Para pelayan itu di buat panik ketika Nyonya nya tidak kunjung berhenti menangis.
Padahal terakhir kali mereka lihat, Nyonya nya itu hanya sedang membaca buku di ruang keluarga. Saat tadi Nelly hendak mengantar makanan, Nelly melihat Nyonya nya sedang menangis sesenggukan.
Sontak saja Nelly langsung mendial nomor Tuan nya. Mengabari bahwa Nyonya nya sekarang masih menangis tersedu-sedu.
Nelly pun mendekatkan ponsel nya ke dekat wajah Nyonya nya. Men-loud speaker nya agar suara Tuan nya di ujung sana terdengar.
"Mi Amore... Kenapa kau menangis?. Aku sedang ada meeting. Tidak bisa pulang sekarang."
Suara Damon terdengar begitu frustasi di ujung sana.
Caddie yang mendengar suara Damon pun sedikit terpengarah karena itu. Mengambil ponsel dari tangan Nelly lalu berhenti menangis sebentar sambil masih terisak pelan.
Nelly pun menjauh untuk memberi ruang kepada Nyonya nya bicara.
"A.. aku sedih Damoon." Ucap Caddie sambil masih terisak.
Terdengar suara helaan nafas disana.
"Sedih kenapa Addie?. Sekarang apa yang bisa membuat mu tersenyum?." Tanya Damon cepat.
"Karakter utama di novel yang sedang ku baca meninggal. Aku jadi sedih sekali."
Astaga. Damon kira ada apa.
"Lalu kau ingin apa sekarang?. Aku tidak bisa membangkitkan nya dari kematian kalau dia sendiri tidak nyata." Kini suara Damon terdengar sedikit lebih frustasi.
Caddie menyadari nada bicara Damon yang terdengar kesal. Tanpa banyak bicara lagi, Caddie langsung mematikan sambungan telepon nya.
Memanggil nama Nelly lalu memberikan kembali ponsel Nelly.
Setelahnya, bumil itu berjalan ke arah belakang rumah nya. Duduk di swing bed yang baru saja minggu lalu Damon belikan khusus untuk dirinya.
Menatap hamparan kebun bunga yang cukup luas di hadapannya. Rumah nya disini memiliki 2 lantai. Dengan halaman depan dan belakang yang luas seperti lapangan.
Sejak awal pindah kesini, Damon langsung membuatkan kamar mereka di bawah. Jadi Caddie tidak perlu naik turun tangga.
Apalagi sekarang usia kandungan Caddie sudah memasuki bulan ke 7. Sangat sulit baginya bergerak kesana kemari dengan perut nya yang besar.
Rutinitas nya tiap 2 minggu sekali adalah pergi check up ke dokter kandungan.
Bersama dengan Damon tentunya. Suaminya itu meski sangat sibuk, selalu menyempatkan diri mengantar nya sebentar, lalu pergi lagi ke kantor melanjutkan pekerjaan nya.
Sebenarnya hari ini Caddie ingin sekali keluar rumah. Tapi Damon sedang melarangnya. Sebab situasi keadaan komplek rumah nya yang sedang rawan.
Beberapa hari lalu terjadi sebuah pembunuhan di komplek perumahan sini. Hanya berbeda beberapa blok dari rumah nya.
Sepasang suami istri di temukan tewas bersimbah darah. Dengan luka tusuk di perut yang cukup banyak. Hingga kini polisi masih mengusutnya.
Dan sejak kejadian itu, sebenarnya Damon langsung ingin mengajak Caddie pindah. Tapi Caddie menolak. Sebab ia sudah nyaman dengan lingkungannya.
Toh juga ada beberapa pelayan dan pengawal Damon di depan rumah. Untuk apa Caddie takut.
Semalam Ruby menelpon Caddie. Mengajak nya hari ini untuk pergi ke rumah Griya. Menengok sahabat nya yang satu itu sudah lahiran sejak beberapa bulan lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY CRAZY HUBBY (TAMAT)
Romance#Mature of content. Please be wise# *** "Siapa yang bilang kau jelek? Kelihatan nya payudara mu begitu menggiurkan" Dengan santai nya dia berkata begitu. "Dasar om-om mesum!" Aku melotot tajam ke arah nya. Dia hanya tersenyum miring. Sangat menjengk...