Part 4: Cinta Monyet itu Bodoh!

337 62 7
                                    

Sakura
■■■

Dia sudah melewati masa-masa pubernya bertahun-tahun lalu. Isi pesan singkat dari Sasuke tidak akan membuatnya terbang. Kakinya masih menjejak di lantai kamar dan jantungnya masih berdebar dengan normal.

Memang dia sempat merasa bingung. Tapi percaya diri berlebihan itu buruk. Makanya dia tidak mau berpikir terlalu jauh hanya karena kata-kata rindu dari Sasuke yang pasti tidak bermakna apa-apa selain seseorang yang merindukan teman lamanya.

Dia pikir bukan hal yang baik untuk membalas pesan Sasuke. Lagipula dia tidak tahu harus menjawab apa. Waktu masih remaja, tepatnya waktu Sasuke pergi dulu, dia sempat rindu berat pada pria itu.

Namun waktu menyembuhkannya. Bertambah dewasa, dia sadar kalau Sasuke hanya bagian dari salah satu fase dalam hidup yang harus dilaluinya. Ternyata dia masih bisa hidup dengan normal ketika Sasuke pergi. Ternyata dunia tidak berakhir hanya karena cinta pertamamu menolak pernyataan cintamu lalu pergi begitu saja.

Membaca sekali lagi pesan dari Sasuke, pada akhirnya Sakura memutuskan untuk mematikan ponselnya. Dia butuh tidur dan mengistirahatkan badannya karena sekarang perutnya kembali menyiksanya.

Dia baru berbaring nyaman di atas tempat tidur dalam balutan piama baru miliknya saat ponselnya berbunyi lagi. Tidak hanya sekali, tapi dua kali.

Ada dua pesan yang saling berjejer di notifikasinya. Nama Naruto berada paling atas dan nama Sasuke tepat berada di bawahnya.

Jari-jari Sakura bergerak cepat untuk membuka pesan dari Naruto. Isinya selalu penuh dengan perhatian dan rasa khawatir yang kadang berlebihan. Meskipun begitu, dia tidak keberatan dengan semua curahan perhatian yang diberikan Naruto padanya.

Kau baik-baik saja kan? Hari pertama selalu berat untukmu. Tapi es krim dan steak pasti menguatkanmu. Jangan tidur terlalu larut. Olesi perutmu dengan sesuatu yang hangat. Sampai jumpa besok (semoga aku tidak bangun terlambat atau kau terlalu cepat berangkat kerja). Selamat malam, Sakura.

Kalau ada lomba tentang siapa orang yang palingmengerti dirinya, Sakura jelas tidak akan pikir panjang untuk menempatkan Naruto pada tempat pertama. Bahkan Naruto lebih mengenalnya dibandingkan kedua orangtuanya.

Tenang saja, Naruto. Kau cerewet seperti ibuku. Harusnya kau yang jangam tidur terlalu malam. Selamat malam dan selamat tidur. Sampai berjumpa besok. Terima kasih untuk hari ini.

Setelah mengirimkan pesan balasan pada Naruto, Sakura membuka pesan dari Sasuke. Matanya melotot begitu membacanya. Karena apa yang ditulis oleh pemuda itu sama sekali tidak seperti dirinya. Bahkan kesannya berbeda dari pesan pertama yang dikiriminya.

Kau tidak kelelahan kan hari ini? Bagaimana perutmu? Masih sakit? Aku tidak tahu banyak soal itu. Tapi katanya hari pertama dan kedua selalu menyakitkan bagi banyak perempuan. Minum dan makan makanan yang hangat. Pakai baju yang hangat untuk tidur. Jangan tidur terlalu malam. Aku minta maaf untuk kejadian tadi pagi kalau aku menyebalkan. Tapi aku belum pernah membelikan siapapun pembalut. Sumpah! Sakura, terima kasih untuk hari ini. Ini hari yang menyenangkan. Aku tidak membuat pilihan yang salah untuk tinggal bersama orangtuaku di rumah ini. Dan aku benar-benar merindukanmu, Sakura.

Melotot saja tidak cukup. Ludahnya malah jadi sulit ditelan sekarang. Tenggorokannya kering kerontang.

Selain perhatian yang dia berikan, ada banyak hal dari isi pesan Sasuke yang membuatnya jadi seperti orang kebingungan. Ucapan terima kasih Sasuke double. Dia tadi sudah mengatakannya di pesan pertama. Itu buang-buang kalimat dan waktu. Tidak efisien. Sasuke juga tidak perlu menjelaskan soal apakah dia pernah atau belum seseorang pembalu. Demi Tuhan! Sakura tidak mau tahu tentang hal itu.

Hold On, We're Going HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang