Chikan

1.1K 117 12
                                    

Kereta api malam, penuh sesak diisi para pekerja kantoran dan beberapa orang yang ingin pulang memenuhi gerbong kereta tempat Mark berada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kereta api malam, penuh sesak diisi para pekerja kantoran dan beberapa orang yang ingin pulang memenuhi gerbong kereta tempat Mark berada. Punggung terasa pegal, tangan sebelah kanan pun harus berpegangan pada handgrip menjaga tubuh agar tetap seimbang, menjaga diri dari desak dan dorongan para penumpang lainnya.

Matanya sudah lelah, sudah membayangkan sebagaimana nyamannya kasur di rumah tapi kantuk ia usahakan untuk tak terpejam mengingat ia sedang berada di tempat umum sekarang. Dirinya berada di dekat pintu kereta, menatap pantulan dirinya melalui kaca kereta yang gelap berwarna hitam namun masih bisa diterawang bayangan diri sendiri.

“Hmmm—”

Gumaman kecil terdengar di belakang punggung Mark tiba-tiba, mencoba abaikan saat dilihatnya ada pantulan lain di belakang dirinya. Seorang siswa dengan kupluk hoodie dan kepala tertunduk. Seorang siswa yang kelelahan pikir Mark kembali fokus pada dirinya.

Ia mencoba meregangkan tubuh karena pegal, jujur saja, berada di depan komputer seharian membuat leher dan punggungnya terasa kaku luar biasa. Dan di saat ia melakukan peregangan pada dirinya sendiri, di saat itulah dia merasa ada satu yang aneh di belakang punggungnya secara bersamaan.

Siswa yang bergumam yang dilihat pantulannya tadi semakin merapatkan tubuhnya pada Mark, mengendus pundak Mark serta bulu halus di belakang tengkuk membuat Mark yang tadinya mengantuk langsung terjaga.

Gerakan sang siswa semakin aneh, kali ini ada satu gundukan terasa di bokong Mark dengan penekanan dan gerakan naik turun yang dilakukan sang siswa dengan sengaja.

“Oh shit— bocah SMA ini seorang chikan, dan dia melakukan hal tersebut pada orang dewasa? Terlebih aku bukan seorang wanita.”

Merasa terganggu dan dilecehkan oleh seseorang di bawah umur, tangan yang seharusnya berpegangan pada handgrip  kini Mark lepaskan. Dengan cepat Mark tarik lengan siswa tersebut dan dihimpitnya siswa laki-laki itu antara pintu kereta dan dirinya.

“Akk—”

“Hey kids, apa yang baru saja kau lakukan? Hal yang kau lakukan barusan itu sangat tidak sopan.” ditekannya dada sang anak laki-laki, “Donghyuck.” mata Mark melirik ke arah name tag yang berbordir.

Tak ada jawaban dari Donghyuck, siswa yang Mark tak tahu dari sekolah mana itu pun hanya diam dengan wajah masih tertutup kupluk hoodie berwarna biru.

“Kalau ada orang yang lebih dewasa berbicara denganmu, tatap mereka. Itu yang dinamakan sopan santun.”

Masih tak ada jawaban, karena yang terdengar hanya nafas berat yang hangat menerpa tangan Mark yang menahan tubuh sang siswa. Nafas itu semakin berat dengan denyutan dada yang kian pelan, semakin panas seperti uap, hingga pada tarikan dalam, Donghyuck mengangkat wajahnya.

“Maafkan aku tuan.” ucapnya pelan dengan sudut mata yang berlinang.

Wajah siswa itu merah padam, bekas air liurnya berjejak di sudut bibir, dan hidung Donghyuck pun tak kalah merahnya.

[ARSIP] ChikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang