5

32 5 0
                                    

Warning ⚠️⚠️⚠️
Tinggalkan jejak disini dengan cara vote dan komen sebagai bentuk menghargai tulisan ini. Jangan mau jadi silent reader. Karena vote dan komen itu gratis kok :)

🕊️🕊️🕊️

AQILLA POV

"Di minum dulu, Kak!" kataku kepada Kak Barra saat minuman telah tersedia. Dia terlihat begitu marah. Aku tidak menyangka Kak Barra mau membelaku. Aku pikir saat pakaiannya basah terkena tumpahan air dia akan kembali mengeluarkan kata-kata pedasnya kepadaku seperti beberapa hari lalu, tapi ternyata dia malah berdebat dengan ibu-ibu yang memarahiku.

Kak Barra menurut. Dia langsung meminum air mineral di depannya hingga tandas, membuatku melongo melihatnya. Dia sedang kehausan atau memang doyan. Bisa-bisanya air mineral 600 ml sekali minum langsung habis. Apa akhir-akhir ini dia tidak pernah minum?

"Saya ingin kenal kamu lebih jauh."

Aku tersedak minuman yang baru saja aku teguk. Aku rasa kupingku sedang bermasalah, hingga mendengar hal-hal yang aneh.

"Bi —bisa di ulang Kak? Barusan aku tidak dengar." Sebenarnya aku mendengar apa yang baru saja Kak Barra katakan. Tapi bisa saja kan kalau aku salah dengar?

Wajah Kak Barra terlihat serius. Kedua tangannya saling bertaut di atas meja. Dia kembali bersuara, "Aqilla, Saya ingin mengenal kamu lebih jauh lagi."

"APA?!" teriakku tanpa sadar.

"Stttt!!!" Kak Barra meletakkan jari telunjuknya di depan mulut. Beberapa orang melirik ke arah kami setelah mendengar aku berteriak.

"Apa aku tidak salah dengar?" tanyaku tidak percaya.

"Tidak, saya benar-benar ingin mengenal kamu."

Aku tercengang di buatnya. "Untuk apa Kak Barra ingin mengenalku?"

"Jika memang kita memiliki tujuan yang sama, saya ingin menjadikan kamu sebagai istri saya," katanya dengan santai.

Aku tertawa setelah mendengar pernyataannya. "Aneh banget sih Kak bercandaannya kayak gitu. Aku tahu Kak Barra pasti mau ngerjain aku kan? Udahlah Kak aku gak akan percaya tipu daya Kak Barra." Lucu sekali rasanya tiba-tiba dia ingin menjadikanku istrinya. Mungkin dia sedang ingin membalas ku atas pertengkaran kami di rumah Zahra waktu itu.

"Saya sedang tidak bercanda. Saya harus bilang berapa kali agar kamu percaya kepada saya?"

"Sampai Kak Barra bilang kalau ini memanglah gurauan."

"Saya serius, Aqilla..."

Bagaimana bisa Kak Barra bicara dengan yakin seperti itu. Tidak mungkin dia serius mengatakannya. Dia tidak sedang mencoba menjebakku kan?

"Kenapa? Kenapa tiba-tiba Kak Barra ingin lebih mengenalku? Pertemuan kita di awali dengan pertengkaran loh kak, kenapa sekarang Kak Barra jadi seperti ini? Atau mungkin kepala Kak Barra abis kena benturan?"

Kak Barra terkekeh, dia sedikit tersenyum setelah mendengar perkataanku. Sungguh dia benar-benar aneh.

"Kepala saya baik-baik saja, Qi. Mungkin kemarin kita memang ada di situasi yang kurang baik, tapi saya benar-benar serius ingin mengenal kamu. Kamu berbeda dari perempuan yang selama ini saya temui."

Aku terdiam, sulit rasanya untukku mempercayai ucapan Kak Barra. Tidak mudah untuk otakku mencernanya. Dia seperti orang yang berbeda dari pertemuan pertama kami. Perubahan yang cukup drastis bagiku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bidadari keduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang