Bab 3

242 24 1
                                    

Hai semua. Maaf banget kemaren banyak kata-kata baku yang ketulis :)
Gara-gara kebanyakan nulis pake bahasa baku jadi kebablasan wkwk

Harap dimaklumi ya, hehe.

Happy Reading! ෆ⁠╹⁠ ⁠.̮⁠ ⁠╹⁠ෆ
_____________________

Pagi hari...

Abbiyya saat ini sedang bersiap-siap menggunakan seragam sekolah yang kini melekat apik ditubuhnya.

Lalu ia sedikit merapihkan baju dan juga rambutnya yang membuatnya tampak lebih fresh kayak sayuran yang baru dipetik :v

'ck, cakep banget dah gua hari ini. Gak nyangka bakal sekolah lagi kayak dulu. Gua harap gua bisa ngerubah pandangan mereka tentang ni anak. Dan gua harap tu bocah gak bikin masalah disekolah'

Ya.. semoga.
Setelah selesai dan merasa sudah tidak ada yang tertinggal abbiyya pun keluar dari kamarnya dan melihat Edwin yang berdiri didepan kamarnya.

"Ah, anda sudah bangun tuan muda" abbiyya yang mendengarnya hanya mengangguk saja. Lalu keduanya pun berjalan menuju ruang makan.

Ternyata disana sudah ada Abang pertamanya. Jaiz Caksa Hasan. Abang nya yang biasanya berangkat sangat pagi dibandingkan yang lain.

"Pagi" ucap abbiyya sekedar formalitas saja.

Sementara Jaiz hanya diam hanya mengangguk singkat tanpa mengatakan apapun. Abbiyya pun acuh mau dijawab atau tidak, ia tidak peduli.

Sementara Jaiz yang melihat sikap abbiyya yang tidak seperti biasanya pun diam-diam merasa heran. Biasanya saat abbiyya bertemu dengannya, abbiyya akan mencoba berbagai hal untuk menarik perhatiannya walaupun anak itu tau yang ia dapatkan hanyalah sebuah bentakan.

Namun sekarang abbiyya nampak memakan sarapannya dengan tenang. Anak itu bahkan tidak menatap kearahnya seperti biasa.

"Saya selesai. Kalau begitu permisi" ucap abbiyya bersamaan dengan kehadiran anggota keluarganya yang lain.

"Loh bang Biya udah mau berangkat? Kenapa Abang gak nunggu kita sarapan bareng?"

"Hah... Gak minat. Edwin, ayo"

"Baik tuan muda" jawab Edwin lalu mulai mengikuti tuan mudanya.

Sementara mereka yang ada disana hanya terdiam mendengar penuturan abbiyya yang terdengar datar dan... Malas?

Sementara itu abbiyya hanya acuh. Edwin diam-diam tersenyum tipis melihat perubahan tuan mudanya. Ia senang akan perubahan tuan mudanya hanya saja... Walaupun nada bicaranya menjadi datar dan sarkas. Namun ia rasa saat ini Memang lebih baik seperti ini dari pada tuan mudanya mengemis kasih sayang pada mereka yang sudah dibutakan oleh iblis berkedok malaikat.

"Tuan muda kita sudah sampai"

"Hm. Makasih. Sepulang sekolah nanti saya kabarin"

"Baik tuan muda"

Abbiyya menghela nafas pelan sebelum akhirnya memutuskan untuk keluar dari mobil, semua pandangan terarah padanya. Beberapa memandangnya dengan pandangan heran. Mungkin mereka tidak mengenali nya. Padahal dari ingatan yang diberikan pemilik asli tubuh ini, mereka biasanya akan mulai mengganggu abbiyya dari awal memasuki gerbang hingga kelasnya.

Namun sekarang bahkan sampai ia tiba didepan kelasnya tidak ada apapun yang terjadi. Membuatnya sedikit heran. Apa perubahannya terlalu drastis?

Sesampainya dikelas, seluruh pandangan mata terarah padanya namun ia hanya menampilkan raut datar. Tidak peduli dengan sekitarnya. Lalu ia pun duduk ditempat biasa Biya duduk. Pojok kanan dekat jendela yang mengarah langsung kelapangan basket.

Transmigrasi Boy_ABBIYYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang