Hasya terusik akibat ketukan pada pintu kamarnya yang semakin berisik, ia membuka matanya dengan susah payah karna sangat mengantuk. Ia baru saja tidur selama 4 jam karna kesibukan nya pada tugas tugas osis sebagai seorang ketua organisasi siswa intra sekolah.
Berjalan dengan pelan karna mata yang setengah tertutup, ia membuka kunci kamar itu dan membukanya. Menampilkan Mouzeeka yang sedari tadi menganggu tidur nyenyak Hasya. Hasya menampilkan wajah kesalnya dan bertanya "Kenapa Kazee? gue ngantuk." ucapnya dengan nada tak senang
Zee memajukan bibir bawahnya layak anak kecil, melihatkan wajah sedihnya didepan Hasya. "Syaaa engga bisa tidur, mau pelukk." pintanya dengan gemas.
"Astaga..." Hasya menarik lengan sang kakak, membawanya masuk kedalam kamarnya. Ia tutup pintu itu dan membawanya kekasur, melepaskan pegangan itu lalu merebahkan dirinya sendiri diatas kasur kembali berusaha tidur mengabaikan Zee.
Zee yang tak mendapatkan jawaban segera menindih tubuh kecil Hasya hingga sang empu meringis menahan berat badannya. Ia peluk dengan erat mendusel dileher jenjang sang adik, mencari posisi nyaman agar bisa memancing rasa ngantuknya.
"Ck ni orang, berat tau." Walau kesal, ia tidak menghalangi Zee untuk merengkuh tubuhnya. Ia membalas pelukan itu untuk membantu Zee agar dapat tertidur
"Mau dipukpuk del" Zee berbicara dengan lembut, Hasya kaget lantaran Zee sudah lama tidak memanggilnya dengan nama tengah itu. Jujur Hasya lebih senang jika ia dipanggil dengan sebutan itu tetapi hanya untuk Zee.
"Iya ini dipukpuk-in, tapi tidur yaa?" Zee mengangguk, mengeratkan pelukan itu dan Hasya menuruti permintaan Zee.
Sekitar 10 menit Hasya merasa tidak ada lagi pergerakan dari Zee namun pelukan itu tetap terasa erat dan tidak ingin dilepaskan. Hasya mencoba untuk kembali tidur dan menjauhkan tangan Zee dari pinggangnya namun ditepis, kembali Zee memeluk Hasya dan mengencangkan pelukan itu walaupun dirinya masih terlelap, Hasya tersenyum melihat itu. Dan ia memutuskan untuk tertidur dalam pelukan Zee.
__________________________Sinar matahari menembus kamar Hasya dan membuat sang empu terusik, merasa badannya sangat berat dan melihat sebuah tangan yang setia melingkar di pinggangnya dari semalam. Hasya membalikkan badannya menatap Zee yang masih tertidur pulas, Ia benarkan helaian rambut yang menutupi wajah cantik Zee.
"Kazee ayo bangun, sekolah." Ucap Hasya membangunkan Zee
Zee membuka matanya kala mendengar suara Hasya, ia dekatkan tubuhnya dengan tubuh Hasya lalu mengeratkan pelukan tersebut sembari mendusel dileher Hasya. "Morning dedel." Ucap Zee dengan suara serak bangun tidurnya
Hasya mengelus lembut rambut Zee, tak heran dengan kakaknya itu jikalau sudah bermanja seperti ini. Tidak ada rasa aneh yang muncul dibenak Hasya atas itu.
"Morning too kazee, ayo bangun mandi dulu. Nanti telat, hari ini hari jum'at. Besok udah libur jadi bisa bebas mau tiduran." Balas Hasya dan mendapatkan anggukan dari Zee.
Hasya melepaskan pelukan itu, bangun dari kasurnya lalu beranjak untuk pergi membersihkan diri, tak lupa mengambil handuk. Zee memperhatikan semua pergerakan Hasya, lalu saat punggung itu sudah tak terlihat ia pergi dari kamar itu menuju kamar milik dirinya sendiri untuk mandi.
Selesai kedua kakak beradik itu bersiap siap, mereka turun kebawah dan mengecek stok makanan pada kulkas dan memasak seadanya, lebih tepatnya hanya Hasya. Sedangkan Zee duduk pada kursi makan seraya memainkan handphone miliknya, membuka satu persatu aplikasi hingga mendapatkan sebuah notifikasi dari orang tua nya.
