Bahasa

98 5 2
                                    

Di sebuah mansion yang cukup besar dan modern, terdapat keluarga yang cukup harmonis. Terdiri dari satu kepala keluarga, seorang ibu dan satu anak laki-laki----oh, atau dua?

Sang ayah sedang ada urusan tentang pekerjaan nya, jadi, hanya terdapat sang ibu dan sang anak.

Pemuda 12 tahun bernama Kaizo sedang asyik memeluk dan mengelus perut sang ibu yang tampak bundar dan besar yang sedang duduk di sofa empuk. Sang ibu hanya terkekeh atas tingkah anak nya dan hanya mengelus punggung Kaizo. Tas dan sepatu sekolah berhamburan di lantai, menandakan bahwa Kaizo baru saja pulang dari sekolah nya, Kaizo terlalu kangen dengan calon adik nya dan berakhir melupakan segala nya.

"Kaizo, tadi Kaizo belajar apa di sekolah?." Sang ibu memulai percakapan mereka. Kaizo mendongak kan kepala nya dan menatap netra sang ibu dengan lamat.

"Kaizo tadi belajar tentang berbagai bahasa di seluruh dunia ini, bu. Ternyata banyak sekali bahasa yang Kaizo tidak kenal." Ucap Kaizo dan kembali menunduk kan kepalanya dan memeluk kembali perut sang ibu.

"Oh, ngomong-ngomong soal bahasa. Kaizo sayang, tahukah kamu. Bahwa ada satu bahasa spesial yang bisa dimengerti oleh semua orang di dunia ini, tidak peduli siapa mereka?" Sang ibu melemparkan pertanyaan yang berhasil membuat Kaizo kembali mengubah posisi nya jadi melihat ke mata sang ibu.

"Emang nya apa, bu? Emang ada bahasa yang semua orang tahu? Kaizo ga percaya! Semua orang pasti belajar bahasa itu dulu agar mereka dapat menguasai nya!" Kaizo memalingkan kepalanya, sedangkan sang ibu hanya tersenyum sedu.

"Ada tahu, bahasa yang ibu maksud adalah kebaikan!"

"Hah? Kebaikan?" Kaizo membulat kan bola matanya dan dengan cepat melihat kembali ke arah sang ibu.

"Coba pikirkan, kebaikan adalah bahasa yang membuat tunarungu dapat mendengar, tunanetra dapat melihat, tunawicara dapat berbicara, tunadaksa dapat bergerak, dan orang lumpuh dapat merasakan." Ucap sang ibu menjelaskan kepada Kaizo.

Di siang yang terik dan jalanan yang ramai, Kaizo membuntuti sang ibu yang sedang menenteng tas belanja. Suasana lalu lintas yang ramai dan bising akibat klakson kendaraan yang lalu lalang, sang ibu mampir ke toko buah untuk membeli beberapa buah untuk stok di rumah, sedangkan Kaizo menunggu sang ibu dengan sabar. Hingga netra nya beralih kepada seorang remaja yang memegang stik aluminium yang panjang sebagai penuntun untuk berjalan

"Bu, ibu! Lihat itu! Ada seseorang yang sedang memegang tongkat itu, emang nya itu apa sih?" Kaizo menarik fabric baju sang ibu. Sang ibu pun menoleh ke bawah dan melihat remaja itu dan tersenyum.

"Kaizo, dia adalah seorang tunanetra, tunanetra adalah orang yang istimewa!."

"Hah? Istimewa? Tunanetra? Apa maksud ibu.?"

"Iya, tunanetra adalah seseorang yang kehilangan kemampuan untuk melihat, itu sebab nya ia membutuh kan tongkat sebagai alat bantu untuk berjalan dan merasakan benda di sekitar. Tapi, jangan salah sayang. Orang-orang itu adalah orang istimewa karena bisa melakukan apapun walaupun tidak bisa melihat! Dia seperti kita juga, lho." Ucap sang ibu dan berhasil membuat mata Kaizo terbinar dan kembali melihat remaja itu dengan kagum, Kaizo bertutur dengan suara yang rendah. "Wah, dia keren sekali ..."

"Tapi, dia juga membutuhkan bantuan, Kaizo, maukah kamu membantu remaja itu untuk menyebrang jalan? Jalan itu terlihat ramai dan sedikit berbahaya" Tanya sang ibu dan dengan cepat Kaizo mengangguk kan kepala nya dan berlari ke arah remaja itu.

