31

2.3K 331 24
                                    

Sepanjang malam, anak bungsu Saga tak dapat tidur. Membuat keluarganya bergantian untuk menemani si bungsu.

Seperti tengah malam ini, giliran Alga yang memenemin Raksa yang sedang menonton kartun di tv rumah sakit.  Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi, namun Raksa belum juga meras mengantuk.

"Abang tidur aja, aku belum ngantuk." ucap Raksa menoleh ke arah Alga yang duduk di kursi sebelah ranjangnya.

"Mama sama Papa udah keluar, jangan mulai lagi. Kalau belum ngantuk ya udah nonton aja sampai lo ngantuk." ucap Alga

Tadi adiknya meminta kedua orang tuanya untuk keluar dari ruang rawatnya, anak itu mengatakan pada kedua orang tuanya ingin tidur. Tapi kenyataannya sampai sekarang belum juga tidur.

"Aku kan cuma bilang, kalau ngantuk ya tidur aja gak usah tungguin aku. Aku berani sendiri,"

Alga menatap adiknya yang sejak tadi terus saja menghindar. "Kenapa lo di marahin Papa?"  tanyanya membalikkan tubuh adiknya agar menghadap dirinya.

"Gak, mana ada yang marahin. Gak ada yang marahin aku," jawab Raksa menepis tangan Alga, membalikkan tubuhnya membelakangi Alga.

"Kalau emang gak kenapa-kenapa, terus tadi kenpa maksa Mama sama Papa keluar dari sini?"

"Mereka kan harus istirahat, emang gak capek dari tadi siang nungguin aku? Aku aja capek," lirih Raksa menarik selimutnya untuk menutupi seluruh tubuhnya.

Alga membuka selimut yang menutupi tubuh adiknya dengan paksa. "Kamu maunya gimana? Mau di sini sendiri? Iya?" ucap Alga yang sudah kesal dengan tingkah adiknya sejak tadi saat Raksa bangun. Ada saja yang di lakukan anak itu, yang membuat dirinya kesal.

"Iya aku mau sendiri, Abang keluar sana." ucap Raksa menatap wajah Alga tanpa rasa takut.

Alga menghela napasnya, bangkit dari duduknya lalu mematikan televisi. Tanpa sepatah katapun Alga keluar dari ruang rawat Raksa.

"Kenapa kamu keluar? Adek udah tidur?" tanya Saga yang duduk di kursi tunggu.

Shakira bangkit dari duduknya, meraih tangan anak sulungnya dengan lembut. "Sabar, jangan marah-marah. Mungkin adek lagi kesel makanya gitu-"

"Kesal kenapa? Karena sakit dan balik lagi ke sini? Itu salah dia sendiri Ma, udah di bilangin gak pernah mau nurut. Giliran di rawat aja, marahnya ke semuanya. Padahal dia sendiri yang susah di bilangin." sela Alga mendudukkan dirinya di sebelah Shakira.

"Papa ngapain masih duduk santai di sini? Sana masuk urus tuh anaknya, ini juga gara-gara Papa yang izinin dia ikut les macam-macam." sewot Alga mendorong tubuh Saga yang masih duduk santai di kursi tunggu.

"Sebentar-"

"Sekarang, dia sendirian di dalam. Buruan masuk sana." tegas Alga.

Saga bangkit dari duduknya, dengan pelan-pelan dia membuka pintu kamar rawat anak bungsunya. Saga berjalan masuk ke dalam, mendekati anak Raksa yang duduk bersandar di atas kasurnya.

Tangan Saga terulur mengusap rambut Raksa dengan lembut. "Tambah sakit? Papa pabggil dokter ya?" ujarnya duduk di tepi ranjang anaknya.

Raksa membuka matanya lalu memeluk Saga dengan erat. "Aku gak mau operasi yang kaya dokter bilang tadi, udah ya Pa. Biarin gini aja," ucapnya dengan mencengkram punggung Papa-nya untuk melampiaskan rasa sakitnya yang semakin menjadi.

Saga hanya diam membalas pelukan anak bungsunya, memencet tombol yang ada di dekat ranjang untuk memanggil dokter.

"Jangan bilang Abang, nanti Abang tambah marah,"

"Abang gak akan marah, justru nanti kalau Abang gak tau nanti Abang marah.

"Aku gak mau operasi lagi, sakit Pa." ucap Raksa menatap Saga dengan tatapan memohon.

