part 25

1.8K 151 0
                                    

Pelukan hangat Mark berikan pada pinggang ramping Jeno. Membuat Jeno semakin mendekat kearahnya.

Mark sedikit menunduk untuk mengecup tulang bahu Jeno.

"Jangan marah, sayang. Dia hanya rekan bisnis ku. Bukankah kau yang mengajaknya makan malam bersama kita?"
Ucap Mark yang kembali mencium area yang sama.

"Itu karena dia tamu mu. Aku tidak mungkin tidak basa-basi menawarkan makanan padanya"

Pelukan Mark semakin mengerat.

"Terus sekarang maunya apa, hm?"
Pipi Jeno di kecup lembut.

"Ayo tidur bersama"

Elusan lembut di pinggang Jeno, Mark hentikan. Menatap sedikit terkejut kearah wajah serius Jeno.

"Kita belum menikah"
Ucap Mark.

"Lalu kenapa? Bukan kah kau sering meniduri banyak wanita?"
Wajah Jeno semakin terlihat serius.

"Sayang, kita sedang membahas apa saat ini? Kenapa kau malah semakin mengungkit masa lalu ku?"

Jeno tidak menjawab dan memilih memalingkan wajahnya.

"Cemburu mu terlalu berlebihan, sayang"
Wajah Mark mulai berubah tidak suka dengan sifat Jeno ini. Jeno terdiam masih dengan memalingkan wajahnya.

"Maaf kalau begitu"
Gumamnya lirih sarat ingin menangis. Mark menghela nafas pelan.

"Coba lihat aku"
Ucapnya sambil mengelus pipi Jeno. Jeno tentunya menolak, namun Mark menarik bahunya agar menghadap kearahnya.

"Kita tidak memiliki hubungan apapun. Aku hanya ingin kau mengingat itu. Aku tidak ingin mempermainkan perasaan mu. Jika ingin aku akan menikahi mu. Aku memang pria berengsek persis seperti yang kau katakan. Tapi untuk orang yang ku sayangi, aku tidak mungkin melakukan hal itu"
Ucap Mark dengan tatapan tulusnya. Jeno yang mendengar hal itu terpaku di tempat.

'Orang yang dia sayang katanya?'

"A-Apa maksud mu?"
Tanya Jeno dengan gugup. Mark sudah melepaskan pelukannya.

"Aku sedang melamar mu"
Ucap Mark dengan raut wajah santainya. Jeno terlihat kaget namun langsung menetralkan rasa kagetnya.

"Melamar?"
Tanya Jeno sekali lagi. Mark mengangguk pelan.

"Kenapa kau melamar ku seperti ini?"
Tanyanya dengan sedikit kesal.

Mark bergedik acuh,
"Aku tidak tau harus melakukan apa"
Ucapnya dengan jujur. Jeno menggeram kesal sambil memutar bola matanya dengan malas.

"Sekali orang tua tetap akan menjadi orang tua"
Gumamnya, namun Mark dapat mendengar itu.

Pria tampan itu terlihat tersenyum, dan kembali mendekati wajah Jeno.

"Jadi? Apa jawaban mu?"
Tanyanya dengan tatapan seduktifnya. Jeno kembali ke mode kagetnya.

"Kau benar-benar melamar ku?"

"Apa kurang terlihat serius?"
Tanya Mark dengan pedenya.

"Sangat kurang"
Ucap Jeno dengan dengusan pelan.

"Seharusnya kau bertanya dulu pada ku. Apa aku menyukai mu juga atau tidak"
Ucap Jeno.

"Memangnya kau tidak menyukai ku?"

Bibir Jeno terasa mengelu sekarang. Bingung harus menjawab apa pertanyaan dari Mark.

"Euhm..soal itu..aku.."

