part 22

2K 172 0
                                    

Setelah masuk ke dalam rumah. Jeno tidak menemukan siapapun. Pasti Abigail dan juga Aria sudah tidur dengan para pelayan lainnya.

Dengan sedikit bergegas, ia langsung berjalan kearah kamarnya. Membukanya dengan kesal. Dan langsung pergi menuju lemari yang ada di dalam kamarnya.

"Tunggu dulu. Bukannya aku tidak membawa apapun?"
Ucapnya tersadar sendiri.

"Ada apa?"
Suara Mark berhasil membuatnya menoleh kearah pintu kamarnya.

"Kau bisa membawa semua baju yang ku berikan untuk mu"
Ucapnya menatap lurus kearah wajah Jeno yang masih saja terlihat kesal.

"Aku tidak butuh"
Ucap Jeno masih dengan eskpresi yang sama. Mark menghela nafas pelan, lalu berjalan kearahnya.

"Bisa aku bertanya pada mu?"
Ucapnya yang sudah berdiri di depan Jeno.

"Ada apa dengan mu? Kenapa jadi marah-marah tidak jelas seperti ini?"
Tanya Mark yang mulai sadar jika Jeno terlihat aneh sekarang. Jeno yang mendengar perkataan Mark langsung terdiam.

Tentu saja. Ada apa dengannya? Jangan bilang ia cemburu saat melihat Mark dengan Sohyun. Tapi apa urusannya dengan hubungan mereka? Mark juga bukan siapa-siapanya.

"Sayang?"

Jeno memejamkan kedua matanya, berusaha menetralkan perasaannya. Lalu kembali menatap kearah mata tajam Mark.

"Boleh aku bertanya pada mu, tuan Lee?"
Ucapnya dengan senyuman tipisnya.

"Hm"
Angguk Mark.

"Kenapa kau bersikap seperti ini pada ku?"
Tatapan Jeno terlihat berbeda membuat Mark tidak bisa bercanda saat ini.

"Aku ingin tau. Bagaimana perasaan mu pada ku saat ini?"

Mark hampir tertegun ketika melihat keberanian Jeno menanyainya pertanyaan seperti itu.

"Aku lelah dengan sikap mu yang memperlakukan ku seperti pasangan mu. Padahal kita tidak memiliki hubungan apapun"

"Kau ingin aku memperjelas hubungan kita?"

Jeno terdiam.

Satu alis Mark terangkat, menatap serius kearah Jeno.

"Aku..soal itu.."

"Hm?"

"Aku ingin tidur. Keluarlah!"
Jeno langsung memalingkan wajahnya.

"Kau tidak jadi pergi?"
Tanya Mark mengingatkan keinginan mendalam Jeno sedari tadi.

"Kau ingin mengusir ku?"
Jeno menatap kaget kearahnya.

Mark tersenyum tipis,
"Tentu saja tidak, sayang"

Jeno kembali mendengus kesal.

"Kita akhiri malam ini. Istirahatlah, kau butuh menenangkan hati dan tubuh mu. Besok kita akan membicarakan ini lagi"
Ucapnya yang langsung pergi meninggalkan Jeno yang masih mematung di tempatnya berdiri.

"Astaga! Aku kenapa sih!?"
































Keesokan harinya, pagi itu berjalan dengan baik seperti pagi-pagi sebelumnya. Jeno terlihat tengah memasak sarapan pagi dengan di bantu Aria yang memang selalu ada di dapur setiap paginya.

"Selamat pagi kak Jeno!"
Sapa Abigail yang baru saja tiba di ruang makan. Jeno terlihat tersenyum, dan langsung meletakan segelas susu di depan gadis itu.

"Selamat pagi juga princes Abigail"
Ucapnya dengan senyuman.

"Bagaimana pesta semalam? Apa kakak menikmatinya"
Tanya Abigail. Jeno langsung terdiam. Langsung teringat dengan kejadian membingungkan antara ia dan Mark kemarin.