"Papa tau-"

"Papa gak tau, aku yang rasain. Udah ya Pa? Gini aja gak apa-apa buat aku, nanti cek up gak harus nunggu Papa sama Mama ingetin. Aku pergi sendiri ke sini,"

Saga mengangguk kecil, melepaskan pelukannya. Membantu anaknya berbaring di atas kasur, karena dokter sudah datang dan akan memeriksa Raksa.

..................

Pagi ini Alga dengan buru-buru dia bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Tanpa mandi lebih dulu, dia segera mengganti bajunya dengan seragam. "Bisa-bisanya gue ketiduran sampai kesiangan gini." gumam Alga keluar dari kamar mandi.

"Ayo Papa antrian ke sekolah," ajak Saga mengambil kunci mobil di atas meja.

"Gak usah, kelamaan pake mobil. Naik ojek aja biar cepat. Ma aku berangkat dulu." pamit Alga menyalami tangan Shakira yang tiduran bersama dengan Raksa.

Shakira memberikan uang pada Alga. "Nanti jangan lupa sarapan, Mama gak sempet cariin sarapan buat kamu. Nanti pulang sekolah langsung pulang ke rumah, istirahat baru sore ke sini lagi."

Alga mendekati adiknya yang masih tertidur lelap sambil memeluk Mama-nya. "Mama sama Papa masih hutang penjelasan sama aku, pulang sekolah harus di bayar lunas." ucap Alga mencium pipi adiknya.

"Raksa agak gemukan ya Ma? Apa cuma perasaan aku doang?" ucap Alga yang merasa pipi adiknya sedikit berisi dari biasanya.

"Apa karena sakitnya?" Alga menatap Shakira dan Saga bergantian.

"Bang, ini udah siang nanti tambah terlambat kamu ke sekolah. Sana banget." ucap Shakira menahan tangan Alga yang ingin mencubit pipi Raksa.

"Ya udah aku berangkat sekolah dulu, ingat nanti jangan lupa penjelasannya atau aku cari tau sendiri." Alga menatap Saga lalu keluar dari kamar rawat Raksa.

Setelah Alga pergi, ruang rawat Raksa menjadi hening kembali. Shakira mengusap pipi anak bungsunya. "Kamu harus kasih tau Alga tentang kondisi adiknya." ucap Shakira mengalihkan perhatian Saga yang sedang termenung dengan pemikirannya sendiri.

"Nanti aku jelasin ke Alga."

"Bilang Alga, suruh dia bantu bujuk adiknya biar mau berobat lagi. Aku tau kali ini pasti akan lebih sulit dari yang dulu, aku minta jangan marah sama Raksa." ucap Shakira menoleh pada suaminya.

"Aku tau kamu mau yang terbaik buat Raksa tapi jangan terlalu keras sama Raksa. Ngertiin anak kamu sedikit, sebenarnya dia juga mau sembuh. Mau kaya teman-temannya, bisa main gak harus minum obat seperti hari, mau apa aja boleh," 

Saga menyadarkan tubuhnya di kursi, memejamkan matanya. Mengingat saat anaknya mengatakan tidak ingin kembali berobat, di situlah dia merasa anak bungsunya sudah menyerah dan akan pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya.

Rasa takut akan kehilangan itu semakin menjadi kala anak bungsunya merasakan sakitnya, di sisi lain ia juga merasa tak berguna ketika anaknya tak mau mengatakan apa yang dia rasakan. Anak itu memelih untuk memendam sakitnya sendiri.

"Papa, Abang mana?" suara serak Raksa menyadarkan lamunan Saga.

Saga menggenggam tangan anaknya, mengusap punggung tangan Raksa yang bengkak karena infus. "Abang sekolah, hari ini Abang ada ujian nanti habis pulang sekolah ke sini lagi."

"Aku juga sebentar lagi ujian, kapan aku boleh pulang?"

"Nanti kita tanya dokter, masih sakit?" tanya Shakira dengan lembut mengusap rambut anak bungsunya.

"Udah gak, berati udah boleh pulang kan?" Raka menoleh pada Shakira yang tidur di sampingnya. "Mama jangan turun dulu, aku masih mau sama Mama." cegah Raksa ketika Mama-nya ingin beranjak dari tempat tidurnya.

Shakira kembali menyelimuti tubuh anaknya lalu memeluknya dengan hati-hati. "Jangan tidur lagi, sebentar lagi dokter datang kamu juga harus sarapan."  Shakira menghujani kecupan di kedua pipinya anak bungsunya yang ingin kembali melanjutkan tidurnya.

ALGA WIJAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang