PERTENGKARAN

11 2 0
                                    

“Pertengkaran”

Keesokan harinya, seperti hari biasa. Hanya bedanya di hari setelah saya mengabaikan Alice, saya merasa Alice juga menjauh dari saya. Setiap sepulang sekolah saya sendirian tidak ada yang bisa saya ajak mengobrol sekarang, hanya angin yang menemaniku berjalan menuju ke rumah. Bodohnya saya, sepulang sekolah saya menunggu Alice hingga senja tiba.

Saya pikir Alice sudah pulang duluan, jadi saya memutuskan untuk pergi menemui Adi. Di lain sisi, Elvan lebih duluan pulang kerumah untuk berganti baju dan segera berangkat ke Café. Sesampainya di kelas Adi, saya menerima pesan dari Elvan dia mengatakan bahwa dia sudah menunggu saya di suatu Café Bernama ‘Coffee In’.
Setelah mendapat pesan dari Elvan, saya dan Adi bergegas untuk berangkat ke Café tersebut. Sesampainya di kafe, saya dan Adi melihat sekitar untuk mencari keberadaan si Elvan. Ternyata Elvan duduk di pojokkan kafe, entah kenapa dia memilih tempat duduk yang seperti ini.
Saya dan Adi menghampiri Elvan, setelah sampai disana saya dan Adi duduk berdampingan. Saya membuka topik dengan menanyakan kabar dari si Elvan, kemudian saya bertanya tentang Alice.

Aditya: “Alice gimana? Aman kan?,” tanya saya

Elvan: “Kok tiba – tiba banget kau tanya begitu?,” jawab Elvan emosi

Aditya: “Santai bro, kita disini mau ngobrol baik – baik.”

Adi: “Iya bro, stay calm,” jawab Adi

Elvan: “Ya kenapa kalian menanyakan soal Alice.”

Aditya: “Justru aku yang tanya, ada apa sih kamu sama Alice?,” tanya saya

Adi: “Nah, kemarin Adit cerita ke aku kalo kamu berubah dari mulai kamu ke kelas Adit dengan gercep terus Alice menanyakan ke Adit kalau kamu sudah sampai kelas Adit atau belum.”

Elvan: (terdiam)

Aditya: “Kamu suka sama Alice van?,” tanya saya lirih

Elvan: “Kamu cemburu dit?, nggak terima kah kalau aku jalan dengan Alice?,” tanya Elvan emosi

Saya pun berdiri dan mendorong Elvan, Elvan terjatuh dari kursinya dan segera berdiri. Saat bediri tiba – tiba pukulan Elvan sampai ke pipi saya hingga membuat saya terjatuh, Adi yang berada di belakang saya dengan spontan lari dan melompat kearah Elvan. Elvan dapat menahan tendangan dari Adi, dengan posisi tangan menutupi muka. Saya mengambil kesempatan emas tersebut untuk menambah tendangan hingga membuat Elvan terbaring di lantai kafe, dengan cepat saya menaiki tubuh Elvan agar Elvan tidak bisa bergerak dan saya bisa memukuli muka Elvan dengan mudah.

Keadaan di kafe tersebut sudah tidak kondusif, orang – orang di kafe tersebut sudah berkumpul melihat perkelahian saya dengan Elvan. Terdengar suara sirine dari area luar café, sepertinya polisi sudah sampai untuk menangkap kita. Saya dan Adi bergegas kabur lewat pintu belakang kafe tetapi, sudah terlambat polisi sudah mengangkat pistolnya kearah saya dan Adi. Mau tidak mau saya harus mengangkat kedua tangan saya ke belakang kepala, saya tidak tau siapa yang melaporkan pertengkaran kita. Polisi menghampiri kita berdua dengan membawa borgol di tangannya, saat kita berdua sudah di borgol dan berjalan kearah mobil polisi. Entah kenapa tiba – tiba mata saya tertuju pada yang berada diantara sekumpulan pengunjung yang berada di kafe, ternyata dia adalah Alice. Saya baru menyadari kalau rumah Alice dekat dengan kafe yang kita berdua tempati.

Sesampainya di Polres Surabaya, saya dan Adi ditempatkan di suatu tempat tertutup yang hanya terdapat 1 ventilasi di atas atap. Ternyata ini adalah ruang interogasi, saya melihat dua anggota polisi diluar sedang membicarakan sesuatu yang tidak bisa saya dengar karena di ruangan tertutup. 2 anggota polisi tersebut masuk ke ruangan tempat saya dikurung, saya melihat name tag mereka ternyata nama mereka yaitu Pak Edi dan Pak Soni. Mereka berdua menanyakan persoalan masalah yang ada di kafe tadi.

Pak Edi: “Kalian masih sekolah?,” tanya Pak Edi

Aditya dan Adi: “Iya pak,” jawab kita lirih
Pak Soni: “Masih sekolah sudah berbuat onar di luar.”

Pak Edi: “Apa motif kalian untuk melakukan keributan tersebut?,” tanya Pak Edi

(saya dan Adi tidak ingin menjawabnya)

Pak Soni: “HEI KALIAN JAWAB!!,” ujar Pak Soni tegas

Aditya: “Perkara wanita pak,” jawab saya

Pak Edi: “Yaelah perkara wanita saja sampai rebut di tempat orang seperti itu.”

Tiba – tiba ada rekan polisi yang lain masuk ke ruangan, dan mengabari Pak Soni bahwa ada Wanita yang sedang mencari Aditya. Dia mengaku bahwa dia adalah saudara dari Aditya, saya tidak tau wanita itu siapa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ADITYA: MELANGKAH LEBIH DEWASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang