikit sentuhan gold. "Kamar ini sangat harum,
Aku bisa mencium aroma tubuh Lux dimana-mana" Kristin mengendus dengan rakus aroma maskulin Lux, aroma amber dan Pohon pinus dengan sentuhan mint. Dia mulai memungut selimut dan baju Lux yg berjatuhan.
Kamar ini sangat rapi, selimut yg Kristin pungut ini barusan dijatuhkan oleh Lux. Dan baju celana ini mungkin yg kemarin malam Lux pakai. tak ada debu sedikit pun. kristin meletakkan selimut dan merapikan ranjang beserta bantalnya. Baju celana yg dia pungut dimasukkan ke keranjang Laundry. Merapikan Gelas dan piring camilan menjadi satu di samping meja, sepertinya bekas camilan Lux tadi malam. Apa dia bergadang?
Apa dia tak bisa tidur tadi malam?
Ahh.. Tp pagi ini aku malah mengganggunya untuk jogging.Lamunan Kristin dibuyarkan oleh suara pintu walkin closet yg terbuka. Lux keluar dengan celana trening grey tanpa mengenakan baju. Seperti biasa, Kristin terpana dengan dada kokoh itu, perut keras dengan 6 kotak terpahat sempurna
"Apa aku begitu tampan? Kau tak berkedip memandangku" Lux berjalan ke arah Kristin. Berhenti tepat di depan nya hampir tak ada jarak. Lux mengambil tangan Kristin, meletakkan di dada nya dan mengusapkan ke bawah menuju perutnya. "Apa kau menyukainya?" Lux menggoda Kristin.
Kristin buru-buru menarik tangannya "kau sudah siap?? ayo kita pergi joging. Kenakan baju mu"
"Aku sudah siapa, hanya seperti ini" Lux mengangkat bahu menunjuk dirinya.
"Kenapa kau bertelanjang dada? Mau pergi jogging atau menggoda wanita disana?" Kristin menatap tajam pada Lux
"Kau cemburu??" Lux kembali menggoda Kristin
"Terserah kau saja, bukan urusan ku bagaimana kau berpakaian" Kristin memalingkan wajahnya."Benarkah? Apa kau yakin??" Lux terus menggoda Kristin.
Kristin berlalu ke arah pintu, tak ingin memperdulikan Lux. Tepatnya dia tak ingin terlihat begitu menyukai Lux, pria ini akan besar kepala dan mungkin tak menghargai Kristin karena dianggap mudah mendapatkan hati Kristin.
Dia ingin Lux menghargainya, mencintai dan menyayanginya dengan sangat."apa tadi ada omega yg datang kemari? Apa dia melihat mu di dalam kamar? Lux bingung melihat kamarnya sudah rapi dan gordern pun sudah dibuka terikat rapi disamping jendela.
Kristin menghentikan langkahnya, menoleh pada Lux " tidak ada yg masuk kemari, ada apa?
"Apa kau merapikan kamarku?" Lux memiringkan wajahnya penasaran.
"Ahh.. Maaf apa kau tidak nyaman aku melakukannya? Maaf aku hanya senang melakukannya" Kristin menjawab sedikit malu.
"Ada omega yg akan melakukannya, jangan membuat dirimu lelah. Kau adalah tamu, kau yg harusnya dilayani"
Lux melangkah keluar kamar diikuti oleh KristinKenapa Lux masih mnganggapnya tamu? Apa Lux suda bertekad tidak akan menerimanya? Apa Lux memberinya kesempatan hanya formalitas agar dia tak merasa sedih? Segala kemungkinan berputar di otak Kristin sambil terus mengikuti Lux keluar mension.
Apa dari awal Lux sudah mengambil keputusan untuk mencari pasangan pengganti sejak Lux tau bahwa dirinya adalah pasangannya?
Benarkah kesempatan dekat dengan Lux hanya sebuah sedekah dari Lux agar aku tak sedih karena Lux tau aku menyukainya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mate from the Island of God
Manusia Serigala[21+ warning] mohon bijak dalam membaca Luxer Maddox the Alpha King Airport Seattle sore hari, dia menuju pintu keluar setelah mengantar sepupunya yang menjalankan misi ke pack di Eropa. Melewati pintu arrival anging berdesir, harum stroberi dan bat...