Am i ugly?

298 42 7
                                    

"SHANIII??!!!!"

Seseorang yang namanya dipanggil dengan keras itu hanya berdeham tanpa mengalihkan fokus dari layar monitor kesayangan.

Merasa suaranya diabaikan, yang memanggil mulai mengangkat kedua tangannya dan mengacak-acak rambut miliknya sendiri, pertanda frustasi.

"SHANI DENGER NGGAK SIH??!!!"

Sekali lagi ia berteriak keras memanggil seseorang yang saat ini sudah melepas headphone dari telinganya.

"Denger kak, aku denger kamu manggil." Jawabnya menatap Sisca yang juga menatapnya tajam.

"TERUS KENAPA NGGAK JAWAB?!" Rupanya emosi Sisca masih belum mereda walau sudah tak terabaikan.

Kemudian Sisca berjalan penuh amarah mendekat ke meja Shani.

Tanpa kedip ia masih tetap menatap Shani, membuat Shani sedikit menciut. Perlahan Shani mulai memundurkan duduknya. Decit kursi yang bergerak justru seperti latar musik untuk pemain antagonis, Sisca mengulurkan tangannya, menghimpit wajah Shani dengan kedua tangannya.

"KESEL SAMA KAMUUUU!!!" Ujar Sisca masih belum menurunkan volume suaranya. Wajah Shani semakin tidak karuan, ia memejam ketakutan dan kesakitan.

"Ya Allah kak, udah udah sakit." Kata kata yang terucap seolah bervokal o karena mulutnya membulat akibat tertekan oleh kedua pipinya.

Sisca mengendurkan tangannya dari pipi Shani, tidak lupa cubitan kecil sebelum benar-benar terlepas.

"Kenapa sih kak?" Tanya Shani seraya mengusap-usap kedua pipinya.

"Matiin game-nya dulu!" Jawab Sisca ketus.

"Ya ngomong aja kak kalau mau ngomong." Balas Shani membuat mata Sisca membulat mengancam.

"Iya iya aku matiin." Akhirnya Shani mengalah, ehm lebih tepatnya kalah.

"Mundur!" Perintah Sisca.

Shani memundurkan kursi dan berdiri.

"Suruh siapa berdiri?"

"Katanya mundur?"

"Mundur mundur aja, kamu tetep duduk disitu."

Shani menuruti yang Sisca perintahkan.

"Terus gimana?" Tanya Shani yang sudah kembali duduk.

"Awas! Aku mau duduk disini."

Sisca mendorong tubuh Shani dan mendudukkan dirinya di atas pangkuan Shani.

Shani hanya tersenyum.

"Yaelahh gengsi banget mau dipangku."

"Diem!" Tahan Sisca pada mulut Shani yang akan tertawa dengan jarinya.

"Jadi, sayang kenapa?" Tanya Shani, mengusap lembut lengan Sisca.

"Aku mau tanya."

"Tanya apa?"

"Kamu ngerasa berat nggak sih aku duduk gini?" Tanya Sisca sambil bermain mouse di atas meja.

"Kenapa nanya gitu?" Shani bertanya balik, memiringkan kepalanya agar dapat melihat wajah Sisca.

"Aku ngerasa gendutan...." Lesu Sisca, menjatuhkan kepalanya di atas meja.

"Sayang, mana ada kamu gendut, body goal gini, selebewww." Balas Shani, mencolek pinggang Sisca.

"Aku jelek ya?" Sisca mengangkat kepalanya, memutar badan menghadap Shani.

"Hah? Apa?" Jawab Shani dengan ekspresi bingung seolah ucapan Sisca tidak terdengar jelas.

"Ih, aku jelek ya?" Sisca mengulang pertanyaan.

"Aku punya jakun?"

"Apa sih tiba-tiba bahas jakun?" Sisca menarik satu telinga Shani.

"Loh, bukannya kita lagi ngomongin sesuatu yang mustahil?"

Sisca terdiam sejenak, mencerna perkataan Shani.

Sampai akhirnya, bibirnya perlahan tertarik membuat sebuah lengkungan teramat manis. Ah, Shani memang selalu bisa membuatnya hangat.

Kedua tangannya melingkari tubuh Shani, menyatukan perasaan melalui pelukan yang begitu erat.

"Sayang kamu."

Bisik Sisca, saat Shani menariknya lebih dalam.



















Inspired by a meme:

Inspired by a meme:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



One shot saja.

Jangan lupa komen ya, biar rame lagi wkwkwk.

SEPENGGALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang