Keesokan harinya, Mark benar-benar bertanya pada Abigail mengenai dirinya yang akan menikah dengan Jeno. Dan seperti yang sudah pria itu tebak, anak itu akan sangat bahagia dan bahkan memaksa mereka menikah dengan cepat.
"Mau pesta yang besar?"
Tanya Mark yang tengah duduk di ruang tamu dengan Jeno yang tengah duduk di sebelahnya. Tangan besar itu terus mengelus pinggang ramping Jeno dengan lembut."Terserah kamu. Aku maunya yang sederhana saja"
Sahut Jeno memperhatikan majalah yang ada di tangannya."Mewah. Tapi hanya beberapa orang saja yang datang. Bagaimana?"
Tanya Mark. Jeno mengangguk setuju."Aku boleh mengundang Yejin?"
Tanya Jeno yang akhirnya mengingat temannya itu, Yejin pasti akan jantungan saat mendengar Jeno yang akan menikah dengan Mark."Tentu saja"
Ucap Mark dengan senyuman tipisnya. Ia kembali mengusap pinggang ramping Jeno."Kakak!"
Kehadiran Abigail di tengah-tengah mereka membuat Mark harus rela melepaskan rangkulan tangannya."Hei bocah! Kau mengganggu saja!"
Ucapnya kesal. Abigail hanya menatap mengejek kearah sang paman. Sedangkan Jeno terkekeh lucu, sudah sangat terbiasa dengan dua manusia yang ada di depannya ini."Kak! Abigail membuat bentuk undangan yang bagus. Kak Jeno pasti suka"
Ucapnya sambil menunjukan desaign undangan yang ia buat. Abigail itu sangat suka melukis. Jeno yang melihat hal itu sangat senang. Betapa antusiasnya Abigail dengan pernikahannya dengan Mark."Sangat bagus. Kakak suka"
Puji Jeno pada lukisan Abigail. Si kecil yang mendengar itu langsung tersenyum."Tapi kami sudah memiliki desaign undangan kami sendiri"
Sambung Mark yabg berhasil melunturkan senyuman Abigail. Jeno menatap kesal Mark."Ada apa, sayang? Aku benarkan?"
Ucapnya santai.Jeno mengelus rambut Abigail yang sudah ingin menangis.
"Kamu tenang aja. Kakak akan tetap memakai disaign yang kamu buat. Sekarang Abigail ke kamar dulu, ya. Kakak mau ngomong sesuatu sama paman Mark"
Ucapnya yang masih mengelus rambut Abigail. Abigail mengangguk lalu tersenyum, berdiri dari duduknya sambil menatap tajam kearah sang paman yang terkekeh kecil melihat raut kesal sang keponakan.Setelah kepergian Abigail cubitan kecil Jeno berikan pada pinggang Mark yang terasa keras.
"Kenapa, sayang?"
Tanya Mark menatap kearah Jeno yang juga ikut menatapnya kesal."Sesekali bikin Abigail senang kenapasih? Jangan berantem mulu. Kasihan anaknya"
Oceh Jeno. Mark hanya tersenyum tipis."Kemari"
Panggilnya. Karena memang jarak Jeno dan Mark duduk cukup jauh. Karena Abigail yang menyempil tiba-tiba tadi."Kenapa?"
Tanya Jeno bingung."Aku ingin memeluk mu"
Jawab Mark yang berhasil membuat Jeno memerah malu. Jeno mendekat kearah Mark. Membiarkan sang dominan memeluk dirinya dengan erat."Aku menyayangi mu"
Bisiknya lirih sambil mencium ujung rambut Jeno. Jeno hanya diam, namun pipinya sudah sangat merah sekarang. Kenapa Mark begitu lembut padanya. Ini tidak baik untuk hati Jeno sekarang.Mark sudah menyelesaikan semua masalah yang berhubungan dengan Jeno. Selama Jeno tinggal bersamanya di mansion miliknya. Diluar sana Mark terus memburu para mafia yang mencoba menyakiti calon istrinya.
Mark tidak pernah mencintai siapapun dalam hidupnya. Hanya Jeno yang pertama dan terakhir. Sejak pertama kali ia bertemu dengan anak itu, Mark langsung menempatkan posisi Jeno di hatinya. Posisi yang sangat penting. Dan sebentar lagi hal itu akan terwujud.
KevanoAlvynSuldarta
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Secretary (MarkNo)
Fiksi RemajaJeno yang merupakan mantan anggota detektif kepolisian harus rela di keluarkan dari pekerjaannya karena telah menolong seorang anak dari anggota mafia. Namun siapa sangka jika ketua mafia itu malah menjadikan Jeno sebagai sekretarisnya. Story from...