"Ah..soal itu..tentu saja. Disana lumayan menyenangkan"
Jawab Jeno yang berusaha untuk tersenyum. Abigail yang mendengar hal itu terlihat tersenyum bahagia.

"Selamat pagi"
Suara dominan milik Mark mengalihkan perhatian keduanya.

"Pagi paman"
Balas Abigail dengan raut wajah datarnya.

"Sayang, aku mau kopi"
Ucapnya tertuju pada Jeno yang hanya menatap datar dirinya.

"Baik, tuan.."
Ucap Jeno dengan sabar.

Ini hari minggu, waktu bersantai untuk mereka di rumah. Abigail tidak sekolah. Dan Mark memilih cuti untuk hari ini.

Kopi yang Jeno buat sudah ada di tangannya. Tinggal ia berikan saja pada Mark yang tengah duduk di salah satu sofa yang ada di ruang tamu mansion mewah itu.

Tanpa bicara Jeno langsung meletakkan kopi itu di depan Mark.

Ia langsung berbalik dan hendak pergi, namun tangan Mark tiba-tiba saja menarik tubuhnya hingga kini si manis itu berada di pangkuannya.

Jeno menatap kaget kearah wajah tidak bersalah Mark yang kini kenatap tajam kearahnya.

"T-Tuan.."

"Ingin mengatakan sesutau?"
Tanya Mark dengan raut wajah datarnya. Jeno yang masih terlihat kaget hanya diam saja.

"A-Aku.."

"Hm?"

"Apa yang harus ku katakan?"
Tanya Jeno yang mulai kebingungan.

"Bukankah kita akan membahas masalah semalam?"
Tanya Mark dengan raut wajah santainya. Jeno mengerang kesal, lalu memalingkan wajahnya.

"Lupakan saja"
Ucapnya dengan ketus. Mark terlihat tersenyum, dan semakin mendekatkan wajahnya dengan Jeno.

"Lupakan? Tidak semudah itu, sayang"
Bisiknya di telinga Jeno.

"Aku serius ketika bertanya. Ada apa dengan mu?"
Ucap Mark sekali lagi.

"Aku..itu..aku hanya ingin kepastian dari mu"
Ucap Jeno sambil memejamkan kedua matanya, terlalu malu dengan apa yang ia katakan.

"Kepastian?"

Bahu Mark ia cengkram dengan cukup kuat mereka masih berada di posisi yang sama, melupakan siapa saja yang bisa melihat mereka dalam posisi seperti ini.

"Sebenarnya siapa aku untuk mu? Mengapa kau melakukan semua ini pada ku?"
Tanya Jeno dengan lirih, namun Mark bisa mendengarnya dengan jelas.

"Bukankah aku sudah mengatakannya pada mu, hm? Aku melakukan ini untuk membalas kebaikan mu"
Ucap Mark. Jeno yang mendengar hal itu membulatkan kedua matanya. Apa ia sudah terlalu percaya diri selama ini? Kenapa ia menganggap perlakukan Mark selama ini lantaran pria itu yang suka dengannya?

"Sayang?"

Jeno kembali memejamkan kedua matanya, lalu menoleh kearah Mark.

"Boleh aku mencium mu?"
Tanyanya dengan tiba-tiba. Mark terlihat terkejut, namun setelahnya ia tersenyum lembut.

Sebuah ciuman ia berikan pada sekretaris manisnya itu, ciuman lembut yang tidak menuntut, ia membiarkan Jeno mendominasi ciuman mereka. Ia ingin tau perasaan yang tengah anak itu rasakan saat ini.

Ciuman itu terputus. Jeno langsung mengusap bibirnya dan beranjak dari pangkuan Mark.

"Ayo sarapan. Aria sudah menyiapkan sarapan untuk kita"
Ucapnya dengan raut wajah datarnya. Mark hanya mengangguk dan langsung mengikuti Jeno tanpa menyentuh kopinya sama sekali.







































VannoWilliamsSuldarta

Mafia Secretary (MarkNo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang