jalan

293 34 6
                                    

selamat membaca!

Kali ini aku kembali bangun lebih lambat dari biasanya, namun kali ini tidak ku dapati Sisca yang memaksa ku untuk bangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kali ini aku kembali bangun lebih lambat dari biasanya, namun kali ini tidak ku dapati Sisca yang memaksa ku untuk bangun.

Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling kamar, melihat apa dirinya ada di kamar atau tidak, akhirnya dapat ku dengar suara dari dalam kamar mandi, setelahnya ku lihat dia keluar dari sana.

Aku tersenyum ke arahnya, lalu berdiri dan mendekat pada dirinya yang sekarang sudah duduk tepat di depan cermin meja rias.

"Biar aku yang keringkan ya?" tawar ku.

Dia tidak menjawab tapi langsung menyerahkan hair dryer padaku dengan wajahnya yang menahan marah.

"Kali ini aku buat kesalahan apa?" tanya ku

"Kamu tuh kalau tidur susah banget dibangunin, cape aku. Kamu ga liat ini sekarang jam berapa?"

Aku melihat ke arah jam di dalam kamar, lalu kembali menatapnya dari pantulan kaca.

"Jam 10, kenapa emang?" ucapku.

Diaa menatapku sinis, menarik hair dryer dari tangan ku lalu menaruhnya kasar pada meja rias.

"Kamu tanya emang kenapa? Astaga, kamu lupa kalau pagi ini seharusnya kita pergi ke restoran yang aku bilang itu?" omel Sisca.

Aku menggaruk kepala ku yang tidak gatal, "maaf ya? Kalau begitu aku siap-siap dulu? Kita cari tempat lain buat sarapan?"

Dia berjalan keluar dari kamar tanpa mengucapkan apapun, dengan aku memilih untuk pergi mandi dan cepat keluar daripada peperangan dunia akan terjadi setelahnya.

Aku keluar dari kamar setelah rapi, ku dapati Gita dan Kathrina yang sedang bersantai tepat di depan televisi.

"Liat Sisca ke mana ga?" tanyaku.

Mereka menoleh ke arahku, lalu menunjuk ke arah taman belakang.

"Di belakang," jawab mereka bersamaan.

"Kalau cewe lagi marah itu dengerin dulu, Ci. Biarin dulu emosinya reda, kalau udah reda, dia udah tenang, baru deh dibujuk. Kalau langsung dibujuk ya ga mempan, makin marah nanti," saran Kathrina.

Aku tersenyum padanya sebelum berjalan meninggalkan mereka, dan ku dapati Sisca yang sedang duduk sembari memainkan handphone-nya, sesekali meminum minuman yang ada di meja.

Aku mendekat, lalu duduk tepat di kursi sampingnya. Menatapnya yang sekarang malah membuang muka tidak ingin menatap ku.

"Masih mau marah sama aku atau kita mau langsung jalan?" tanyaku.

Dia berdecak, lalu menatapku dengan tatapan marah.

"Aku tuh tau kalau kamu cape, tapi kamu lupa sama janji kamu?"

"Aku udah berusaha bangunin kamu, udah pakai cara apapun, tapi kamu tetap ga bangun? Sekarang sia-sia dong? Emang mau diganti ke tempat apa setelah ini?" jelasnya.

kita | shansis - endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang