Firasat Awal

94 7 6
                                    

"Nona muda, ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda." Ucap Harry yang datang menghampiri Hoya.

Sekarang Hoya sedang berada di taman rumah, Hoya sedang membuat keramik dengan pakaiannya yang sudah dipenuhi noda tanah liat. Dua pengawal Darrel pun berdiri tidak jauh darinya untuk mengawasinya.

"Suruh dia masuk." Ucap Hoya yang masih fokus pada keramik yang dia buat.

"Baik nona..." Harry menghela nafas panjang dan kemudian Harry menatap ke arah laki-laki yang berdiri tidak jauh darinya.

Laki-laki itu adalah Amir, Harry menatap tidak suka pada Amir. Tapi karena Hoya memberikan izin maka Harry hanya bisa mengikutinya meski perasaannya sangat berat.

"Sepertinya pengawal lo tidak setuju gue ketemu sama lo." Ucap Amir yang berjalan melewati Harry.

"Karena bagi dia lo hanya cowok sampah yang tidak layak untuk ketemu sama gue." Ucap Hoya santai dan Amir pun tersenyum sinis mendengar ucapan Hoya padanya.

Kemudian Amir berdiri di depan Hoya yang sekarang masih fokus membuat keramik. Amir terdiam menatap Hoya yang fokus membuat keramik, Amir terpesona dengan wajah cantik Hoya.

"Pantes aja Leonid segila itu mempertahankan lo waktu dulu, cewek secantik ini bagaimana mungkin bisa di lepas." Ujar Amir.

Seketika tangan Hoya berhenti dan Hoya menatap Amir yang sekarang menatapnya dengan kagum. Hoya mencuci tangannya dan kemudian berdiri di depan Amir.

"Kenapa? Apa lo sekarang juga suka sama cewek yang sudah mempermalukan lo?" Tanya Hoya.

"Sepertinya gue bisa melupakan hal itu, karena gue rasa pesona lo lebih besar." Amir mengulurkan tangannya ke wajah Hoya untuk menyentuhnya.

Tapi Hoya langsung menepis tangan Amir dengan kasar. Amir hanya tersenyum menyeringai saat mendapatkan perlakuan kasar dari Hoya. Amir merasa tingkah Hoya terlihat sangat manis dan lucu.

"Meski gue di tugaskan untuk memulihkan kepunahan di dunia sama lo, gue lebih memilih menggigit lidah gue sendiri dan meninggalkan dunia ini dari pada hidup bersama lo." Ucap Hoya datar.

"Haha..." Amir tertawa mendengar ucapan Hoya yang sangat tidak ingin bersama dirinya.

"Cepatlah bicara, apa maksud kedatangan lo kesini?" Tanya Hoya tajam.

"Kedatangan gue kesini mau minta lo lepasin Hidar atas kasus penusukan itu."

"Lo datang ke gue setelah beberapa hari berlalu, apa ini atas perintah bokap gue buat lo ngebujuk gue?"

"Yap! 100 buat lo! Jadi gue minta lepasin Hidar sekarang juga." Perintah Amir dengan senyuman jahatnya.

Melihat Amir tersenyum, Hoya pun tersenyum dan tertawa kecil. Amir tertegun saat melihat Hoya tertawa, hingga mata Amir membulat saat Hoya mengambil sebuah pisau pahatnya dan langsung melukai tangannya tanpa ragu.

"Lo udah gila Hoya!" Amir langsung mengambil pisau itu dan melemparnya jauh.

"Dengar Amir, lo tau betul alasan gue kenapa gue mematuhi bokap gue dan perjanjian antara gue dan bokap gue." Ucap Hoya dan Amir pun terdiam.

"Gue bisa ngelakuin apapun buat orang yang gue sayang, anggota lo sudah nyentuh Marcel yang tidak lain orang terdekat Leonid dan sahabat baik gue. Gue nggak akan ngelepasin dia, tolong ingat itu baik-baik Amir." Ujar Hoya.

"Sepertinya lo cukup keras kepala Hoya." Kata Amir sambil melangkahkan kakinya untuk lebih mendekati Hoya.

"Jangan pernah terlibat dalam masalah gue, atau lo akan gue permalukan seperti dulu."

Rose War (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang