AKU kesal.
Dirimu tertawa dan berkata, “Aku ada urgensi, maaf telat.”
Pada semua orang di ruangan itu, dirimu meminta maaf.
Aku tidak banyak berpikir, lagi. Acara pada hari itu adalah tanggung jawabmu, aku hanya bagian kecil yang tidak terlalu penting.
Sebut saja aku pelengkap.
Tapi kenapa... dirimu selalu dekat dengan ku?
Kutepis semua pikiran yang ada, tidak, tidak ada yang menyukaiku. Aku cukup tahu diri bagaimana diriku sendiri.
Tapi kenapa? Kenapa aku merasa interaksi kita sangat janggal?
Seperti ada sesuatu yang menggelitik.
Dirimu yang tertawa lepas, tersenyum lebar, selalu berkeliaran dekat dengan ku. Apa maksudmu kala itu?
Tidak dapat aku cerna.
“Dia sangat friendly.”
.
.
.
.
.
Tidak... bukan seperti itu...

KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Kata Bukan Menjadi Kita
KurzgeschichtenKetika kita tidak dapat menjadi kata, Maka kata dapat menjadikan kita. Kata dapat menceritakan kita, Kita tidak dapat menceritakan dengan kata. Garis panjang yang membentang membentuk jalanan cerita yang berlika-liku tanpa ujung, akankah pada akh...