Setelah membaca pesan tersebut dan membalasnya, ia pergi mendekati Hasya yang sedang berkutat di dapur memasak dua porsi nasi goreng dengan seragam nya yang hampir berantakan.
Zee melingkarkan tangannya pada pinggang Hasya dan menaruh dagunya pada bahu Hasya. "Kak lepasin dulu gue lagi masak." Zee mengabaikannya, ia terus mengikuti pergerakan Hasya dan tetap memeluk adiknya.
"Santai aja masaknya sayang, ini masih awal kok." Kata Zee melihat Hasya terlalu tergesa-gesa
Sedikit tersipu malu saat mendapatkan panggilan sayang, ia memegang tangan yang berada dipinggang nya, menanyakan "Kenapa kak? mau ngomong apa?"
"Bunda bilang beliau disana masih lama, mungkin sampe berbulan bulan lagi. Rencana pulang beliau minggu ini dibatalkan, ada kerjaan mendadak." Hasya nampak kecewa dengan itu, padahal sebelumnya ia sudah menanti kepulangan ibunda atau orang tua mereka, namun lagi lagi gagal bertemu selain melalui sambungan telepon.
"Yah.. padahal kangen bunda" Zee membalikkan tubuh Hasya, memeluk tubuh kecil itu dengan erat lalu mengangkatnya dengan mudah. Membawa dua piring yang sudah siap dengan isinya mengenakan satu tangan memakai bantuan nampan dengan Hasya yang masih digendongannya.
Ia letakkan nampan berisi makanan tersebut lalu duduk dikursi makan dan Hasya berada dipangkuan, membelai rambut Hasya seraya berkata "Bunda pasti pulang kok, kalau kangen telpon aja ya?" Hasya merengkuh sang kakak, mendusel pada bahu lebar itu.
"Kangen dipeluk bunda." Zee mengencangkan pelukan tersebut
"Ada aku, peluk aja kapanpun kamu mau." Ia mengganti panggilan nya menjadi aku-kamu
Adel mengangguk, ia lepaskan pelukan itu perlahan lalu turun dari pangkuan sang kakak. "Makan dulu kak, terus langsung berangkat." Zee menurutinya lalu mereka makan sesekali berbincang ria menghilangkan rasa sedih dan kecewa karna tak jadi menemui sang ibunda.
Setelah habis makanan tersebut, mereka mengambil tas masing masing dan masuk ke mobil milik Zee.
Diperjalanan hanya terdengar suara musik dan nyanyian Hasya yang terdengar kecil, sesekali Zee melirik pada adiknya itu. Memuji kecantikan yang dimiliki sang empu dalam batinnya, Hasya benar benar cantik dimata siapapun.
Sampai disekolah Zee memarkirkan mobilnya, seperti biasa dirinya akan selalu disambut oleh para penggemar dan ia tak menggubris itu.
Menghantar sang adik hingga pada kelasnya dan berpamitan serta menyemangati. "Aku kekelas dulu ya, semangat sayang." Zee memberikan senyum termanis yang dirinya miliki hanya untuk Hasya seorang, Hasya pun membalas senyuman tak kalah manis
"Iya kak, semangat juga ya kamu belajarnya." Entah mengapa mereka menjadi mengganti panggilannya, namun mungkin panggilan itu akan berlangsung lama. Zee menjauh dari sana seraya melambaikan tangannya, Hasya masuk kedalam kelasnya yang sudah cukup ramai itu.
Menuju bangkunya dan melihat kearah bangku yang sudah diduduki teman sebangku nya, ia menyapanya. "Pagi mplor." "Pagi juga sya."
Ia duduk dan meletakkan barang barangnya, menunggu guru hingga masuk pada jam pelajaran pertama dan belajar dengan serius.
____________________________________tbc
gatau deh bab ini nulis nya gemes sendiri, dan maafkan baru up dicerita ini dikarenakan fokus ke cerita lain. sorry jika ada kesalahan yaaa
jangan lupa vote & komen 🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Our New Chapter.
RomanceMouzeeka & Marahasya adalah dua kakak beradik dengan sifat yang sangat berbeda. Zee adalah orang yang keras kepala, susah diatur, dan nakal. sedangkan Hasya adalah anak teladan dan pintar. Zee sangat susah untuk diatur oleh orang lain, tetapi tidak...