Budayakan vote sebelum membaca! ✭
**✿❀○❀✿**
"Kenapa?! Kenapa Papa bilang kakak udah meninggal?!" bentak seorang pemuda berparas tampan pada pria paruh baya di hadapannya.
"Dia itu anak tidak tahu malu, Nak! Sadar! Dia itu pengaruh buruk bagi kamu!" tungkas pria paruh baya itu tak kalah keras.
"Papa gila, ya?!" sarkas pemuda itu sambil menatap nyalang sang ayah.
"Apa kamu bilang?!"
"Ah, sudahlah. Aku lelah berurusan dengan Papa, seperti bicara dengan tembok saja." Pemuda itu berkata dengan sarkas sambil menatap nyalang pria paruh baya atau yang ia panggil 'Papa'.
╞═════𖠁𐂃𖠁═════╡
"Gimana, La?" tanya seorang pemuda manis dengan manik emerald indahnya, atau sebut saja si polos Ravendra Thorn Permana.
"Aku gatau, Onie. Tapi aku udah bentak Papa tadi, dia marah banget sama aku jadi aku gak boleh keluar rumah kecuali sekolah selama sebulan," Pemuda dengan iris silver yang ditutupi oleh kacamata visor miliknya, atau Arkana Solar Denandra, menjawab.
"Apa?! Beneran, Lar?! Gila banget tuh tua bangka! Pengen gue tampol rasanya!" Pemuda dengan iris orange itu, Farrelino Blaze Mahardhika, berkata sambil mengepalkan tangannya seolah-olah akan memukul seseorang.
"Halah, lu liat emak megang sapu juga kabur, ini sok-sokan mau nampol bokap Solar." celetuk pemuda beriris aquamarine dengan mata mengantuknya, dia adalah Sabiru Ice Mahardhika.
"Cepu lu, gak asik!"
"Bodo amat, anw sekarang lo mau gimana, Lar?"
Pemuda itu hanya melamun dengan pandangan kosong, banyak hal yang mengganggu pikirannya akhir-akhir ini.
"Woy, Lar!"
Lamunannya terbuyar saat mendengar panggilan dari sahabatnya di telpon. Ah... dia lupa kalau tadi dia sedang melakukan video call.
"Ah... sorry, gue gak fokus tadi. Kenapa?" ucap pemuda itu sambil tertawa canggung.
"Tumben lu bengong, Lar. Itu, tadi si Ice nanya lu jadinya mau gimana?" Blaze menjawab, mewakili saudaranya.
"Soal itu gue gak tau mau gimana lagi, gue bingung..."
"Gue kangen sama kak Aska, kangen banget. Gue mau nyari dia, tapi gue gatau harus mulai darimana..."
Ketiga pemuda lainnya hanya diam, mendengarkan keluhan dari sahabatnya yang terlihat sangat rapuh saat ini.
"Onie bakal bantu Ola, jadi Ola jangan sedih lagi, ya?" Pemuda dengan iris emerald atau Thorn, berkata dengan senyum hangatnya.
"Gue, nggak, kita, bakal selalu bantu lo sebisa kita, Lar," ucap Blaze sambil menunjukkan cengiran khasnya.
"We will always help you, Lar." Ice berkata dengan senyum tipis yang jarang ia perlihatkan.
Mata pemuda dengan iris silver itu berkaca-kaca, hatinya tersentuh saat mendengar perkataan dari sahabatnya.
Dia tersenyum lalu terkekeh kecil.
"Thanks guys."
࿇ ══━━━━✥◈✥━━━━══ ࿇
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Leaves Remain 🍃 (Slow Update)
Ficção Adolescente--"Apakah kalian pernah berpikir bahwa kita seperti tiga daun yang tersisa di sebuah pohon besar?" --"Apa maksudmu, Al?" --"Iya, kak. Apa maksudmu? Aku sama sekali tidak mengerti..." --"..." 𝑻𝒉𝒓𝒆𝒆 𝑳𝒆𝒂𝒗𝒆𝒔 𝑹𝒆𝒎𝒂𝒊𝒏 ~ ٭ 𝒃𝒚: 𝑵𝒂𝒆𝒗𝒂...