BAB 14

2 1 0
                                    

Setelah kepergian Jihan yang entah tidak diketahui oleh Devano, semua pihak keluarga bungkam tak satupun mau menjawab pertanyaannya, sehingga beberapa hari ia uring-uringan tidak jelas, melamun dan sering tidak bisa mengontrol emosinya. Sungguh sia!. Apakah dia berada di singapura bersama ayahnya, atau dia pindah keluar kota untuk menempuh pendidikannya kembali. Hingga Devano mencari informasi dari pihak sekolahnya tidak ada guru satupun yang membuka mulutnya Jihan pindah kemana. Sangat mustahil jika pihak sekolah tak mengetahuinya, padhal Jihan tergolong murid berprestasi.

"Udahlah Van, kalo jodoh tu nggak kemana! Kusut banget tu muka" Hibur Aldo seraya menancapkan sebatang rokok dimulutnya namun tak berhasil

"Cewek ngak Cuma dia doang kali. Tu banyak yang ngejar-ngejar lo, tu tandanya lo suruh move on" Ujar Riko yang masih asyik dengan smartphonenya

Braaak

Devano mendorong meja kantin hingga semua tumpah berserakan dilantai, dan menjadi pusat perhatian para siswa siswi

"Lo ngomong sekali lagi, gue robek mulut lo!" Bentak Devano lalu langusng beranjak pergi

"Elah Van, kayak bumil aja dikit-dikit marah" Teriak Riko.

Kedua sahabatnya tersebut setia mengekorinya sampai didepan gedunng Aula. Devano berhenti sejenak. Dia ingat bahwa hari ini gladi bersih untuk acara Purna Kelas XII. Matanya masih menyisakan sorot kebencian. Dia memasuki ruangan dengan langkah jenjangnya. Semua sudah berkumpul di Aula, seperti biasa mereka bertiga selalu menjadi pusat perhatian namun apa peduli mereka.

"Oke, siang ini kita mulai gladi bersih kita mulai dari MC yang meliputi bahasa Jepang, bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Sudah siap?" Tanya Pak Andi selaku ketua panitia

"Iya siap Pak"Jawab serentak ketiga siswi tersebut

"Pembacaaan ayat-ayat suci Al-qur'an. Siap?
"Insyaallah siap"

"Sambutan kepala sekolah, skip. Sambutan Wali murid, skip dan sambutan perwakilan kelas XII. Devano siap?"

"Siap" Jawab Devano singkat

"Selanjutnya acara inti prosesi wisuda Purna kelas XII, dan Sambutan Inti oleh KH. Jalaludin Ahmad skip, dan terakhir Penutup"

Devano mendelik mendengar siapa yang memberi sambutan inti. "KH. Jamaludin Ahmad? Ketemu Abah lagi?"

"kalo mau kentut nggak usah ditahan sono minggir keluar!" Seloroh Erika saat melihat ekspresi Devano yang tengah kaget

"Ngagetin aja lo siluman cacing jelek, buruk rupa kayak silit" ejek Devano dengan wajah datar, tiada habis-habisnya ia selalu menistakan temannya yang satu itu. Tepatnya cewek yang sedang menaruh hati pada sepupunya

"Siluman itu yang bisa ngilang, cewek siapa ya abis ngilang entah kemana? Sepertinya ada yang linglung gegara kehilangan kesayangannya" Cibir Erika sembari melirik Devano.

Dia tahu pasti dia tengah gila ditinggal pujaan hatinya. Devano hanya melirik tajam dan tersenyum miring, dia tidak ingin banyak bicara apalagi jika harus membahas Jihan. Jangan sampai dia tersulut emosi lagi lebih-lebih dengan seorang cewek

Setelah beberapa menit berlalu melaksanakan gladi bersih, Devano dan para sahabatnya berniat untuk mencari udara segar sekedar nongkrong dikafe.

"Al, lo sama istri lo nggak ada acara kan? Ngafe yuk, sebelah ada kafe baru tempatnya enak cukup estetik, sekalian gue mau banding kulinernya" Ajak Riko. Maklum dia sendiri mempunyai usaha kuliner dan kafe, jadi dia ingin tahu bagaimana kualitas dan harga yang ditawarkan dan seberapa tinggi minat konsumen

Back streetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang