PROLOG

29 4 0
                                    

___

Happy Reading

Hembusan angin sore menerpa rambut yang tergerai indah, sang pemilik tengah menikmati pemandangan lampu-lampu yang menyala dibawah sana. Jalanan ramai oleh pengendara yang pulang bekerja.

Pukul 17:45 langit berganti warna menjadi jingga memperlihatkan bahwa sudah waktunya untuk bersantai di rumah setelah lelah beraktivitas.

Gedung-gedung tinggi berjejeran angkuh, seperti berlomba-lomba mencapai langit. Di rooftop salah satu gedung yang menjulang tinggi, gadis itu terdiam seorang diri. Tidak ada yang ia lakukan selain memerhatikan kesibukan dunia dari atas sini.

Ia menghela nafas pelan, merasakan sesak di dadanya. Sejak kapan melupakan seseorang sesulit ini? Dulu, sebelum orang yang membuatnya sulit tidur datang ia manusia paling tidak peduli dengan hal yang tidak nyaman seperti sekarang. Ia paling bisa mengontrol emosinya jika ada orang yang datang dan pergi. Tapi sekarang berbeda.

Sekarang ia tidak bisa melupakannya, hampir tiga tahun merindukan sosok yang seakan-akan pernah berperan penting dalam hidupnya.

Ingin mengatakan bahwa ia sangat mencintai pria itu, sangat merindukannya, berat rasanya ia lakukan.

Matanya memejam menetralisir rasa kesal yang menyerang, tangannya mencengkram erat pegangan di pembatas rooftop. Apa yang harus ia lakukan agar perasaannya yang sudah singgah begitu lama ini hilang. Ia ingin terbebas dari keresahan hatinya selama ini. Semakin ia berusaha untuk melupakan semuanya, semakin membesar rasa rindunya.

Jika waktu bisa diulang, ia lebih memilih tetap terjaga ketibang merasakan penderitaan ini.

Perasaannya seperti dipermainkan.

Ikhlas, memang sulit tapi semua sudah terlanjur ia lakukan sejauh ini. Berusaha mati-matian menghindar darinya dan sekarang untuk mengungkapkan perasaannya semua terlambat. Biarkan semua yang di ingat ia ikhlaskan dan perlahan ia akan coba melupakannya.

Meskipun berat, ia tidak dapat memilih opsi lain.

Gadis itu akui bahwa dirinya pengecut!

Denial dengan perasaannya sendiri.

Munafik.

Tapi mau bagaimana lagi? Memang orang yang ia rindukan memiliki perasaan yang sama? Memori yang sama? Kerinduan yang sama?

Tidak.

Jatuh cinta sendirian, sakit hati sendirian dan yang di cintai nyata?

Lucu sekali. Gadis itu tertawa, akan tetapi matanya mengeluarkan air mata. Butiran-butiran bening itu semakin banyak, membawa banyak kesedihan dan kecewa.

Sebelum ia benar-benar mengikhlaskan semuanya, melepaskan segalanya, melupakan ingatan tentang orang yang ia rindukan. Mari kita putar kembali memori itu.

Meski menyakitkan mari mengenang untuk yang terakhir kalinya.

___

Bersambung

-
-


-
⚠️Tandai typo

Cerita ini real ide aku sendiri hasil dari gabut, meskipun hasil gabut ttp aja plagiat nggak dapat di maafkan. Jdi, mohon kerja samanya..

Kita belum kenalan?

Hi, aku pii, baru pertama nulis karena gabut. Bias aku di treasure itu Asahi, di baemon itu Ruka, walaupun mereka berdua bias aku tapi ttp aku suka sama semua member.

Karena ini karya pertama dan part pertama semoga kesannya baik. Untuk tiksar diperbolehkan dengan catatan tidak berkata kurang sopan.

Aku udah sapa, mana sapaan kalian ITS readers?!

Tap dong
   ⬇️

Is This Reality?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang