Pesta perpisahan SMA memang lah menyenangkan. Saling menghabiskan waktu bersama. Bersenang-senang sambil mendengarkan musik sampai pagi.
Sebenarnya, berjoget ria sambil mendengarkan musik keras dengan di kelilingi alkohol tidak masuk dalam rencana sekolah. Itu hanya ide dari segelintiran murid-murid.
Aku bagian dari segelintiran itu.
Ayah ku marah besar, sebagai politisi, tentu tindakan ku berpotensi mencoreng nama baiknya.
Maka, dia menyuruh Ajudan nya untuk menjemput dan menyeret paksa aku pulang. Tentu saja, jika dia sendiri yang menjemput ku tentu akan mengundang banyak media dan nama nya akan trending di mana-mana.
Aku yang sudah kehilangan setengah kesadaran ku di bawa pulang oleh Ajudan Ayah yang tampan.
Aku menyukai nya.
Sudah lama aku memendam rasa pada pria yang selalu berada di belakang Ayah.
Pria yang jauh lebih tua dari ku. Seorang Duda. Perawakan yang tinggi dan tegap selalu berhasil membuat selangkangan ku basah.
Dan sekarang dia sedang membantu ku berjalan masuk ke dalam rumah yang terasa sangat sepi di jam 3 pagi.
"Om,"
Dia menoleh ke arah ku. Hanya dengan tatapan saja sudah memantik hasrat ku naik. Aku membayangkan bagaimana jika dia menatapku saat aku ada di bawahnya.
Apakah dia akan tetap se-gagah ini saat di kasur atau kata ganas jauh lebih cocok dengan nya.
Entah kekuatan darimana Aku mendorongnya hingga terdesak ke dinding lalu menempelkan bibirku pada miliknya.
Aku sudah gila.
Aku yakin aku sudah gila.
Aku terkenal sebagai anak manis yang penurut dan kini aku mencium Ajudan Ayah ku.
Pengaruh alkohol membuatku hilang akal sehat. Aku berjinjit, memperdalam ciuman ku.
Satu hal yang membuat jantung ku berhenti berdetak adalah dia membalas ciuman ku untuk beberapa saat sebelum akhirnya mendorong ku menjauh.
Dia mengusap bibir bekas ciuman ku dengan punggung tangan nya sambil menatapku dengan gejolak amarah terpancar jelas dari sorot matanya. "Maksudmu apa?"
Dengan Kemeja biru muda di lapisi Jas hitam, dia terlihat sangat seksi di pakaian formal dan aku bersyukur mencium nya saat dia dalam kondisi terbaiknya.
Aku tergelak pelan, "That's my first kiss."
Dia masih tak mengerti.
"Aku suka Om,"
Mata nya menyipit menatapku.
"Aku mau ciuman pertama ku adalah orang yang ku suka,"
Dia menarik napas dan menoleh ke arah pintu rumah sekilas sambil menarik tubuhnya dari dinding dan mendekat ke arah ku. "Kamu bisa mencium semua orang di Pesta mu tadi."
"Kenapa?" Aku menyunggingkan senyum. "Om takut Papa bakal tahu soal ini?"
Dia mengeraskan rahang nya. "Kamu sebaiknya masuk ke kamar mu."
"Om gamau nemenin aku?" Aku ikut mempertipis jarak tapi pria itu malah mundur satu langkah. "I'm drunk right know, Om bisa kasih pembelaan kalau aku duluan yang menggoda Om. C'mon," Aku menarik kerah Jas hitam nya. "I'm already 18."
Dia menepis tangan ku membuat ku kecewa namun aku bisa melihat, pertentangan di wajahnya. Aku yakin, jauh di lubuk hatinya dia mau meladeni kegilaan ku hanya saja terbatas profesi dan jabatan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIS SECRET SIN
RomanceKamu dan Ajudan Ayah mu, terjebak dalam perasaan terlarang.