9. Rencana Pencarian

82 74 3
                                    

Senakal-nakalnya kamu, jangan pernah tinggalkan salat.”

“Masalahnya mungkin lebih besar, tapi dia pandai menutupinya. Terlihat bahagia, namun ternyata hidupnya penuh dengan luka.”

Happy reading!

•••

Entah apa yang harus Azra lakukan untuk merubah sikap Sagatha. Bagaimana mau merubah? Mereka saja tidak sering bertemu. Azra merasa enggan bertemu dengan Sagatha, tapi ia juga tidak mau uangnya habis hanya karena harus menjajani Esta.

Dirinya saat ini sedang gundah. Azra menyesal menerima tantangan itu. Ia ingin mencari orang yang telah membunuh kakaknya, dan ingin mencari apa alasan Kenzi membencinya saat ini. Jika Kenzi berkata karena ia yang membuat hidupnya hancur, tapi kenapa ia bisa membuat Kenzi hancur. Itu yang ingin Azra cari, ia membutuhkan teman. Bukan Esta, tapi ini Sagatha. Anak itu bisa ia manfaatkan untuk membantu, Azra mengira kenalan Sagatha ini dimana-mana.

Tiba-tiba sebuah notif dari ‘Anak curut’ masuk. Iya, itu adalah Sagatha. Azra menamai kontak Sagatha dengan nama itu, semoga Sagatha tidak sampai tahu!

Anak curut

Zra, bisa jalan gak sekarang?

Aku gak lagi sakit kaki

BUKAN ITU MAKSUDNYA!
Jalan aja gitu kemana, anak Zaxynort belum
bangun, males banget gue

Kemana?

Kemana aja, gue jemput

GAK BOLEH!

Mungkin, inilah saatnya ia meminta bantuan Sagatha. Ia ingin membuka kasus itu kembali. Ini yang membuat Azra heran, kenapa orang itu tidak masuk penjara. Ia juga heran kenapa orang tuanya bisa melepaskan orang itu. Kasus ini masih baru, dan Azra akan berjuang membuka kasus itu kembali.

Genap satu tahun kepergian Saina. Rasa sakit itu masih sama. Sakit ketika ia sembuh dan mendapat kenyataan bahwa orang yang sangat ia sayangi telah tiada. Kenapa waktu itu tidak dirinya saja yang tiada?

Azra bersiap, tiba-tiba El masuk ke kamarnya tanpa permisi. “Kak!”

“El, kalau masuk ke kamar orang itu ketuk dulu bisa gak? Kakak jadi kaget!” seru Azra yang saat ini sedang memakai kaos kaki.

“Kakak mau pergi sama siapa? Kok sampai pake kaos kaki? Biasanya pergi sama aku selalu pake sendal.”

Azra tersenyum, ia bangkit dan merangkul adiknya. “Mau main sama temen, kamu baik-baik ya! Kamu juga bisa gunain kamar Kakak, asal jangan sampai berantakan, oke?”


El berterima kasih, tidak seperti biasanya kakaknya ini menginzinkannya untuk berdiam diri di sini. Biasanya ia akan segera dimarahi ketika terlihat menyentuh barang kesayangan kakaknya.

Azra mendapat izin dari kedua orang tuanya. Urusan main itu gampang, apalagi belajar. Azra tidak perlu repot seperti anak lain yang berbohong dengan dalih belajar padahal bermain. Orang tuanya membebaskan dirinya untuk bermain. Mereka berpendapat bahwa dirinya juga butuh hiburan bersama temannya. Tapi, Sagatha ini bukan hiburan! Semoga saja saat ini ia bisa merubah sikap Sagatha perlahan.

Sagatha tidak bisa bersiap dengan leluasa. Kamarnya itu penuh dengan anak-anak Zaxynort yang masih tertidur. Mereka sangat sulit untuk dibangunkan. Padahal, Sagatha membangunkan mereka untuk melaksanakan salat subuh.

“Senakal-nakalnya kamu, jangan pernah tinggalkan salat,” itulah pesan terakhir yang diucapkan oleh kakeknya.

Sagatha kembali dari kamar mandi. Ia mendapati anak-anak itu bangun satu per satu.

Jalinan Oksimoron [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang