~ SEKEPING KISAH ~

21 4 5
                                    

Jiwa yang rapuh akan hancur ketika ombak menghantam, melenyapkan harapan yang telah terbangun, seperti hidup dengan raga tanpa jiwa.*

***

Aku Ananditaswara, gabungan dari Anandita yang memiliki makna sempurna, dan Swara yang melambangkan pesona.

Tapi arti tersebut tidak untuk hidupku. Aku mencoba meraih seutas tali berharap bisa mengeluarkanku dari penderitaan, tapi talinya putus dan aku jatuh ke jurung kehidupan. Di hidupku, aku hanya ingin mendapatkan hak sebagai seorang anak pada umumnya.

"Pa, papa mau kemana?"

Aku mengejar papa yang tidak mendengar ucapan ku, hingga akhirnya aku menghadang papa.

"Apa mau kamu, hah?"

"Plakk"

"Kamu hanya anak pembawa sial!!, jangan coba-coba cari perhatian depan saya!! Karna saya tidak peduli!!"

Papa menamparku sangat keras, sampai badanku ikut terhuyung.

Sakit memang, papa yang membenciku sekaligus menyakitiku.

"Papa tau, rumah yang seharusnya jadi tempat berlindung malah seperti penjara, dan Ara dilakukan seperti penjahat di dalamnya".

"Kamu memang penjahat!!"

"Ara mohon pa, jangan bicara seperti itu".

"Pyarr"

Aku kaget ketika papa membanting gelas di hadapanku, jujur saja aku gemetaran.

"Apa telinga mu tidak berfungsi?," suara papa terdengar menahan amarahnya.

"Pergi dari hadapan saya sekarang juga!!", papa berteriak sambil menahan amarahnya.

Aku duduk meringkuk di lantai kamar, menangis tanpa suara. Nyeri di dadaku bertambah, aku memukul dadaku yang semakin sesak, menarik rambutku dengan frustasi.

"Mama, aku rindu mama. Aku sekarang tidak baik - baik aja. Kenapa setelah kepergian mama, papa jadi berubah?. Aku sudah mencoba untuk menjadi anak yang baik, tapi apa yang aku lakukan salah di mata papa. Aku harus gimana maa".

***

*Bukan karna asma, tapi kata-katamu yang menusuk selalu menggema.*


Ketika Ara membuka pintu kamarnya, Ara melihat papa dan Wia yang baru selesai makan. Wia adalah adik kandungnya yang lebih sering menyakitinya.

"Pa, gimana kalau Wia pulang sekolah nanti kita jalan-jalan".

"Boleh dong sayang".

Ara melihat kebahagiaan mereka dengan rasa sesak di dadanya.
Ara pun berangkat ke sekolah dengan menaiki taxi online.

Ketika sampai di sekolah.**

"Ara," panggil laki-laki mendekati Ara yang sedang duduk termenung.

"Bara?". Ara menoleh.

Dia Bara, pacar dari Ara.

"Kenapa disini gak bilang?, Lo mau jauh dari gue!", matanya menatap tajam.

Ara menggeleng pelan, iya menatap mata bara yang sering membuat keributan terhadap hal-hal kecil.

"Aku bosan di kelas", jawab Ara pelan.

Tiba-tiba Bara pergi meninggalkannya begitu saja. Tak lama kemudian bara membawakan sebungkus makanan dan minuman. Aroma sedap membuat cacing di perut Ara demo. Bara meletakkan di hadapan Ara.

"Kamu gak makan?".Melihat Bara cuma membawa satu bungkus makanan dihadapan  nya.

"Udah". Jawab nya dengan singkat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

~SEKEPING KISAH~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang