file: 11

126 20 0
                                    

Saat ini Chan sedang duduk di sofa rumahnya. Dia sedang memikirkan Minho yang wajahnya terasa familiar dalam ingatan. Bahkan sepertinya dia pernah bertemu dengan pemuda itu sebelumnya.

Tapi di mana?

Chan menghela nafas panjang dan mulai memikirkan hal lain yang sekiranya bisa mengalihkan pikirannya dari Lee Minho. Tapi sekeras apapun dia mencoba, gambaran wajah pemuda itu terus memaksa masuk ke dalam kepalanya.

Tok tok tok!!

Ketukan di pintu rumahnya membuat Chan bangkit. Dia lantas berjalan ke arah pintu dan membukanya.

'Sial, kenapa harus dia?' pikirnya.

"Ada apa?" tanya Chan.

"Ini," ujar Minho sambil menyerahkan sebuah flashdisk pada Chan.

"Apa ini?"

"Entahlah, aku menemukannya di meja ruang tamu. Sepertinya punya Hyunjin atau Jisung,"

"Kenapa kau memberikannya padaku?"

"Mereka temanmu, kan?" tanya Minho balik.

"Lalu memangnya kau bukan teman mereka? Aku yakin mereka akan datang ke rumahmu kalau mau mencari flashdisk ini, bukan ke rumahku,"

Minho mengedikkan bahu, "aku mau keluar," ujarnya yang kemudian langsung beranjak dari sana. Tinggalkan Chan dengan segala pikiran aneh di kepalanya.

- Two Faced -

Dan sekarang Minho sedang mendudukkan dirinya di tepi sungai Han sambil memikirkan banyak hal. Salah satunya adalah tentang bagaimana caranya ia mengatakan kebenaran itu pada Chan.

Sejujurnya Minho lelah. Dia lelah karena harus terus memakai topeng di depan Chan dan yang lainnya seakan mereka memang baru saling mengenal. Padahal Minho mengenal mereka semua jauh lebih dulu. Jauh sebelum dia kembali dari Daegu.

Mereka dulunya adalah sekumpulan anak laki-laki yang dikumpulkan karena alasan yang sama dengan Chan. Tapi bukan Minho yang melakukannya, itu adalah tugas anggota lain.

Minho terus memikirkan hal itu sampai tanpa menyadari jika Changbin telah duduk di sebelahnya.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Changbin membuyarkan pikiran Minho.

Minho menggeleng pelan tanpa menoleh sedikitpun dan memilih untuk menyembunyikan wajahnya di antara kedua lutut.

"Katakan saja, siapa tau aku bisa membantumu,"

Minho hanya diam. Dia tidak berniat untuk menceritakan urusan pribadinya bahkan pada teman satu timnya sekalipun. Karena dia tau kalau misi mereka bisa terancam jika teman-temannya sampai tau.

"Kalau kau mau menangis, silahkan saja. Aku akan menunggu," ujar Changbin menatap aliran air di depannya.

Minho diam. Air matanya mengalir menuruni wajahnya tanpa suara.

Minho menangis tanpa suara.

Minho bahkan tak tau apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Air matanya terus mengalir seolah emosinya sedang meledak. Padahal dia tidak terisak sama sekali.

"Hey, kau baik-baik saja?" tanya Changbin sebab Minho tidak memberikan respon apapun.

"Aku tidak tau," balas Minho mengangkat kepalanya dan menatap Changbin.

"Loh? Kau menangis?!"

"Aku tidak tau. Apa ini bisa dibilang tangisan?" tanya Minho balik.

Changbin diam dan memilih untuk berpikir sejenak sebelum menanggapi pertanyaan Minho, "apa yang kau rasakan?"

"Tidak ada,"

"Sungguh?"

Minho mengangguk.

Dia tidak tau kenapa air matanya tidak juga berhenti keluar meski dirinya tidak merasakan apapun.

"Mungkin sudah lama sekali sejak aku terakhir menangis," ucap Minho.

"Memangnya kapan?"

"Sepertinya sejak tujuh tahun yang lalu,"

'Pantas saja,' batin Changbin.

-

To Be Continued

[Tuesday, May 14 2024]

Two Faced • Banginho [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang