fifteen

4.5K 268 39
                                    

hai, kgn y.
btw terimakasih banyak atas 20k+ readers🤝

"udah enakan seung? lo ada sakit?"

suara itu sukses membuat si pemilik nama menolehkan kepalanya pada sosok lelaki yang kini sedang duduk sebelahnya tepat dimana dirinya tengah terbaring di dalam tenda.

heeseung tidak mampu bergerak banyak, hanya anggukkan kepala saja yang ia berikan sebagai tanggapan, punggungnya terasa begitu remuk seakan terbanting dari ketinggian.

"badan lo panas," ucap sungchan setelah ia mendesis pelan sambil menyentuh kening heeseung tiba-tiba. "jangan nugas dulu hari ini."

"nanggung chan, lagipula cuma sehari semalem aja kan mereka camping?" sela heeseung menatap sungchan dengan sayu.

"lo itu lagu sakit, jangan bandel kalo dibilangin. mending istirahat aja disini, nanti gue suruh anak osis lain buat gantian jagain lo."

heeseung menggeleng. "gue keliatan gak berguna banget."

"namanya juga lagi sakit, gak ada yang bisa nyalahin. nanti gue yang izinin ke pak jeno."

"gue bosen disini, sungchan."

"gak, disini aja."

heeseung menatap sungchan kecewa, kemudian menghela nafasnya panjang. "tapi nanti pas api unggun gue mau ikut, boleh ya?"

akhirnya sungchan pun ikut menghela nafas. "iya, pokoknya sekarang lo istirahat aja dulu. jangan banyak gerak dulu, dan,"

"makasih waktunya buat tadi. maaf, gue suka sama lo, seung." bisiknya tepat di telinga heeseung.

entah kenapa pipi lelaki itu mendadak merah, menatap sungchan yang keluar dari tenda sambil tersenyum padanya dari luar, kemudian berlari ke tengah lapangan dan kembali melanjutkan tugas.

saat heeseung tengah melamun sambil menatap langit-langit tenda, ia merasakan ada sesuatu yang menyentuh kakinya, sontak lelaki itu langsung menarik kakinya sendiri.

"anjir kaget gue, hann."

hanni memunculkan kepalanya tepat di depan tenda yang dibaringi heeseung, sembari memberi sebuah totebag berisikan sesuatu pada si ketua osisnya itu. "apa ini?"

"dari sunghoon, katanya nitip itu buat kak heeseung," ucap hanni kemudian kembali berdiri "udah ya kak aku mau lanjut nugas, bye!"

dahi lelaki itu mengernyit heran, kemudian perlahan mendudukkan dirinya sambil membuka isi totebag tersebut. ternyata terdapat sebuah sweater, kemudian makanan dan juga susu vanilla kesukaannya di dalamnya.

"yang bener aja ini dari sunghoon." gumam heeseung tak percaya.

waktu begitu cepat berlalu, hingga malam pun sudah tiba. heeseung berjalan ke tengah lapangan untuk menyaksikan anggota osis selain dirinya tengah bersikeras menyalakan api unggun.

saat ia hendak ingin membantu, tiba-tiba tangannya lebih dulu ditarik oleh seseorang, yang ternyata pak jeno yang menggeleng dan menatap heeseung datar. "duduk aja sini,"

"udah enakan?" tanya jeno.

heeseung pun perlahan mengangguk. "tinggal pusing aja dikit."

"nanti jangan tidur malem-malem, biar anggota lain yang ngerjain semuanya." jeno mengusak kepala heeseung.

"nggak pak, saya mau kerja juga. bosen di tenda."

"kalo gitu jangan ngerjain yang berat-berat dulu."

"terus saya ngapain pak?" tanya heeseung sambil sedikit menyandarkan tubuhnya pada batu besar di belakangnya itu.

"ngapain aja terserah, saya mau bantu anak-anak dulu, kamu disini aja." titahnya. heeseung pun hanya menurut dan mengiyakan ucapannya saja.

tiba-tiba seseorang menghampirinya sambil langsung duduk tepat di sebelahnya. "udah di minum susunya?"

heeseung menoleh, kemudian tersenyum hangat menatap lelaki tersebut. "udah, makasih loh ya. tapi harusnya lo nggak usah repot-repot banget sampe kasih gue gitu."

"gue khawatir sama lo." ucapnya singkat.

"gue bisa jaga diri, hoon."

"jaga diri katanya?" sunghoon tertawa remeh pada heeseung. "kaya tadi itu apa masih bisa disebut jaga diri? mana sampe sakit kaya gitu."

"lo marah?"

"gak."

"bohong."

"gue cium juga lo disini."

heeseung spontan menggeleng. "eh ya jangan."

"panik kan lo?" tanya sunghoon sambil mencubit gemas pipi heeseung, kemudian tak lama setelah itu teman sunghoon mencarinya, dengan terpaksa ia pun harus menurutinya.

heeseung menghampiri kumpulan anggota osis lainnya yang tengah duduk melingkar itu, ternyata mereka sedang bermain truth or dare.

"mau ikut kak?" tanya hanni

heeseung pun mengangguk. "boleh."

setelah itu, botol plastik yang diletakkan di tanah itu diputar oleh soobin. kemudian ujung tutup botol tersebut langsung mengarah tepat pada sepatu heeseung.

"baru aja ikut main." protes heeseung sambil mendengus kesal.

"udah gak papa, truth or dare seung?" tanya jaemin yang sejak kapan sudah berdiri di dekatnya sembari mengangkat kedua alisnya bersamaan.

"um, tru—"

"dare. buat heeseung wajib dare." sahut jaemin lagi.

heeseung menatap lelaki itu tak terima. "gue maunya truth."

"udah, terima aja lah. dare ya?"

si ketua osis itu hanya bisa pasrah, sambil menarik nafasnya dalam-dalam kemudian membuangnya panjang. heeseung mengangguk menuruti permintaan teman-temannya itu.

kini semua orang berbisik satu sama lain untuk merencanakan sesuatu, kemudian jaemin pun menghampiri heeseung sambil menyeringai penuh arti.

"udah? apa dare-nya?" tanya heeseung penasaran.

jaemin pun mendekatkan wajahnya pada telinga heeseung, kemudian membisikkan sesuatu. "buat si sunghoon cemburu."

heeseung membelalakkan matanya. "hah?"

"lo gak mungkin gak ada apa-apa sama dia kan? so, just do it, boy."

"harus banget?"

"iya. atau gue bakal sebarin semua rahasia lo."

"i-iya gue lakuin."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

kakel ; hoonseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang