"Kamu nih nyebelin deh," bisik Chika pada Ara yang tadi dengan sengaja mengundang Marsha dan Adel untuk bergabung, sudah sepuluh menit mereka bergabung, suasana berubah menjadi sangat canggung apalagi Ashel sepertinya terlihat tidak nyaman.
"Jadi kalian pindahan ya?" Ara tidak memperdulikan bisikan Chika, ia meneguk satu gelas minuman, tubuhnya terjengit begitu saja saat minuman dengan kadar alkohol yang lumayan tinggi itu bergerak melewati tenggorokannya.
"Iya." Marsha sempat melirik ke arah Ashel yang tidak berhenti meminum, apa Ashel tidak nyaman dengan keberadaannya? Ah, tentu saja, kenapa ia masih duduk di sini? Marsha sebenarnya ingin beranjak, tetapi ia benar-benar tidak menemukan meja kosong di sini, sementara ia sedang malas minum sambil berdiri.
"Nanti mabuk." Azizi menghentikan gerakan tangan Ashel yang hendak kembali minum, Ashel tidak memperdulikan itu sama sekali dan tetap meneguknya. Azizi tidak bisa melarang, iapun akhirnya memilih menikmati minuman miliknya. Tanpa sadar, Azizi saling pandang dengan Marsha, gadis itu sangat cantik malam ini, dress warna hitam yang Marsha kenakan menambah kecantikannya.
"Minumannya mau tambah lagi gak?" Adel berusaha mencairkan suasana, ia mengangkat tangan, memanggil seorang pelayan dan memesan beberapa jenis minuman. Adel ikut tidak nyaman sebenarnya, tetapi ia tidak bisa pergi begitu saja. "Kalian temen sekantor ya?"
"Betul dan mulai sekarang, kalian gabung sama kita." Ara tersenyum lebar pada Adel, melihat minuman yang Adel pesan sepertinya Adel sangat kaya raya. "Kalian hobinya apa selain mabok? Olahraga?"
"Dia atlet nih." Dengan bangga, Marsha merangkul bahu Adel. "Semua jenis olahraga dia sikat, tapi dia paling suka berkuda." Marsha menurunkan rangkulannya ke pinggang Adel.
"Lebay dia mah." Adel mengucapkan terima kasih pada pelayan yang mengantarkan minuman kepadanya, cukup cepat karena ia tidak memesan racikan. Adel menuangkan minuman pada sloki dan memberikannya pada Marsha, dengan cepat Marsha meneguknya. Setelah itu, menuangkan untuk dirinya sendiri.
"Kalian suka olahraga apa?" Marsha mempertanyakan hal yang sama, mungkin ia tidak akan merasa canggung lagi jika percakapan terus bergulir.
"Gak ada yang suka olahraga, pada males, sukanya mabok, payah emang. Eh nyoba ya?" Setelah melihat Adel mengangguk, Ara menuangkan minuman milik Adel, sangat langka sekali ia bisa mencicipi merk yang selalu ia hindari karena harganya sangat mahal itu. "Enak, by, cobain." Ara menuangkan untuk Chika.
"Azizi bukannya suka tennis ya?" Satu detik setelah mengucapkan itu, Marsha merutuki dirinya sendiri, kenapa ia bisa sebodoh itu? Padahal di sini ada Ashel, seharusnya ia bisa lebih menjaga perasaan Ashel dengan tidak mengungkit apapun tentang Azizi.
"Oh ya?" Benar saja, respons Ashel sangat buruk, terdengar dari pertanyaannya yang sangat sinis, kadar alkohol yang Ashel minum cukup tinggi, apalagi ia meminumnya dengan sembarang, tentu membuat reaksinya bekerja sangat cepat. "Kok aku gak tau ya?" Ashel menyentuh bahu Azizi. "Kamu gak pernah ajak aku olahraga."
"Nanti kita tennis bareng ya?" Azizi menarik tangan Ashel dari bahunya untuk ia genggam erat. Azizi sangat takut percakapan ini akan berlanjut, ia sadar Ashel sudah mulai mabuk.
"Azizi sukanya olahraga kasur." Ara tertawa kecil, ia memandang kelima temannya dan langsung berhenti tertawa ketika sadar candaan tidak lucu. "Nyoba lagi, bro." Ara meminta izin kembali pada Adel karena ia ingin mencoba merk lainnya. Sudah dapat dipastikan setelah ini Ara akan terus mendekati Adel.
"Santai aja." Adel mengambil sebungkus rokok di saku jaketnya kemudian ia tawarkan pada Azizi, ia tau dari Marsha bahwa Azizi merokok. Marsha melarangnya menggunakan merk rokok tertentu karena itu mengingatkannya pada Azizi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKARA
FanfictionApa yang lebih sulit selain menjalin hubungan dengan seseorang yang masih terikat oleh masa lalunya?