Enjoy Reading
***
"Anjir, lu kenapa Yan sampe banting pintu kek gitu?"
"Hah, hah, hah." Aku masih berdiri di pintu sambil terengah-engah, "Lu tau kaga?" tanya ku ke mereka yang langsung dijawab.
"Kaga," kompak Gilang dan Doni.
Tanpa mempedulikan jawaban mereka, aku melanjutkan, "tadi pas gue lagi nyuci piring. Ada suara yang manggil gue, suaranya berbisik di samping telinga gue. Dan gue tau itu suaranya siapa."
"Emang siapa? Jamal?" canda Gilang sambil tertawa.
"Iya."
"Hahaha. Yan Ryan, maksud lu, si Jamal gentayangan gitu? Bisa ae lu candaannya." Gurau Doni lalu lanjut menatap layar televisi sambil memainkan stik ps di tangannya.
"Seriusan anjir, semalam juga gue di gangguin tau. Lu pada nggak percayaan amat dah." Kesal ku lalu duduk mepet ke Gilang sambil melihat ke sekitar.
"Sanaan napa Yan, luas itu samping lu!" Gilang mendorong ku karena aku mepet ke tubuhnya.
"Kaga mau, takut gue anjir."
"Penakut banget lu."
"Di hantuin baru tau rasa lu," ucapku, karena kesal ku ambil stik PS di tangannya lalu memainkannya membuat Gilang ingin merebut kembali, namun gagal.
Seiring berjalannya waktu, aku mulai melupakan ketakutanku dan tenggelam dalam game yang kumainkan bersama dengan Gilang dan Doni. Keseruan game membuat kami lupa waktu, dan jam menunjukan pukul setengah 6 Sore.
Gantian dong.
"Bentar Lang, nanggung ini," jawabku tanpa sadar. Gilang yang ku ajak bicara justru bingung.
"Hah? Gue nggak ngomong apa-apa Yan."
"Lah bukannya elu yang minta gantian?" tanyaku justru bingung.
"Mana ada, dari tadi gue diem ngeliatin lu main."
"Lah terus tadi suara siapa?"
Kami bertiga terdiam saling tatap menatap.
Gue juga mau ikut main dong.
"Aaaaaa!" teriak kami bersamaan, lalu berebut untuk keluar rumah meninggalkan televisi dalam keadaan menyala.
"Ya Allah, tadi itu suaranya Jamal kan?" celetuk Doni yang masih berusaha mengatur nafas setelah sampai di luar rumah, matahari sudah nyaris terbenam..
"Kan, gue bilang apa, Jamal gentayangan, tapi lu semua pada nggak ada yang percaya," sergahku kesal sambil mengatur nafas dan berkacak pinggang.
*Brak
"Astagfirullah!" sontak kami bertiga kaget bukan kepalang saat pintu rumah tertutup dengan keras. Kami saling bertatap-tatapan.
"Yan, Jamal kenapa gentayangan?" tanya Gilang padaku.
"Gue juga nggak tau, semalam dia cuman ganggu gue doang dan nampakin diri sambil bilang katanya dingin."
"Apa ini ada hubungannya sama perbuatan Jamal pas masih hidup?" celetuk Doni yang membuat kami bingung.
"Emang apaan Don?"
"Gue bukan mau ngomongin aib orang meninggal, cuman semasa Jamal masih hidup, dia ngomong ke gue katanya pernah nilep uang SPP dan dipake buat jajan sama beli rokok," jelas Doni yang membuat ku terkejut.
"Seriusan lu Don?"
"Beneran Yan, dia sendiri yang ngomong ke gue."
"Terus apa hubungannya itu sama Jamal yang gentayangan kaya gini?" tanya Gilang yang bingung hubungan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Horor
Short StoryKumpulan cerpen horor karyaku, yang kubuat dikala gabut dan mendapat ide cerita random, semoga bisa menemani kalian disaat sendirian di rumah. AWAS DI BELAKANG KALIAN!