Enjoy Reading
***
"Oii, oper sini oper sini!"
"Tendang lah cuk, yaelah!"
"Jangan egois gitu napa!"
Aku duduk di depan rumah sambil melihat teman-teman ku bermain bola di lapangan sebrang rumahku. Cahaya matahari sudah tidak sepanas tadi siang, tapi aku memilih untuk istirahat karena staminaku yang memang kurang bagus.
"Kayaknya emang harus rajin olahraga sih kalo kaya gini mah," gumamku sambil memijat-mijat kecil kedua betisku. Aku sedikit meringis sakit saat memijat otot betisku. Fokusku pecah saat tiga remaja berlari ke arahku, kulihat memang pertandingan di lapangan sudah selesai.
"Oit Ryan, sendirian ae kek gawang," teriak seseorang sambil menepuk pundakku.
"Berisik lu mal!" omel ku pada temanku yang tingginya tidak jauh berbeda denganku, dia mengenakan kaos putih, aroma tidak sedap menyebar saat dia melepas baju dan mengibaskannya kesana kemari.
"Buset dah Jamal, lu abis makan apaan dah, badan lu bau bener kek bangke!" Teman ku yang lain juga mencium hal yang serupa, dia segera menutup hidung dan menjauh dari Jamal.
"Nah karena lagi gerah kek gini, mau ikut nggak lu Yan sama kita-kita?" ajak Jamal tanpa menghiraukan ejekan dari Doni.
"Mau kemana emang?"
"Itu Yan, berenang di sungai pinggir desa, mumpung dah gak panas lagi nih, pasti airnya enak adem," jawab temanku yang dari tadi hanya diam. Aku berpikir sejenak karena lokasi sungai itu lumayan jauh, makan waktu 10 menit buat naik motor.
"Ngga deh Lang, gue nggak ikut dulu. Kaki gue pada kaku ini buat jalan," tolak ku sembari memijat betis.
"Oke deh Yan kalo gitu, dah kaya kakek-kakek lu mah," ejek Jamal lalu berlari meninggalkan ku.
"Sialan lu!"
Personil mereka bertambah, karena setelah gagal mengajakku, mereka mampir ke kelompok remaja lain yang juga sedang berisirahat di pinggir lapangan dan tiga orang dari mereka ikut ke sungai.
Setelah mereka pergi dan tidak terlihat lagi, aku melanjutkan pijitanku pada kaki. Dirasa udah mendingan, aku berdiri dan sedikit meregangkan punggungku. Ku tapaki undakan tangga di depan rumah lalu naik untuk membuka pintu rumahku.
Suara derit pintu berbunyi saat kutarik gagangnya yang sedikit dingin lalu kututup kembali. Pemandangan yang kulihat setelah masuk adalah ruangan keluarga dimana biasanya aku dan kedua orang tuaku habiskan waktu untuk bersantai.
Rumahku nggak terlalu luas, hanya ada 3 kamar, 1 dapur, 1 ruang keluarga dan ruang tamu. Aku berjalan ke kamarku yang lokasinya berada di sebrang ruang keluarga dan disebelahnya langsung ke dapur.
*tok tok tok
Saat hendak melangkah masuk ke kamar, pintu depan terdengar seperti di ketuk.
"Siapa ya, tumben banget ada tamu," gumam ku.
"Iya sebentar!" teriakku menjawab ketukan pintu. Saat kutarik gagang pintu sosok remaja berdiri diam dibawah undakan tangga.
"Ya Allah gue kira siapa, ternyata elu Mal. Perasaan belom ada setengah jam lu pergi dah kesini aja, kenapa Mal?" tanyaku sambil turun dari undakan tangga mendekati Jamal.
"Hehe, iya Yan sorry ya ganggu, gue boleh minta teh panas kaga? Dingin banget nih abis berenang," pinta Jamal sambil memegang pundaknya menyilang menggigil kedinginan.
"Oh iya boleh Mal, yuk masuk gue buatin dulu teh panasnya. Kaya sama siapa aja lu." Aku tarik tangannya, aku kaget karena seperti menyentuh es, kulitnya sangat dingin, kulihat bibirnya juga pucat dan pecah-pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Horor
Короткий рассказKumpulan cerpen horor karyaku, yang kubuat dikala gabut dan mendapat ide cerita random, semoga bisa menemani kalian disaat sendirian di rumah. AWAS DI BELAKANG KALIAN!