"Kakak! Biarkan Kaizo menuntun kakak berjalan yak!" Teriak Kaizo dan membuat remaja itu sedikit terperanjat.

"Oh, iya, terimakasih ya adik, kakak sangat membutuhkan bantuan mu."

Kaizo memulai memegang tangan remaja itu dan dengan perlahan berjalan melewati jalan yang ramai, tak lupa ia memberi sebuah tanda kepada para pengguna kendaraan untuk berhenti sejenak dan membiarkan mereka berdua untuk berjalan.

Setelah Kaizo berhasil membantu remaja itu, sang remaja dengan tangan yang bergetar seperti mencari keberadaan Kaizo dan menempatkan tangan itu di atas pucuk kepala Kaizo dan mengelus nya dengan lembut.

"Terimakasih, adik ... Karena telah membantu kakak, kau adalah anak yang terpuji ...." Kaizo hanya tersenyum dan terkekeh dengan senang.

Dari kejauhan, sang ibu melihat aksi anak nya dan tersenyum bangga.

"Padahal, sangat sulit untuk menunjukkan kebaikan kepada orang yang tidak kamu kenal."

Kaizo tampak memeluk sang ibu dan menangis dengan kencang, air mata yang kerap keluar dari matanya membuat baju sang ibu basah karena air mata.

Di sekolah, Kaizo sempat memperlihatkan tas baru nya yang bergambar ultraman kepada teman-temannya di kelas, namun, hal itu malah berbanding balik, banyak yang mengejek Kaizo karena memakai tas yang untuk anak kecil dan itu membuat dirinya menjadi 'kekanak kanakan' bagi mereka.

"Kaizo ... *hic* hanya *hic* ingin ... Memperlihatkan tas kaizo ... *hic* yang baru ... Mengapa *hic* mereka *hic* mengejek Kaizooo *hic*" tanya Kaizo dengan terdengar sulit untuk didengar karena kata-kata Kaizo bercampur dengan seguk an miliknya. Sang ibu hanya terdiam dan memeluk Kaizo dengan lembut namun terasa hangat.

"Tak apa, sayang ... Kaizo sudah mencoba yang terbaik untuk memberi mereka kebaikan. Kaizo tidak boleh menyalahkan diri sendiri karena gagal untuk melakukannya."

Dunia ini penuh dengan kesakitan, penderitaan, dan hal-hal negatif. Seperti perang, diskriminasi, konfik politik, bahkan seseorang memberimu hari buruk disekolah tanpa alasan!

Kamu mungkin bertanya-tanya.

"Mengapa harus berbaik hati ketika ada begitu banyak hal negatif di dunia ini?" Kaizo bertanya kepada sang ibu dan tetap di posisi nya untuk memeluk perut sang ibu.

"Disitulah peran kerendahan hati berada, sayang! Tindakan kebaikan adalah tindakan pelayanan dimana kamu memilih untuk menjadi baik. Bahkan saat dunia melemparkan hal-hal negatif ke arah kamu, Kaizo"

"Dengan menjadi terang, tidak bereaksi terhadap kegelapan. Tidak membiarkan apa yang mereka katakan mempengaruhi niat kamu. Kebaikan bukan hanya tentang orang lain, tapi tentang kamu juga!"

"Ibu ingin kau juga bisa menuntun adik mu untuk berjalan di arah kebaikan, dan tidak membiarkan dirinya jatuh kedalam kegelapan ... Ibu ingin kau juga bisa menjadi orang tua kedua untuk adik mu, ibu mungkin tidak bisa berlama menemani kalian berdua"

"Satu tindakan kebaikan kecil dapat mengubah kesadaran kamu dan cara kamu berpikir tentang diri sendiri. Ingat, pada akhirnya kebaikan bukan karena keunikan atau keistimewaannya." Sang ibu kembali mengelus pucuk kepala milik Kaizo, Kaizo hanya tersenyum kecil dan berdiam diri mendengarkan perkataan sang ibu.

"Kebaikan adalah siapa kamu sebenarnya."

"Dan mengingatkan kamu tentang siapa kamu."

"Dan untuk itu."

Sang ibu memegang kepala Kaizo dan menempelkan kepada dahi milik nya. Ke empat mata itu saling bertemu satu sama lain, senyuman kecil terukir di wajah sang ibu.

 Ke empat mata itu saling bertemu satu sama lain, senyuman kecil terukir di wajah sang ibu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Ibu sangat bangga padamu."

Fin.

BahasaWhere stories live. Discover now