60 - Salah Tingkah

115 4 0
                                    

اَللّـٰـهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَـيَّدِنَا مُحَمَّدٍ

Jangan lupa vote sama komentarnya yaa!

Happy reading

***

Kini aku sedang berada di gazebo depan rumah Pak RT. Ketiga temanku pun sudah menyusul dengan tiga siswa yang katanya ingin melihat keadaanku. Ya, Harun memaksa Arfan dan Ivan agar ikut bersama tiga temanku. Tapi yang lebih dulu menemukanku adalah Zaidan.

Saat pulang dari pasar, ia tak sengaja melihatku yang dibawa oleh dua orang yang memakai masker dan topi. Karena firasatnya tak enak, dia pun mengikuti motor tersebut hingga ke gubuk itu. Setelah orang yang membawaku pergi, Zaidan sedikit mengintip lewat celah di gubuk dan melihatku yang masih pingsan.

Akhirnya Zaidan memanggil beberapa warga, pak RT dan pak RW di kampung tersebut. Ketika ia kembali, saat itulah Zaidan melihat Radit yang hampir melakukan sesuatu yang tak senonoh padaku. Aku tak habis pikir dengan Radit. Untung saja Zaidan datang tepat waktu. Jika tidak, mungkin aku sudah kehilangan masa depanku.

"Untung Zaidan dateng tepat waktu yaa. Maaf juga kita datengnya telat, Ja," ucap Nadia sambil mengompres pipiku yang lebam menggunakan es batu.

"Lagian si Radit brengsek banget yaa sampe mau ngapa-ngapain Senja segala. Ihh, il feel gue sama tuh orang!" sambung Indah.

"Oh, iya. Tadi kamu pulang dari pasar sama siapa?" Nadia beralih bertanya pada Zaidan.

"Sama Kang Hisyam. Dia aku suruh duluan naik ojek terus aku ngejar orang yang nyulik Kak Senja. Aku kira bukan Radit," jawab Zaidan.

"Terus itu si Radit kemana?" tanya Farhan pula.

"Tadi langsung dibawa ke rumahnya terus langsung dibawa ke kantor desa. Belum diserahkan ke polisi sih," papar Zaidan.

"Hmm, kenapa gak langsung dipenjarain aja?" serobot Harun.

"Semua ada prosedurnya, Harun. Udahlah, kita serahin aja semuanya ke yang bertugas. Yang penting Kak Senja gak apa-apa toh," ucap Ivan.

"Iyaa, iyaa, tapi aku jadi keduluan sama Zaidan." Harun berbicara dengan suara pelan.

"Halahh masih sempet aja cemburu kamu teh, Run!"

"Sssttt!" Harun menaruh jari telunjuknya di bibir Arfan agar temannya itu diam.

"Siapa yang cemburu?" selidik Zaidan.

Arfan dan Ivan serempak menunjuk Harun yang langsung tersenyum kikuk.

"Harun bukannya ada jadwal ngajar ya di pondok. Kok malah melipir ke sini?"

"Mampus lo, ditanyain keamanan!" Ivan langsung menepuk jidat.

"Dia maksa kita buat ikut cari Kak Senja. Ehh!!" Arfan menutup mulut karena sadar dia keceplosan.

"Punya temen gini amat ya Allah. Ck ck ck!" Harun geleng-geleng kepala karena ulahnya terbongkar di hadapan Zaidan. "Dasar cepu! Ayo balik ahh!"

"Hehe, ya udah kita ke pondok duluan deh. Yang penting Kak Senja udah selamat. Ayo buruan!" Arfan langsung menarik tangan kedua temannya untuk segera menaiki motor.

Senja BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang