2

61 5 2
                                    


Bodoh! Itu yang Vegas pikirkan. Bodoh sekali dia menatap bahkan lancang mengusap bibir mantan istrinya. Entah apa yang ada di otaknya saat itu apakah efek karna tak melihat Pete selama berbulan-bulan?

Vegas mengusap surainya frustasi. Ia ngat betul Pete berlalu tanpa kata saat Vegas berdiri kaku setelah menyadari tindakan bodohnya. Astaga sejak kapan pula pete berani menggunakan pewarna bibir, apakah Vegas tidak menyadari itu selama ini?

"Ya. Aku tidak pernah benar-benar memperhatikan dia"

Benar, Vegas tidak bisa menatap Pete terlalu lama. Dia akan ingat semua kesedihan dan penderitaan yang pernah Pete rasakan. Menderita karna Vegas bahkan tanpa sepengetahuannya sendiri

Vegas menghela nafas. Dulu sekali ia dan Pete adalah dua orang yang saling mencintai, memutuskan menikah meskipun halangan tetap ada. Pete dari keluarga tak berada seorang diri tanpa orang tua lalu Vegas adalah dokter muda saat itu. Anak emas kebanggan keluarganya, maka saat Vegas membawa Pete ke rumah besarnya Pete jelas di tolak mentah-mentah

Namun Pete yang masih muda juga sama menggelorannya. Ia mencintai Vegas hingga memutuskan berjuang meminta restu meski Pete sendiri sadar dia tak di inginkan. Satu tahun lamanya mereka berjuang tapi selalu jalan buntu yang mereka temukan lalu karna itulah Vegas yang kehabisan akal menemukan satu cara yang tidak mungkin bisa di tolak keluarganya

Ya, menghamili pete

Pernikahan itu terjadi bahkan tanpa restu orang tuanya

"Papi" Vegas menoleh saat anak semata wayangnya datang bersama sang ibu

"Nara minta es krim katanya.. mama kasih ya? Kasihan" Vegas menggeleng

"Kata mami, Nara di larang makan es krim soalnya sebentar lagi waktunya tidur nanti kamu ngompol" Gadis kecil itu cemberut tapi neneknya mendengus tak suka

"Apa-apa tidak boleh, semua-semua tidak boleh.. kenapa si dia itu? Nara kan masih kecil pasti maunya jajan yang enak Vegas"

Vegas menghela nafas "Kalo Nara sakit yang repot Pete ma, apalagi dia sendirian ngurusin Nara.. Mama gak kasian?"

"Ya,ya.. bela saja terus mantan istrimu"

Dan Vegas mengacak surainya frustasi.






Minggu sore Nara sudah di antar pulang, gadis kecil itu harus pergi sekolah besok pagi. Setiap pulang dari rumah ayahnya Nara akan di belikan banyak sekali mainan, baju maupun snack kesukaannya dan itu membuat Pete merasa sungkan, dia bahkan tak berani menolak karna itu pemberian mertuanya

"Maaf ya, mama memang terlalu berlebihan" Pete tersenyum paksa melihat tas belanjaan yang memenuhi  seisi meja

"Gak papa dokter.. tapi lain kali tolong bilang sama oma ya kalo Nara bajunya udah banyak apalagi mainanya dan Nara gak makan snack kayak gitu"

"Kenapa begitu? Nara masih anakku. sudah cukup dengan kamu yang gak mau aku nafkahi lalu apakah memberi Nara sesuatu juga salah?"

"Salah dokter karna saya gak mau di tuduh menghabiskan uang dokter. Saya mampu membiayai Nara sendiri tanpa bantuan siapapun" Vegas menatap mantan istrinya dalam-dalam

"Aku tau kamu bisa nafkahi Nara tanpa bantuan siapapun tapi aku juga ayahnya, aku berhak pete"

"Dokter gak berhak karna saya tidak meminta"

Vegas mengusap wajahnya lelah "Sekarang aku tanya sama kamu apa gunanya aku kerja? Kalo bukan untuk kamu dan Nara buat siapa lagi? Sebegitu banyak uangku siapa yang mau habiskan pete"

"Aku yang sndirian kalaupun ada aku ngerasa jauh banget sama kamu dan anak kita. Batasan-batasan sialan ini? Dulu andai kita tidak bercerai aku pasti masih bahagia punya kalian kan" Pete menggeleng

"Dokter cukup."

"Apa? Apa yang cukup? Kehilangan kamu sama Nara itu cukup buat aku menderita"

Pete mengalihkan tatapannya. Kali ini  ia tidak bisa menatap Vegas. Lelaki dengan kesepian dan luka di matanya. Bahasan ini menyakiti mereka berdua

"Aku harap dokter bahagia sama seperti aku yang bahagia. Aku harap dokter menemukan keluarga dokter sendiri yang setara dan mencintai dokter sampai dokter gak akan ingat lagi dengan kita berdua. Aku harap dokter...

"Melupakan kami"

Vegas mengepalkan tangannya, ia apit dagu Pete untuk menatap padanya. ada kesedihan di sana. Vegas mengusap pipi itu selembut yang ia bisa. 5 tahun sungguh bukan waktu yang singkat

"Apa kamu bahagia" Pete mengangguk

Namun Vegas tersenyum remeh "Bohong"

"Kalo kamu bahagia harusnya kamu sudah menikah dengan laki-laki lain tapi kamu tidak melakukannya. Kenapa? Masih mencintaiku, hm?" Pete menggeleng, ia berusaha melepas tangan Vegas tapi pria itu malah menarik pinggangnya

"Jawab"

"Saya bahagia berdua dengan Nara.. d--dokter lepas"

"Bohong lagi" Vegas tertawa tapi dengan kesedihan dalam hatinya

Sekuat apapun Pete meronta akan sia-sia, lelaki ini bagaikan batu yang tak mau menyingkir meskipun Pete memukuli dadanya bahkan menginjak sepatunya

"Dokter vegas lepaskan!"

"Lihat. tubuhmu bahkan menerimaku" Vegas tertawa

"Jangan mimpi"

Pete semakin kesal. Ia akhirnya berhenti bergerak, percuma melawan toh kalo sudah bosan dokter bodoh itu akan melepaskannya

"Lucunya" Pete merotasikan matanya malas melirik anak mereka yang sedari tadi asik menonton kartun

"Dokter ada Nara"

"Sedang menonton"

"Kalau lihat?"

"Kenapa memangnya? Anggap saja simulasi karna kita akan rujuk dalam waktu dekat"

Dan dengan itu Pete mendorong vegas sangat keras dan mengusir laki-laki bodoh itu dari rumahnya









Dan dengan itu Pete mendorong vegas sangat keras dan mengusir laki-laki bodoh itu dari rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Next chp.




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEMI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang