Menjabat sebagai manajer pemasaran sejak awal tahun dan sukses menjadikan timnya meroket dengan jumlah penjualan terbanyak menjadikan Kwon Soonyoung dikenal hampir seluruh karyawan di perusahaan tempatnya bekerja. Sikapnya percaya diri, penuh ide, dan meledak-ledak, cerminan dari anak terakhir yang tumbuh dengan limpahan kasih sayang dan dukungan keluarga.
Tapi sikapnya semua runtuh ketika ia bertemu dengan seorang manajer keuangan baru yang tidak banyak bicara, tapi tidak diragukan lagi kemampuannya sebagai seorang pemimpin tim yang handal.
Adalah Lee Jihoon–sebagai informasi saja, ia satu-satunya orang yang sering mengatakan tidak dan tidak usah kepada Soonyoung; pria yang tidak akan pernah ditolak oleh seantero perusahaan.
Makanya ketika Jihoon menyetujui ajakan Soonyoung untuk pulang bareng, meski rumahnya di Gading Serpong, dibela-belain untuk memutar dan menjelajahi Pasar Minggu selama hampir satu jam perjalanan.
Pantat panas tidak masalah, yang penting bisa bohong dikit; ngaku searah.
↫ pockyjeruk ↬
Pulang Bareng
[sekali, berkawan dengan kemacetan]↫ pockyjeruk ↬
"Ji, katanya ada sushi enak di Tebet, lo mau–"
"Nggak."
"Ji, di Kokas* katanya ada ramen yang enak, lo–"
"Nggak tau."
"Ji–"
"Nggak."
Katanya, untuk memenangkan hati seseorang itu ada tiga cara mudah: makan, rokok, dan alkohol. Jika sudah ada campur tangan satu diantara ketiga benda itu, biasanya obrolan akan jauh lebih mudah. Dan Soonyoung mengakui hal itu. Kalau rokok menjadi pengecualian, maka makan dan alkohol adalah pilihan utamanya saat sedang pendekatan dengan client.
Sayangnya ilmu itu tidak bisa ia turunkan pada urusan asmara–yang tadinya ia pikir sama saja, kan yang ia taksir itu seorang manusia; jadi pada dasarnya prinsip yang sama bisa diaplikasikan. Tapi ternyata ia salah.
Jihoon sama sekali tidak pernah ikut acara minum-minum kantor, tidak merokok, dan yang lebih parah lagi, ia selalu bawa bekal dari rumah. Itu artinya rencana Soonyoung untuk mengajaknya keluar makan akan memiliki kans gagal lebih besar daripada diterima. Pernah beberapa kali ia ajak Jihoon pergi makan malam, tapi yang ia dapat cuma empat jawaban: enggak, enggak tau, enggak minat, dan enggak mau.
Tapi lain di hari itu, Jihoon terlihat lebih pucat dari biasanya dan satu-satunya yang belum pulang adalah Soonyoung. Jadwal audit semakin dekat, berarti pekerjaan menumpuk untuk Jihoon; sementara Soonyoung sedang menyelesaikan laporan bulanannya.
"Baru pulang?" tanya Soonyoung ketika melintas di depan kantor, melihat Jihoon yang tampak kesal karena sepertinya pesanannya di aplikasi ojek online terus-terusan dibatalkan.
"Hm," jawab Jihoon sekenanya, sama sekali tidak ingin berurusan dengan pria yang menanyainya barusan.
"Bareng aja, di-cancel terus, kan? Tadi Seungkwan juga gitu, udah pesen tapi ga dapet, sekalinya dapet, langsung di-cancel."
Mendengar itu, Jihoon memijat batang hidungnya, bingung harus mempercayai orang ini atau lebih baik berjalan ke depan dan menghentikan taksi. Tapi jam sudah menunjukkan hampir jam 11 malam, biar kantornya ada di wilayah yang tidak pernah tidur; tapi daerah situ tetap saja sepi kalau sudah malam begini.
"Nggak usah, deh, gue jalan aja ke depan."
"Ngapain? Udah bareng aja. Sumpah gue nggak gigit."
"Emang biasanya lo gigit?" Jihoon menaikkan sebelah alisnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/369292875-288-k104913.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang Bareng
FanfictionKatanya, cara untuk memenangkan hati seseorang itu ada tiga cara mudah: makan, rokok, dan alkohol. Jika sudah ada campur tangan satu diantara ketiga benda itu, biasanya obrolan akan jauh lebih mudah. Dan Soonyoung mengakui hal itu. Sayangnya ilmu it...