Aloo! Welkambek di cerita Maren dkk!Selamat membaca dan jangan lupa siapin camilan ya
***
Sudah terhitung tiga bulan mereka melewati masa-masa trainee. Sekarang adaah saatnya mereka menunggu di sebuah ruangan. Mereka menunggu hasil pelatihan yang akan membuktikan layak tidaknya untuk menjadi anggota baru Cloud Nine. Dengan jantung berdebar-debar ditambah ruangan yang dipasangi AC membuat kelima cowok itu semakin grogi.
Ibra berjalan mondar-mandir karena dia tidak bisa duduk dengan tenang. Sedangkan Regan hanya duduk sambil menggoyangkan kakinya, dia tidak pernah merasakan ketegangan seperti ini sebelumnya. Arun berkali-kali menyingkirkan Maren yang terus menarik-narik ujung hoodie miliknya. Milan hanya menatap teman-temannya dengan tatapan polosnya, dia bingung apa yang menyebabkan kekhawatiran mereka.
Wajar saja Milan tidak tahu karena kemarin malam dia memutuskan untuk pulang lebih awal. Kakek dan neneknya berkunjung ke rumah jadi dia harus bersiap-siap untuk menyambut kedatangan mereka. Teman-temannya yang lain memutuskan untuk tidak memberitahunya karena mereka takut Milan akan gugup menunggu pengumuman. Milan adalah yang paling muda di sini, jadi seharusnya yang lain menenangkannya tapi justru Milan yang membantu mereka untuk tenang.
"Emang ada apa? Dimana Pak Satya?" tanya Milan dengan polosnya.
Regan mengusap wajahnya lalu menghembuskan nafas panjang. "Hari ini pengumuman hasil latihan kita. Pak Satya akan datang sebentar lagi."
Milan terdiam sejenak tanpa ekspresi di wajahnya. "Owalah, ngomong kek dari tadi. Kirain kalo dia mau marahin gue yang nggak sengaja mecahin gelas kemaren."
Maren menempeleng kepala Milan karena gemas dengan kepolosan atau ketidaktahuan cowok elite itu. "Lo ngapain sih?" Milan mengusap-usap kepalanya dengan penuh kasih sayang.
Ceklek!
Satya datang sambil membawa selembar kertas di tangannya. Atmosfer di ruangan itu mendadak hening, penuh ketegangan. Menyadari jika cowok-cowok itu gugup, Satya tersenyum hangat lalu menyuruh mereka untuk duduk di kursi yang telah disediakan.
Duduk saja mereka tidak bisa berhenti memikirkan hasil yang ada di tangan Satya. Pria itu terlihat mulai membaca lembaran itu. Keringat dingin membasahi wajah mereka. Ini lebih menegangkan daripada ketahuan tidak mengerjakan PR.
"Baik, saya akan bacakan hasilnya. Nggak usah gugup gitu, saya nggak akan gigit kalo nggak lolos." Satya tampak melemparkan candaan tapi tidak bisa mencairkan ketenangan yang ada.
"Saya sudah mengambil keputusan sebagai senior akan meloloskan tiga orang saja."
Kelima orang itu saling bergandeng tangan guna meredakan rasa gugup yang menyelimuti diri mereka. Regan tampak mengulum bibirnya sebagai bentuk mengurangi kegugupan yang dirasakannya. Di ruangan yang penuh dengan ketegangan, kelima cowok itu duduk dengan tegang, menunggu hasil pengumuman yang akan menentukan apakah mereka layak menjadi anggota grup yang mereka impikan. Wajah-wajah mereka mencerminkan kombinasi antara harapan dan kecemasan yang mendalam.
Mereka saling bertatap-tatapan, mencoba mencari tanda-tanda di wajah satu sama lain. Setiap detik terasa seperti berjam-jam saat mereka menanti dengan perasaan yang tak terkendali. Napas mereka terasa terengah-engah, jantung berdetak dengan cepat, dan keringat dingin mengalir di pelipis mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAEL : LAST CHANCE
RandomMenceritakan tentang kehidupan seorang Maren Kertawisesa yang terdampar di masa lalu. Ia harus membuka luka lamanya untuk memperbaiki masa depan sahabatnya, berbagai hal terjadi saat dia kembali. Di setiap langkahnya satu persatu rahasia mulai terbo...