Pagi yang begitu indah pada sebagian orang, membuat sosok pria satu anak ini dilanda dengki luar biasa.
Bagaimana tidak?! Hari minggu yang bisanya Markus habiskan dengan sang putra, tanpa ada gangguan pekerjaan. Akan tetapi saat ini berbeda.
Sejak matahari memunculkan sinarnya, putranya telah pergi meninggalkannya. Pergi tanpa mengikutsertakan dirinya. Pergi dengan tawa dan rasa senang yang tercipta. Dan pergi dengan seseorang yang Markus akan mengutuk saja pasti dirinya yang kalah.
Gamavin pergi. Meninggalkannya sendiri.
"Ada apa denganmu? sejak tadi pagi murung terus." Herlambang yang tengah menyantap sarapannya bertanya pada sang Putra didepannya. Bagaimana tak bingung apabila melihat raut Markus yang memelas.
"Kak sumpahh, Alay banget." ketus Orion dengan meneguk segelas air.
"Tidak selera." jawab Markus lemah.
"Ya Tuhan....Papah tidak bisa berkata-kata dengan sikapmu. Sudahlah terserahmu saja." Selepas meneguk minuman, Herlambang berjalan menjauh pada meja makan.
"Kak sumpah najis banget. Gama cuman mau weekend sama Bunda Panti tapi kamu kayak berasa ditinggal berabad-abad." Kesal Orion.
Memang benar. Pagi-pagi sekali Gamavin meninggalkan mansion kebesaran keluarga Martin.
Anak itu sempat berkomunikasi dengan Bunda Panti bahwa pada akhir pekan akan menikmati waktu mereka berdua. Ibaratnya quality time.
Namun sayang beribu sayang yang Gama lupakan. Bahwa Ayahnya ini begitu keberatan dengan keputusan sang Putra.
Awalnya Markus sempat menolak dan membantah, tapi Gamavin dengan seribu ancaman tentu saja meluluhkan ego sang Ayah.
"Kamu gak ngerti apa yang Kaka rasakan Yon." Orion yang melihat raut memelas kakaknya kembali mendecih.
"Kakak kesepian tanpa putra Kakak."
"PAHHHHH KAKAK ALAY BANGETTT PAHHHH, HUWEKKK"
Sungguh Orion tidak kuat melihat begitu dramatisnya sang Kakak. Beliau ini begitu ancrit.
■■■■■■■
"Ihh Aku udah lama gak nyarap bubur sama Bunda. Kangen deh." Gama berceloteh ria dengan menyuapkan sesuap bubur dihadapannya.
"Bunda juga kangen." balas sang Bunda dengan senyuman.
"Kalo sama Ayah mah bosen. Mana Ayah tuh picky banget sama makanan yang Gama makan. Jadi males." gumamnya kesal.
"Gak boleh gitu ah. Itu kan Ayahnya mau mastiin kalo apa yang masuk ke mulut Gama semuanya sehat."
"Tapi Ayah tuh berlebihan!! masak aku mau makan Mie instan aja gak boleh. Malah nyuruh Bi Lastri bikinin Mie sendiri." kesal Gama.
Memang Gamavin seringkali meminta untuk makan mie instan yang beredar dimasyarakat. Akan tetapi si bapak posesifnya itu melarang. Malah Ia meminta Bi Lastri untuk membuat olahan mie sendiri dengan dapur miliknya.
Oh Tuhan...Ayahnya berlebihan banget!!!
Bunda tertawa mendengar gerutuan anak laki-laki didepannya. Begitu lucu melihat kedua pasangan Ayah-Anak ini yang ada-ada saja kelakuannya.
"Lebih bagus dong."
"Ih Bunda pro Ayah terus ah!!!"
Kegiatan menyantap sarapan dengan kedai bubur langganan berjalan begitu menyenangkan. Gamavin dan Sang Bunda tak sekalipun melunturkan senyum mereka.
Canda tawa terus mengisi sepanjang kegiatan mereka. Hingga siang hari mereka memilih untuk datang pada suatu tempat.
Tempat yang setiap manusia akan kembali pulang. Tempat yang setiap manusia pasti akan memilikinya. Dan tempat dimana setiap manusia akan berada pada pelukan sang pencipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gamavin and The Martin [END]
JugendliteraturKeseharian yang mengalir bagaikan arus sungai, tiba-tiba saja terusik dengan kabar bahwa dirinya akan diadopsi oleh seorang DUDA KAYA RAYA. Keseharian yang seharusnya berjalan tanpa arah harus berubah dalam arahan seseorang, bahkan aturan sebuah kel...