"Aku tidak akan memaksa mu. Jika kau memang tidak menyukai ku, aku tidak masalah. Mungkin menerima Sohyun akan jauh lebih baik"

"Aku mau!"
Ucap Jeno dengan tiba-tiba. Mark yang mendengar hal itu terlihat tersenyum tipis.

"Jadi kau ingin menikah dengan ku?"
Tanyanya ulang. Jeno langsung mengangguk cepat.

"Bagus.."
Tepukan pelan ia berikan pada kepala Jeno.

"Itu tandanya kau menyukai ku"
Ucap Mark dengan raut wajah bangganya. Jeno yang menyadari hal itu langsung menatap kesal pria itu.

"Apa tadi kau baru saja mengancam ku?"
Tanyanya yang kembali tersadar. Mark hanya tersenyum tipis.

"Dasar!"
Jeno kembali memalingkan wajahnya.

"Hei..sayang.."
Tarikan lembut Mark berikan pada pipi gembul Jeno. Mengecup pipi itu dengan lembut, lalu mencium bibirnya dengan lembut.

"Aku mencintai mu. Maaf membuat mu hidup dalam keadaan seperti ini"
Ucapnya dengan tulus. Jeno terdiam seketika, entah kenapa tiba-tiba saja ia ingin menangis saat mendengar pengakuan Mark itu.

"Aku.."
Jeno menatap dalam kearah mata tajam milik Mark.

"Aku juga mencintai mu"
Ucapnya dengan mata berkacanya. Mark yang mendengar hal itu terlihat kaget, namun setelahnya pria tampan itu tersenyum dengan bahagia. Ciuman lembut kembali ia berikan pada Jeno dengan pelukan hangatnya.

"Terimakasih.."
Bisiknya lirih. Jeno membalas pelukan itu dengan cukup erat juga.

Cukup lama mereka dalam posisi itu, hingga akhirnya Jeno menyadari sesuatu.

"Mark.."
Panggilnya dengan lirih.

"Iya, sayang?"

"Bisa lepas pelukan mu dulu"
Ucapnya dengan sedikit gugup. Mark melepas pelukannya lalu menatap bingung kearah Jeno yang sudah memerah.

"Ada apa?"
Tanyanya. Jeno menoleh kesana kemari.

"P-Pakaian ku.."
Ucapnya terbata. Mark yang menyadari hal itu langsung menoleh kearah tubuh Jeno. Pria itu tersenyum tipis.

"Ada apa? Bukankah kau ingin tidur dengan ku tadi? Ayo kita lakukan sekarang"
Ucap pria tampan itu dengan tatapan menggodanya.

"Jangan mengada-ngada. Kau harus menikahi ku dulu!"
Ucap Jeno sambil mengutipi seluruh pakaianya.

"Apa menurut mu Abigail akan merestui hubungan kita?"
Tanya Jeno yang tiba-tiba tersadar dengan gadis kecil itu.

"Peduli apa dengan pendapatnya"
Jawab Mark dengan cueknya.

Jeno menatap kesal pria tampan itu.
"Bagaimanapun juga dia itu keponakan mu. Lagi pula bukankah kau melindunginya dengan ketat selama ini karena kau sangat menyayanginya?"
Ucap Jeno yang menyadari kasih sayang yang Mark berikan pada Abigail benar-benar sangat tulus. Abigail bukan darah dagingnya, namun ia juga keluarga dari Mark. Apalagi pria itu yang terus menjaganya dan melindunginya meski harus berkorban nyawa demi anak dari kakaknya itu. Jeno tau Mark sudah menganggap Abigail seperti anak kandungnya sendiri, namun pria itu tidak bisa menunjukan sikap manisnya itu pada Abigail.

"Kita akan bertanya padanya besok"
Ucap Mark pada akhirnya. Jeno tersenyum senang, lalu kembali mencium pipi Mark. Membuat pria itu tersenyum lembut dan membalas ciuman Jeno di kening si manis itu.









































KevanoAlvynWilliams

Mafia Secretary (MarkNo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang