Pulang Kampung

1.1K 10 0
                                    


Mata seorang duda muda bolak-balik menatap layer laptopnya. Pikirannya agak sedikit kacau karena omset usahanya terus merosot.

"Kalau gini terus, bisa-bisa beberapa outlet kedai harus ada yang ditutup, kacau banget!" ia merengus. Wajahnya tampannya terlihat sekali penuh ketidak tenangan. Bahan-bahan hasil bumi harganya hamper semuanya naik. Belum lagi kualitasnya sangat menurun dibandingkan 3 bulan silam. Terhitung sudah empat kali ganti supplier bahan, tapi tetap saja kualitas bahan untuk kedainya sangat rendah. Ditambah pelanggan yang datang di outlet kedai menurun setiap harinya.

Ponsel pintarnya membunyikan notifikasi pesan

"Bahan-bahan sekarang semakin hari semakin naik pak, belum lagi tiap harinya dioutlet semakin berkurang. Kompetitor juga semakin bertambah. Rasa-rasanya perlu ada ide yang lebih baru dari konsep awal kedai. Restoran yang mengusung ricebowl seperti kita juga sudah banyak bermunculan" salah satu pesan di whatsapp grup memberikan fakta yang sekarang terjadi

"Betul pak, apalagi dengan adanya penjual ricebowl secara online, harganya bisa 1/3 kali harga kedai kita" Balas anggota grup lainnya

Atep adalah pengusaha dibidang Food and Beverage, outletnya sekarang sudah ada 3 cabang. Namun bisnis yang dijalankannya kini sedang berada diujung Tanduk. Nyaris Bangkrut. Untung saja Atep masih memiliki usaha Laundry pakaian.

Semenjak kepergian Istrinya, entah kenapa semua terasa lebih berat. Kehidupannya, Usahanya, bahkan beban pikirannya. Kosong dan Hampa. Sering misuh, emosi juga tidak stabil.

Atep mendudukan kedua kepalanya diatas kedua lengannya. Rasanya hanya meja yang sekarang dapat menopang kepalanya yang begitu penuh. Lagi. Atep merasa kalah dan dipecundangi oleh kehidupannya. Perlahan tapi pasti, malam merebahkan Atep dengan dekapan mimpi.

Dulunya Atep ini pemuda dari kampung. Pergi ke Kota untuk menempuh Pendidikan saja, tapi semesta memberikannya jalan untuk menjadi pengusaha juga. Jalannya tidak mudah, dia juga pernah menjadi karyawan kantoran sampai pedagang kecil. Usianya yang sudah kepala tiga, tentu atep pernah menikah juga. Namun nahas, enam bulan lalu istrinya meninggal dunia akibat kecelakaan kereta. Ide bisnis food and beverage yang sedang diujung tanduk juga berkat ide istrinya. Tinggalah ia sendiri sekarang dirumah nya.

Pagi buta sekali, dia mendapatkan pesan yang kurang enak

"Tep... Bapak meninggal"

Atep langsung memacu mobil menuju kampungnya.

Sudah 2 tahun Atep tak kembali kerumah, bukan karena tak mau. Ibunya membenci sekali almarhum istrinya kala itu. Mereka menikah tanpa restu sang Ibu. Historical keluarga Istri Atep yang benar-benar membuat ibunya tidak suka. Tentang bagaimana dulu kakek buyutnya mengambil paksa harta keluarga ibunya Atep.

Matahari mulai naik, keindahan kampung Atep rasanya tidak pernah berubah juga. Masih hijau dengan alam pedesaannya. Tapi di hari duka begini, semua terlihat kelabu bagi Atep.

Bendera kuning dan kerumunan orang dengan kopeah/peci menjadi pemandangan halaman rumah Atep sekarang. Langkah Atep langsung masuk dan menuju ibunya yang menangis. Sudah 2tahun tubuhnya tak memeluk ibunya lagi. Semua yang ada diruangan itu berduka tanpa terkecuali sampai ke waktu pemakaman.

Rencananya, atep hanya akan tinggal selama 3 hari saja dirumahnya. Tapi, tidak tega juga dengan kondisi Ibu yang masih berduka. Ditambah atep Anak tunggal, tidak ada juga saudara yang bisa menemani Ibu.

Hari keempat atep tinggal dikampung, datang seorang pemuda yang usianya kira-kira masih 24 tahun. Muda sekali. Kulit putih bersih datang kerumah Ibu Atep.

"Assalamualaiku Bu.. Ibuu..."

"Waalaikumsala... Ajiiii...sangajiii kamu teh pulang?"

Sangaji langsung menciumi tangan Ibu. Matanya berkaca.

"Iyah atuh, kan kesana Cuma mau interview kerja aja sekalian ada projek kecil sama temen. Bukan mau tinggal. Punten ibu Aji gak bisa pulang pas bapak meninggal. Maap Aji gak disamping Ibu pas ibu berdukaa bu..." Tangisnya pecah dipelukan Ibu.

Atep melihatnya dibalik kaca dalam rumahnya. Bertanya-tanya siapa gerangan pemuda yang dekat sekali dengan Ibunya itu. Atep menghampiri.

"Kang Atep... lama gak ketemu kang. Akang disini?" dua pasang mata bertumbukan.

"Eh sangaji... lama gak ketemu yah"

Pelukan sangaji dan Ibu terpisah. Atep menghampiri Sangaji dan memeluknya.

"Ya gimana mau ketemu atuh kang, Akang aja hamper tiga tahun teu balik-balik" Pelukannya dibalas oleh sangaji.

Sangaji merasakan hangat. Tumbukan tubuhnya dengan atep membuat sangaji menyadari bahwa badan Atep makin keras dan berisi, memeluk tubuh kecil Sangaji.

Sangaji sudah dekat dengan keluarga Atep dari dulu. Atep bahkan sudah menganggapnya seperti adiknya sendiri. Sama halnya seperti Atep. Saat menginjak usia kuliah, sangaji harus berpisah dengan kampungnya. Menempuh Pendidikan di Kota Lain.

Terakhir Atep bertemu Sangaji mungkin 5 tahun lalu ketika Sangaji masih kuliah.

Tanpa mereka ketahui, pertemuan mereka berdua akan menjadi cerita dan menjadi awal kisah kehidupan Liar baru bagi Atep. 

PULANG KAMPUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang