Ini adalah sebuah kisah Ria lebih tepatnya Riantika Laurensia gadis remaja lima belas tahun yang putus sekolah, dan merelakan hidupnya menjadi seorang tulang punggung dengan berjualan kerupuk dan menjajakannya di kantin-kantin sekolah dan toko kelon...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cast Ayah Ria - Soetmadji
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*****
Sudah jam tiga sore gadis lima belas tahun itu masih menitipkan beberapa bungkus kerupuk yang ia jual. Iya, Ria bukan berjualan keliling ke rumah-rumah untuk menjajakan jualannya itu, Akan tetapi ia hanya menitipkan ke warung-warung, toko kelontong, sampai ke kantin-kantin sekolahan internasional.
Hebat bukan?, Seorang remaja sudah memiliki usaha sendiri. Bahkan sudah banyak yang tahu mengenai kerupuk produksi dirinya itu, orang-orang menyebutnya dengan sebutan Kerupuk Gurilem neng Ria. Tapi sayang Ria belum ingin menambah modal karena kadang-kadang modal yang ia kumpulkan sering dipakai untuk kepentingan mendadak. Walaupun seperti itu kehidupannya selalu cukup, karena ia selalu senantiasa bersyukur ketika diberi rezeki lebih dari tuhan.
"Udah jam setengah empat nih, aku harus buru-buru beli bunga tabur setelah itu ke makam ibu."
****
Ria berjalan di sebuah jalan yang dikhususkan untuk pejalan kaki sambil menenteng sebuah kantong kresek yang berisi bunga yang ia beli di toko bunga tadi. Gadis itu sedang celingak-celinguk ke kanan kiri berharap ada angkutan umum yang lewat.
"Bang, bang!" Seru Ria sambil menggerakkan tangan sebagai tanda meminta untuk berhenti. Ria langsung menaiki angkutan umum yang berwarna biru itu.
"Ke TPU kebon palem. Ya bang" Pintanya kepada sang sopir.
"Siap neng!" Ujar sang sopir.
Tak butuh waktu lama angkutan umum itu sudah berhenti di sebuah masa depan semua umat manusia.
"Nih bang" Ucap Ria sambil menyodorkan alat transaksi itu.
"Eh, kembaliannya nih neng"
"Ambil aja bang, buat jajan anak!" Ujarnya sambil mengulas senyum kecil.
"Eleuh-euleuh, Hatur nuhun atuh ya neng!" Sahur sang sopir dengan riang. Kegembiraan sopir mana lagi selain dapat tip dari penumpang.
