***
Tak pernah sekalipun dalam sejarah hidup panjangnya ia gagal dalam melaksanakan misi. Ia adalah Captain Royal Hunter, pemburu terbaik di kerajaan Lycan. Pemimpin pasukan khusus yang bersembunyi dalam gelap. Bagaimana mungkin sudah bertahun-tahun berlalu namun misinya masih nihil. Tak ada satupun cara untuk mendeteksi keberadaan Cordelia. Putri kerajaan itu seolah bersembunyi tanpa jejak.
Satu-satunya hal bagus dari situasi ini adalah kemungkinan bahwa jika ia kesulitan menemukan jejak Cordelia, maka begitu pula Hekate.
Lorenzo mengacak rambut kepalanya frustasi. Lantas untuk apa malam ini ia berada di pameran lukisan. Ia sendiri tak mengerti. Sungguh membuang-buang waktu.
Siang tadi, Dominic Sprouse—pemimpin dari Red Mansion—menghubunginya lengkap dengan surat undangan. Ia berkata apa yang ia cari akan berada di pameran lukisan ini. Mungkin Dominic hanya ingin bercanda atau ingin dirinya meramaikan pameran tersebut. Mengingat itu adalah pameran yang diadakan istrinya, Evelyn Sprouse, alasan tersebut terasa wajar.
Awalnya Lorenzo tidak tertarik. Tapi insting Lycan dalam dirinya memberontak. Jika Lycannya sudah meronta semacam ini, Lorenzo harus menurut kalau tidak ingin dirinya kehilangan kendali.
Keputusan tersebut mengantarkannya pada momen ini. Wanita dengan rambut hitam legam, bergelombang lembut tergerai menyentuh punggung. Lorenzo penasaran apakah rambut itu selembut yang terlihat, tangannya terasa gatal ingin menyentuh. Meskipun mengenakan gaun sederhana, tapi tetap tak ada yang bisa mengurangi pesona wanita tersebut. Lorenzo terbius hingga tak bisa mengalihkan matanya. Dunia di sekitarnya seakan lenyap.
Berbaliklah. Berbaliklah. Batin Lorenzo.
Ia ingin melihat kecantikan pasangan takdirnya. His fated mate.
Lysandra.
Ia sudah menyelidiki nama wanita itu. Sosok yang seharusnya ia jauhi sejauh-jauhnya. Jika Lorenzo bukan pria egois, dia takkan sekalipun mendekati wanita itu. Namun, matanya terus saja berkhianat.
Toh, dia memang egois. Terutama saat Lycan dalam dirinya sudah meraung hingga membuat kepalanya pening.
Maka saat wanita itu menoleh padanya dan berjalan mengikis jarak, Lorenzo tersenyum simpul.
Sungguh cantik. Lebih cantik dari apapun yang pernah ia temui. Kecantikan paling sempurna pelengkap hidupnya.
Saat wanita itu tersenyum, dunia seakan berhenti.
***
Lysa berjalan ke arah pria berambut panjang yang masih menatapnya. Entah apa yang pria itu lihat, Lysa tahu dirinya telah berhasil membuat pria itu terpikat. Mungkin senyum menggoda yang ia pasang, kedipan matanya, atau mungkin lekuk tubuhnya. Lysa tak tahu. Tapi terserah, ia hanya perlu menjaga emosinya sehingga topeng The Great Seducer senantiasa terpasang. Ia tak boleh goyah.
Tak butuh waktu lama, Lysa telah berdiri di samping pria tersebut yang duduk santai dengan segelas minuman di tangannya. "Hai," Sapanya seraya mengalungkan tangan ke leher pria itu dan bersyukur karena dia tak menolak.
Namun begitu kulit mereka bersentuhan, Lysa seperti merasakan sengatan listrik. Hanya sejenak, tapi cukup mengguncang. Kemudian sengatan itu hilang. Lysa memutuskan untuk mengabaikan sensasi itu.
"Hai," Balas pria itu yang melingkarkan tangan ke punggung Lysa sehingga ia berdiri lebih dekat lagi. "Lorenzo."
Lysa terkesiap merasakan sentuhan intim tersebut. Tapi tetap berusaha tenang. Kamu bisa, Lysandra. Ia merekahkan senyum. "Lysa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Royal Lycan Series
Fantasy[21+] Royal Lycan Series Book 1: Alicia [end] Book 2: Lorenzo [ongoing] Book 3: Cordelia [tba] Book 4: Archer [tba]